RIYANTO, FX. EKO ARMADA
Unknown Affiliation

Published : 19 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

“Kebahagiaan” Itu Tak Ada Puisi-Puisi Auschwitz FX. EKO ARMADA RIYANTO
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telah lembar demi lembar, bahkan puluhan atau ratusan halamandalam buku ini, semuanya berusaha menguak dan mengulas makna kataKebahagiaan. Tetapi pernahkah terlintas di dalam benak kita, bahwaKebahagiaan itu tidak ada? Atau, lebih tepat, Kebahagiaan itu pernah tidakada; pernah menjadi kata tidak populer dalam sejarah hidup manusia; pernahmerupakan kata yang tak terlintas sedetik pun dalam benak kerinduanmanusiawi.
Praksis Pengharapan di Masa Sulit FX. EKO ARMADA RIYANTO
Seri Filsafat Teologi Vol. 31 No. 30 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/serifilsafat.v31i30.155

Abstract

In this article, the author sheds light on the theme of “hope” in three sections, namely: the praxis of hope, hope in Emmanuel Levinas’ philosophy, and hope in the theology of Johann Baptist Metz. Despite its crucial role in human existence, hope is rarely discussed in philosophy. Difficult life events, such as this covid-19 pandemic, challenge us reflect more deeply on hope. The author emphasizes that hope should be treated as “a faithful friend”, not merely as an abstract concept. With hope along the journey, we are empowered to survive in the midst of suffering, to face the waves of anxiety, and to transcend our frailty. By taking inspiration from Levinas’ philosophy and Metz’s theology, the author underlines that genuine hope encourages people to open themselves to God and the other(s).
Konteks Misi Katolik di Indonesia FX. EKO ARMADA RIYANTO
Seri Filsafat Teologi Vol. 32 No. 31 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/serifilsafat.v32i31.187

Abstract

Artikel ini berfokus pada tonggak-tonggak sejarah misi dalam Gereja Katolik. Dengan metode historis-panoramik, penulis berusaha untuk mengajukan beberapa tonggak penting yang telah dilalui oleh para misionaris, sebagai salah satu bukti nyata penyebaran iman mereka, yang didorong oleh amanat Kristus untuk mewartakan Injil ke segala makhluk (Markus 16:15). Amanat ini terartikulasi dalam karya para rasul. Dari Kisah Para Rasul, kita ketahui ada beberapa pusat misi, dimana para Rasul mempersiapkan diri dengan pengajaran dan pembentukan komunitas. Diantaranya, yang paling jelas ialah Antiokhia. Paulus merupakan produk misionaris yang berasal dari “sekolah” Antiokhia. Semangat misi ini di kemudian hari diteruskan oleh Gereja Katolik hingga lahirlah Propaganda Fide (1622). Pendirian Propaganda Fide ini memiliki keterkaitan latar belakang cukup beragam. Yang barangkali harus dicatat bahwa tahun itu 1622 merupakan pasca-seratus tahun kurang satu dari Bulla Paus, Decet Romanum, yang menghukum dan mengekskomuniasi Martin Luther tahun 1521. Artinya, Protestantisme telah demikian menyebar ke banyak wilayah Eropa Utara. Tidak hanya itu, kaum Protestan juga telah mulai mengalahkan dan menggusur kekuasaan kolonial raja-raja Katolik di wilayah-wilayah baru, diantaranya di India dan Indonesia.
Beriman Katolik Itu Indah FX. Eko Armada Riyanto
Seri Filsafat Teologi Vol. 23 No. 22 (2013)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

