Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pelaksanaan Hak-Hak Pasien Terhadap Pelayanan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Ningsih, Siska Ayu
JURNAL KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH BENGKULU Vol 8, No 2 (2020): JURNAL KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH BENGKULU
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/jkmu.v8i2.1068

Abstract

Patients as health service users certainly have rights that must be fulfilled by service provider facilities and by the health service personnel themselves. This study aims to see the implementation of patient rights to the services of health workers at the Regional General Hospital of M. Yunus Bengkulu. This research is a qualitative descriptive study. Informants who become sources of information are patients, nurses and doctors. Data obtained by in-depth interviews and observation. The results of the study found several related themes, namely; the implementation of the informed concent which becomes an obligation every time an action will be carried out, there are several obstacles in fulfilling the patient's rights, and several legal remedies that can be taken by the patient if there are defaults related to the fulfillment of patient rights. In conclusion, the patient's rights to obtain the best possible health care from health workers are still not optimal. The efforts of patients whose rights are not fulfilled or there is a violation that causes harm to the patient, patients can report complaints and will be followed up by the hospital. Suggestions, that health workers who provide health services can serve quickly because the patient may need immediate treatment, as well as the first treatment according to the patient's needs so that it can give confidence that the treatment received is started and carried out correctly.Keywords: Patient Rights, Hospital Services, Health Personnel
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) Saat Dilakukan Pemasangan Infus Ningsih, Siska Ayu
JURNAL KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH BENGKULU Vol 7, No 2 (2019): JURNAL KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH BENGKULU
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/jkmu.v7i2.473

Abstract

Hospitalization in pediatric patients will cause children to feel anxious and stressed in various conditions. The purpose of this study was to determine the relationship of family support to anxious responses in school-age children (6-12 years) when an IV was placed in the emergency room at Rafflesia Bengkulu Hospital. This research is a descriptive analytic study with cross sectional approach. A sample of 78 children were placed on an IV line, samples were taken using accidental sampling technique. Data were obtained using a family support questionnaire and anxiety observation sheets. Bivariate analysis uses the Chi Square formula. Univariate analysis results found 57.7% of family support is good while 42.3% of family support is not good, while the level of anxiety of children is 17.9% not worried, 43.6% mild anxiety and 38.5% moderate anxiety. Bivariate analysis found ρ value 0,000, which means there is a relationship between family support and the level of anxiety of children. Conclusion, there is a significant relationship between family support and the level of anxiety of school-age children (6-12 years) when infusion is placed. Keyword: Family Support, Child Anxiety, Hospitalization
Perlindungan Hukum Bagi Korban Dugaan Kelalaian Dokter Di Rumah Sakit Ningsih, Siska Ayu; Aryati, Rika
Pagaruyuang Law Journal volume 8 nomor 1 tahun 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31869/plj.v8i1.5708

