Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Usia Dan Jumlah Rokok Meningkatkan Tekanan Darah Widyatama, Haryo Ganeca; Kusumaningrum, Dietha; Parwanto, ML Edy; Widyasyifa, Salsabila Ayu; Rahmayanti, Dina; Gondoyuwono, Hartanto
JIKI Jurnal Ilmiah Kesehatan IQRA Vol 8 No 2 (2020)
Publisher : LPPM STIKES Muhammadiyah Sidrap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1234/jiki.v8i2.183

Abstract

Tekanan darah merupakan hasil dari aktivitas pemompaan jantung. Tekanan darah yang tinggi disebut dengan hipertensi. Hipertensi sendiri terjadi apabila tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mm Hg. prevalensi hipertensi di Kabupaten Tangerang adalah sebesar 65%. faktor, yang mempengaruhi teknanan darah antara lain umur, jenis kelamin, faktor genetik, dan faktor lingkungan yang meliputi obesitas, konsumsi rokok, konsumsi alkohol, konsumsi garam atau natrium, aktifitas fisik, dan stress. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok pada usia 35-55 tahun dengan angka kejadian hipertensi atau peningkatan tekanan darah. Rancangan penelitian menggunakan metode observational analytic dengan pendekatan cross sectional. Uji chi-square digunakan untuk menguji hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Lokasi penelitian berada di RW 03, Desa Pabuaran, Kelurahan Kelapa Dua, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang. Berdasarkan hasil analisis data, terdapat hubungan antara variabel umur dengan peningkatan tekanan darah (p=0.000), sedangkan riwayat hipertensi dalam keluarga tidak berhubungan dengan peningkatan tekanan darah (p=0.12). Periode merokok berhubungan dengan peningkatan tekanan darah (p=0.028) dan juga jumlah batang rokok yang dihisap per hari berhubungan dengan peningkatan tekanan darah (p=0.004). Jenis rokok tidak ada hubungannya dengan peningkatan tekanan darah (p=0.082).
Gambaran Tingkat Tekanan Darah dan Prevalensi Penyakit Suatu Desa di Pandeglang Parwanto, ML Edy; David, David; Widyatama, Haryo Ganeca; Sisca, Sisca
JUARA: Jurnal Wahana Abdimas Sejahtera Volume 5, Nomor 1, Januari 2024
Publisher : Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/juara.v5i1.5676

Abstract

AbstrakHipertensi atau darah tinggi biasanya ditandai dengan peningkatan tekanan darah diatas normal, yaitu > 140/90 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan komplikasi penyakit lain.Provinsi Banten memiliki prevalensi penderita hipertensi sebanyak 27.6% kasus. Desa Karyawangi memiliki penduduk sebanyak 2.881 orang dan memiliki fasilitas kesehatan puskesmas 1 buah dan posyandu sebanyak 6 buah. Masalah kesehatan dapat timbul akibat tidak meratanya fasilitas kesehatan dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada. Tujuan: mengetahui gambaran tingkat tekanan darah dan prevalensi penyakit di desa Karyawangi sebagai gambaran kepada pihak pemerintah setempat untuk dilakukan intervensi berikutnya dalam rangka membangun desa sehat. Metode: Kegiatan PKM ini dilakukan dengan metode berupa pengobatan gratis.  Khalayak yang disasar adalah masyarakat umum di wilayah kerja desa Karyawangi yang datang ke tempat pengoatan gratis. Dari hasil pemeriksaan oleh dokter umum didapatkan diagnosis suatu penyakit yang digunakan sebagai gambaran tingkat tekanan darah dan prevalensi tekanan darah di desa Karyawangi. Hasil: Tingkat tekanan darah pada tingkat normal yang paling banyak ditemukan. Prevalensi penyakit terbanyak adalah hipertensi grade II, hipertensi grade I, dan ISPA. Kesimpulan: Mayoritas tingkat tekanan darah pada tingkat normal. Penduduk dengan tingkat tekanan darah pre hipertensi perlu dicermati terus menerus karena walaupun belum dalam tingkat hipertensi, resiko menderita penyakit kardiovaskuler juga dapat terjadi. Dengan mengetahui gambaran tingkat tekanan darah dan prevalensi penyakit terbanyak di desa Karywangi, puskesmas setempat dapat melakukan intervensi yang terarah. Hal yang paling mudah adalah melakukan penyuluhan kepada masyarakat dengan metode ceramah.
Vaginal cleansing soap causes pathological vaginal discharge: a case study Widyatama, Haryo Ganeca; Kusumaningrum, Dietha; Rajagukguk, James Bernardo; Safitri, Mesty Mela; Asri, Inaya Larang
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Vol 13 No 2 (2024): Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akademi Keperawatan Sandi Karsa (Merger) Politeknik Sandi Karsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35816/jiskh.v13i2.1202

Abstract

Introduction: Vaginal discharge or another name is flour albus or leukorrhea, which occurs in women who are teenagers or of childbearing age. 75% of women will experience vaginal discharge at least once in their lives. Abnormal vaginal discharge is caused by infection from various microorganisms. In Indonesia alone, 90% of women are at risk of experiencing pathological vaginal discharge due to the tropical climate. Women often do vaginal cleaning or vaginal douching. Usually, this activity uses vaginal cleansing fluid. Objective: This study aims to dig deeper into the relationship between the use of vaginal cleansing soaps and pathological vaginal discharge in women, hoping to provide better insight into the effects of using these products and provide appropriate health recommendations. Method: The research design uses a descriptive case study method which aims to describe the relationship between two things experienced by the patient, namely vaginal discharge and the habit of cleaning the vagina with vaginal cleansing soap. Results: A 30-year-old woman came to the clinic with complaints of vaginal discharge coming out of her vagina. The vaginal discharge also feels thick, smells fishy, ​​and feels very itchy in the vaginal area. On physical examination, mucopurulent vaginal discharge with a fishy odor was found. The labia majora looks swollen and red. By using a speculum, the cervix appears reddish. No abrasions or blood spots were found on the cervical neck. Conclusion: There is a relationship between the use of vaginal cleansing soap and the emergence of pathological vaginal discharge. Changes in the acidity of the vagina influence the emergence of pathological flora. There is a need to increase Knowledge of how to maintain vaginal cleanliness, not just using vaginal cleansing fluids. With this study, it is further proven that the use of vaginal cleansing soap can cause pathological vaginal discharge. It is necessary to have good education for women with pathological vaginal discharge so that there is no recurrence of similar cases. In the case study above, it is essential to carry out additional examinations to find out the cause of the vaginal discharge, whether it is fungus, bacteria, or protozoa so that it can speed up the healing of the patient. With this research, it is also hoped that it can be an example of health care about pathological vaginal discharge and increase women's Knowledge of what kind of good vaginal cleaning behavior.