Makhsus, Makhsus
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Al-Adyan: Journal of Religious Studies

Leadership Criteria in Islam and its Benefit: Muslim Involvement in Non-Muslim Goverments Makhsus, Makhsus; Hayati, Ilda; Fatarib, Husnul; Saharuddin, Desmadi
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v1i2.1835

Abstract

Basically, a Muslim does not leave the Muslim community, but with the development of Islam many problems occur. The departure of the Prophet Yusuf from the Muslim community has been described in the Qur'an. He served various maturity processes under the guidance of Allah al-Mighty. The figure of the Prophet Yusuf has been depicted and immortalized as a shadow ruler who officially served as minister of finance, agriculture and head of the logistics affairs agency. The question arises whether a Muslim can become a non-Muslim leader who will later be neglected and will have a negative impact on the faith and syari'ah carried out by Muslim leaders who control non-Muslim governments. With literature study and content analysis approach, the writer describes the literature qualitatively about the status of Muslims who are in the midst of non-Muslims and vice versa, to dismiss the opinion of good kafirs who are more worthy of being leaders than evil and corrupt Muslims. A Muslim can become a leader in the midst of non-Muslims for the benefit and preaching of Islam as was done by the Prophet Yusuf A.S, who proved himself clean after leaving prison. The criteria for a leader in Islam are flexible enough that sometimes a Muslim who is not consistent with sharia rules can sometimes bring great benefits to Muslims. Not only that, many Muslim leaders who were very instrumental in protecting Muslims and spreading Islam in Russia such as Berke Khan have deployed infidel armies to protect Muslims from destruction.Pada dasarnya seorang muslim tidak meninggalkan komunitas muslimnya, akan tetapi seiring perkembangan islam banyak masalah yang muncul. Hengkangnya Nabi Yusuf dari komunitas Muslim telah dijelaskan dalam Alquran.  Dia menjalani berbagai proses pendewasaan di bawah bimbingan Allah swt. Sosok Nabi Yusuf telah digambarkan dan diabadikan sebagai penguasa bayangan yang resmi menjabat sebagai menteri keuangan, pertanian, dan kepala badan logistik.  Timbul pertanyaan apakah seorang Muslim bisa menjadi pemimpin non-Muslim yang nantinya akan terabaikan dan berdampak negatif pada keimanan dan syari'at yang diemban oleh tokoh Muslim yang menguasai pemerintahan non-Muslim.  Dengan pendekatan studi pustaka dan analisis isi, penulis mendeskripsikan literatur secara kualitatif tentang status umat Islam yang berada di tengah-tengah non-Muslim dan sebaliknya, untuk menepis pendapat seorang kafir yang baik lebih layak menjadi pemimpin daripada seorang Muslim yang jahat dan korup.  Seorang Muslim bisa menjadi pemimpin di tengah-tengah non-Muslim untuk kemaslahatan dan dakwah Islam seperti yang dilakukan oleh Nabi Yusuf A.S yang membuktikan dirinya bersih setelah keluar dari penjara. Kriteria seorang pemimpin dalam Islam cukup fleksibel sehingga terkadang seorang Muslim yang tidak konsisten dengan aturan syariah dapat membawa manfaat yang besar bagi umat Islam. Tidak hanya itu, banyak pemimpin Muslim yang sangat berjasa dalam melindungi umat Islam dan menyebarkan Islam di Rusia seperti Berke Khan yang telah mengerahkan pasukan kafir untuk melindungi umat Islam dari kehancuran.
Dari Kegalauan Hingga Kedamaian: Tarekat Sammaniyah dalam Dekapan Milenial Minangkabau Khairiyah, Ulfa; Ashadi, Andri; Makhsus, Makhsus
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 5, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v5i1.8446

Abstract

Even though millennials have begun to utilize social media platforms to learn and explore religion, some of them still join tarekat. This article will explain the factors why some millennials join the Sammaniyah tarekat and what practices they practice in the tarekat. This study uses a qualitative approach that relies on data sources from observations and interviews with the murshid of the Sammaniyah tarekat and several millennials who are followers in West Pasaman Regency. The results of the study show that the motivations for millennials to join the Sammaniyah order include deepening religious knowledge with the guidance of the teacher/mursyid, seeking peace in life, and seeking the true nature of faith. For millennials and all congregations of the Sammaniyah order, there are several practices that must be followed, first, the practices carried out before becoming a student of the Sammaniyah order include conducting muzakarah with the murshid of the Sammaniyah order, taking a repentance bath and praying sunnah repentance, saying the pledge and staying in the Sammaniyah order surau for several days. The second practice after becoming a student of the Sammaniyah tarekat, including performing fardu prayers and increasing dhikr, both dhikr jahar and dhikr khofi. In addition to carrying out core practice activities, Sammaniyah tarekat students also have an agenda of other activities such as performing Friday prayers in congregation at the Sammaniyah tarekat surau, eating together on Fridays, gathering together in the recruitment of new congregants, conducting recitations and gatherings on other Islamic holidays.Sekalipun generasi milenial telah mulai memanfaatkan platform media sosial untuk mempelajari dan mendalami agama, namun sebagiannya masih bergabung sebagai jamaah tarekat. Artikel ini menjelaskan faktor-faktor mengapa sebagian generasi milenial bergabung dengan tarekat Sammaniyah dan amalan apa yang mereka praktikan dalam tarekat tersebut. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif yang mengandalkan sumber data dari hasil observasi dan wawancara dengan mursyid tarekat Sammaniyah dan beberapa generasi milenial yang menjadi pengikutnya di Kabupaten Pasaman Barat. Hasil  studi memperlihatkan bahwa motivasi kalangan milenial untuk mengikuti perguruan tarekat Sammaniyah di antaranya untuk memperdalam ilmu agama dengan bimbingan guru/mursyid, mencari kedamaian hidup, dan mencari hakikat iman yang sesungguhnya. Bagi  para milenial dan seluruh jemaah tarekat Sammaniyah ada beberapa amalan yang harus diikuti, pertama amalan sebelum menjadi murid seperti melakukan muzakarah dengan mursyid perguruan tarekat Sammaniyah, mandi taubat dan shalat sunnah taubat, pengucapan ikrar serta berdiam di surau tarekat selama beberapa hari. Kedua amalan pasca menjadi murid tarekat Sammaniyah, di antaranya melaksanakan shalat fardu dan memperbanyak zikir, baik zikir jahar maupun zikir khofi. Di samping melaksanakan amalan inti, murid tarekat Sammaniyah juga memiliki agenda kegiatan-kegiatan lainnya seperti melaksanakan shalat Jum’at berjamaah di surau tarekat Sammaniyah, makan bersama di hari Jum’at, kumpul bersama dalam kegiatan penerimaan jemaah baru, melakukan pengajian dan perkumpulan pada hari-hari besar Islam lainnya.