-
Panglima: Sosok Pemimipin Ideal dalam Pandangan Masyarakat Dayak (Diskursus Filosofis Berdasarkan Pemikiran Machiavelli terhadap Kepemimpinan Panglima Jilah, Pemimpin Pasukan Merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng) Fransesco Agnes Ranubaya; Dominikus Irpan; FX. Eko Armada Riyanto; Yohanes I Wayan Marianta
Borneo Review Vol. 3 No. 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The focus of this paper is a philosophical discourse on the figure of the Panglima as an ideal leader in the beliefs of the Dayak people based on Marchiavelli's thoughts in his work, "Il Principe". An ideal leader who is wise and prudent and pays attention to the people or those he leads has always been everyone's dream. But in reality, what is often experienced by a group of organizations or even a country is usually a leader who is corrupt, dishonest and even harms the citizens of his country or the group he leads. Marchiavelli, in his book Il Principe reveals that a leader is required to be wise and firm to run and maintain his government, even in a way that is even somewhat cruel. The purpose of this paper is to find the deepest meaning of the figure of "Panglima" as the ideal leader in the Dayak community. The method used is elaboration based on Marchiavelli's philosophical thoughts about a leader towards the leadership of Panglima Jilah: Leader of the Red Army Tariu Borneo Bangkule Rajakng. Panglima Jilah appears as a leader of the Dayak Ormas group who is down to earth, listens to complaints, embraces those who are far away, and he also teaches Dayak wisdom values. On another occasion, Panglima Jilah also did not hesitate to go into the field to defend the rights of the Dayak people who experienced oppression and injustice or when Kalimantan's forests and nature were destroyed. This is the figure of the "leader" referred to by Machiavelli.
Kepercayaan Musa Dari Perspektif Filsafat Armada Riyanto Witarso, Hokgiarto; Riyanto, FX. Eko Armada; Adon, Mathias Jebaru
REAL DIDACHE: Journal of Christian Education Vol 4, No 1: Maret 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/rdj.v4i1.506

Abstract

Belief is the result of a deep and complex relationship that cannot be summed up in simple words because it involves a spiritual journey. One example is faith, a personal relationship between humans and God. In the context of the Old Testament, the prophets, including Moses, were sent by God to guide His people. Despite numerous studies on Moses, research on his belief in God seems to have not fully delved into Moses' spiritual journey. Therefore, this study aims to explore the attitudes of the prophets' belief in God and the influence of Moses' belief on his fulfillment of duties. The research method employs literature review with a qualitative approach. The findings indicate that the presence of prophets in the Old Testament confirms God's involvement in human life and serves as an example for humans to strengthen their spiritual relationship with God. Moses, despite all his struggles, remained steadfast in his belief in God, even though he was not permitted to enter the promised land. This reflects a deep-seated faithfulness and loyalty, even in the face of trials and failures. Keywords: Bible; Covenant; Faith; RelationshipAbstrak Kepercayaan merupakan hasil dari hubungan yang dalam dan kompleks, tidak dapat disimpulkan dengan kata-kata sederhana karena melibatkan perjalanan spiritual. Salah satu contohnya adalah iman, hubungan pribadi antara manusia dan Tuhan. Dalam konteks Perjanjian Lama, para nabi, termasuk Nabi Musa, diutus oleh Tuhan untuk membimbing umat-Nya. Meskipun banyak kajian tentang Nabi Musa, penelitian tentang kepercayaannya kepada Tuhan tampaknya masih belum menyentuh sosok Musa dalam perjalanan spritualnya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi sikap kepercayaan para nabi kepada Tuhan dan pengaruh kepercayaan Nabi Musa terhadap pelaksanaan tugasnya. Metode penelitian menggunakan studi literatur dengan pendekatan kualitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa keberadaan para nabi dalam Perjanjian Lama menegaskan keterlibatan Tuhan dalam kehidupan manusia dan menjadi contoh bagi manusia untuk memperkuat hubungan spiritual dengan Tuhan. Nabi Musa, dengan segala perjuangannya, tetap kokoh dalam kepercayaannya kepada Tuhan, meskipun tidak diizinkan memasuki tanah yang dijanjikan. Ini mencerminkan keteguhan iman dan kesetiaan yang dalam, bahkan dalam menghadapi cobaan dan kegagalan.Kata Kunci: Alkitab; Iman; Perjanjian; Relasi
Makna Hidup Dalam Pengalaman Sakit Mantan Pasien Covid-19 Riyanto, FX. Eko Armada; Adon, Mathias Jebaru; Babo, Alkuinus Ison; Ndama, Herminus H.A.; Betu, Mario Alexander; Cimi, Severinus Savio; Ratman, Vinsensius Fererius
Seri Filsafat Teologi Vol. 34 No. 33 (2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/serifilsafat.v34i33.245

Abstract

Studi ini berfokus pada menyelami makna hidup dalam pengalaman mantan pasien Covid-19. Penelitian ini bertujuan mendalami dan menggali pengalaman hidup pasien COVID-19 yang menghadapi sakit. Aksentuasinya terletak pada pemahaman makna hidup yang dialami selama masa karantina sampai proses penyembuhan. Studi ini berusaha menggali inspirasi dan motivasi dari pengalaman pasien Covid-19 yang tetap survive dan sabar tatkala terjangkit virus tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui wawancara terhadap dua narasumber dan diperkaya dengan studi literatur. Penelitian ini menemukan bahwa para mantan pasien Covid-19 mengalami perubahan signifikan dalam paradigmanya terhadap hidup, kebermaknaan, dan tujuan hidup. Kebermaknaan hidup itu dilihat pula dalam jalinan relasi dengan sesama yang selalu memberikan perhatian berupa pelayanan, doa dan sapaan. Penelitian ini memberi kontribusi bagi manusia masa kini yang kerap kehilangan orientasi hidup tatkala berhadapan dengan kenyataan hidup yang penuh dengan tantangan.
P Perdamaian Dunia di Era Globalisasi dalam Perspektif Metafisis Alfred North Whitehead: World Peace in the Era of Globalization in the Metaphysical Perspective of Alfred North Whitehead Sihombing, Yusuf Mario; Riyanto, FX. Eko Armada
Jurnal Filsafat Indonesia Vol. 7 No. 3 (2024)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jfi.v7i3.69941

Abstract

The  current  global  society  is  increasingly filled  with  various  complex  problems.  War,  the phenomenon of the "Double Effect of Modernity," poverty, world hunger, and even the global climate crisis has significantly exacerbated global conditions. This situation urges humanity to urgently rebuild the awareness of living together in the spirit of peace for the sake of human welfare itself. Peace becomes a very important value in building human life globally to avoid competitive and apathetic situations among nations. To explore the understanding of reality and existence amid the dynamics of the modern world, Alfred North Whitehead's metaphysical philosophy provides very helpful guidance for humans to introspect on the plurality of each individual's existence. Whitehead's concept of "Process and Reality" depicts reality as a series of continuously changing processes within a metaphysical unity. This understanding allows us to see peace as a result of the integration of humanity in a world of mutual dependence and interconnectedness. Moreover, religion inherently plays an important role in the effort to shape global peace by inspiring values such as justice and humanity. This research is qualitative. Using the literature study method, the author implements Whitehead's thoughts on the current concrete situation. Whitehead's metaphysical perspective opens up a viewpoint on peace as a unifying factor for the world holistically, particularly as an effort to face geopolitical challenges and global conflicts. The purpose of this research is to encourage public introspection on the importance of a harmonious awareness of collective life that implies a spirit of peace.
Diri yang Terfragmentasi: Filsafat Paul Ricoeur dan Narasi Identitas Kaum Muda di Dunia Digital Zandro Raioan , Agrindo; Riyanto, FX. Eko Armada; Batararanda Ismupuranto, Mayolus Dimas; Sakti, Cornelis Nuba
Seri Filsafat Teologi Vol. 35 No. 34 (2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/serifilsafat.v35i34.279

Abstract

Di era digital, kaum muda hidup dalam ruang interaksi sosial yang didominasi oleh media digital. Identitas pribadi dibentuk dan dipertontonkan secara instan melalui narasi-narasi singkat, visual, dan terfragmentasi. Kondisi ini menimbulkan persoalan serius mengenai kontinuitas, otentisitas, dan kedalaman identitas diri, yang kini cenderung ditentukan oleh algoritma dan ekspektasi sosial, bukan oleh refleksi pribadi yang mendalam. Artikel ini bertujuan untuk menelaah bagaimana konstruksi identitas kaum muda dalam dunia digital dapat dipahami secara filosofis melalui kerangka identitas naratif dari Paul Ricoeur. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif reflektif dengan pendekatan hermeneutika filosofis untuk menganalisis teks dan fenomena. Kerangka teorinya berpijak pada gagasan Ricoeur mengenai narasi sebagai medium pembentukan identitas melalui kesinambungan waktu dan tanggung jawab etis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media digital cenderung memecah kesinambungan (kontinuitas) naratif diri dan menciptakan identitas yang performatif, tetapi dalam waktu yang sama juga menyediakan ruang untuk rekonstruksi identitas yang lebih reflektif dan bertanggung jawab. Dengan demikian, filsafat Ricoeur menawarkan landasan penting untuk memahami sekaligus mengkritisi dinamika eksistensial kaum muda di tengah arus digitalisasi identitas