Abstract

Perlindungan hukum terhadap korban dugaaan kelalaian dokter di Rumah Sakit dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan perlindungan melalui pemberian sanksi dari segi perdata, pidana maupun administrasi yang dipertanggung jawabkan terhadap dokter yang bersangkutan. Di Indonesia masalah pertanggungjawaban hukum pidana seorang dokter dalam KUH Pidana yang mencakup tanggung jawab hukum yang ditimbulkan oleh kesengajaan maupun kealpaan/ kelalaian, diatur dalam Pasal 267, 299, 304, 322, 344, 346, 347, 348, 349 KUH Pidana mencakup kesalahan yang didasarkan pada kesengajaan. Sedangkan dasar kealpaan / kelalaian Pasal 267 KUH Pidana. Lebih khusus sanksi pidana yang dapat dikenakan bagi dokter yang terbukti melakukan malpraktik medik diatur dalam Pasal 75, 76, 77, 78 dan 79 UU Praktek Kedokteran dan Pasal  190 UU No. 36 Tahun 2009  tentang  kesehatan. Dapat dilihat bahwa upaya pemerintah dalam memberikan perlidungan terhadap korban kelalaian medik sudah cukup besar dengan melahirkan berbagai aturan yang dapat menjadi pertimbangan bagi setiap dokter sebelum bertindak,Faktor-faktor penyebab terjadinya dugaaan kelalaian dokter di Rumah Sakit yaitu disebabkan karena standar profesi kedokteraan yang terdiri atas kewenangan, kemampuan rata-rata, dan ketelitian yang umum. kemudian faktor kedua yaitu Standar Prosedur Operasional (SOP) yaitu suatu perangkat instruksi/ langkah- langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu. Adapun faktor terakhir yaitu kelalaian dalam hal ini yang dimaksud dengan kelalaian apabila tindakan tersebut berdampak kerugian.
HUBUNGAN INDEK MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN SHIVERING PADA PASIEN PASCA SPINAL ANESTESI PASIEN POST SECTIO SECAREA DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RSIA DWI SARI LUBUKLINGGAU Triansyah, Febri; Zulkarnain, Zulkarnain; Ningsih, Siska Ayu
INJECTION : Nursing Journal Vol 4, No 2 (2024)
Publisher : LPPM STIKES BHAKTI HUSADA BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang : Faktor yang dianggap berperan dalam terjadinya shivering pasca anestesi salah satu diantaranya adalah indeks massa tubuh (IMT). Masalah penelitian adalah masih adanya pasien yang mengalami shivering pasca spinal anestesi pasien post sectio secarea. Tujuan penelitian adalah diketahui hubungan indeksmassa tubuh dengan kejadian shivering pada pasien pasca spinal anestesi pasien post sectio secarea di Ruang Instalasi Bedah Sentral RSIA Dwi Sari LubuklinggauMetode : Penelitian ini dengan desain cross sectional. Populasi sebanyak 1.647 orang dan sampel sebanyak 94 orang. Jenis data penelitian adalah data primer dan sekunder. Analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik uji chi-square test.Hasil : Hasil penelitian sebanyak 41 orang hampir Sebagian responden (43,6%) dengan IMT normal, sebanyak 25 orang hampir sebagian responden (26,6%) yang mana dengan IMT underweight dan sebanyak 2 orang sebagian kecil responden (2,1%) dengan IMT obesitas II. Hasil penelitian sebanyak 65 orang hampir seluruh responden (69,1%) yang mengalami Shivering. Hasil penelitian bahwa ada hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian shivering pada pasien pasca spinal anestesi pasien post sectio secarea di Ruang Instalasi Bedah Sentral RSIA Dwi Sari Lubuklinggau.Kesimpulan : Bagi Institusi RSIA Dwi Sari Lubuklinggau dapat dijadikan standar indikator kewaspadaan dalam menjalani operasi sehingga mengurangi kejadian shivering pada pasien pasca spinal anestesi pasien post sectio secarea.Kata Kunci :  Indek Massa Tubuh, Shivering, Spinal Anestesi, Sectio Secarea. ABSTRACTBackground : One of the factors considered to play a role in the occurrence of shivering after anesthesia is body mass index (BMI). The research problem is that there are still patients who experience shivering after spinal anesthesia in post sectio secarea patients. The aim of the research is to determine the relationship between body mass index and the incidence of shivering in post-spinal anesthesia patients in post-sectorial patients in the Central Surgery Installation Room at RSIA Dwi Sari Lubuklinggau.Methods : This research has a cross sectional design. The population was 1,647 people and the sample was 94 people. The types of research data are primary and secondary data. Data analysis in this study used the chi-square test statistic.Results : The results of the study were 41 people, almost half of the respondents (43.6%) with normal BMI, 25 people, almost half of the respondents (26.6%) with underweight BMI and 2 people, a small percentage of respondents (2.1%) with BMI. obesity II. The results of the study were 65 people, almost all respondents (69.1%) experienced Shivering.The results of the research show that there is a relationship between body mass index and the incidence of shivering in post-spinal anesthesia patients in post-section care patients in the Central Surgical Installation Room at RSIA Dwi Sari Lubuklinggau.Conclusion : For the RSIA Dwi Sari Lubuklinggau Institution, it can be used as a standard indicator of vigilance in undergoing surgery so as to reduce the incidence of shivering in post-spinal anesthesia patients, post-sectorial patients.Keywords: Body Mass Index, Shivering, Spinal Anesthesia, Sectio Secarea.
Sosialisasi dan Edukasi Remaja Sadar Gizi dan Sehat Bebas Dari Anemia Untuk Meningkatkan Sistem Imun Pada Mahasiswa STIKes Bhakti Husada Bengkulu Dewi, Devi Cynthia; Riyanto, Agus; Novitasari, Deltari; Rozy, Veby Fransisca; Novega, Miki Kurnia Fitrizah; Shinta, Shinta; Horison, Nunu; Podesta, Ardiana; Marlena, Feni; Ningsih, Siska Ayu
Jurnal Pengabdian Masyarakat (Jupemas) Vol. 5 No. 2 (2024)
Publisher : Universitas Bakti Tunas Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36465/jupemas.v5i2.1368

Abstract

Masa remaja (adolescence) merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa yang ditandai adanya perubahan fisik, psikis dan psikososial (Dieny, 2021). Menurut World Health Organisation (WHO) batasan kelompok usia remaja adalah usia 12-24 tahun sedangkan menurut Depkes RI, batasan kelompok usia remaja adalah usia 10-19 tahun dan belum menikah (Kemenkes, 2021). Masa Remaja merupakan masa dimana organ reproduksi mulai berfungsi. Tujuan dari pengabdian ini adalah Untuk menjelaskan dan mengedukasi tentang Remaja Sadar Gizi  dan Sehat Bebas Dari Anemia Untuk Meningkatkan sistem Imun Di STIKes Bkati Husada Bengkulu. Metode yang digunakan yaitu berupa Penyebaran leaflet Tentang tentang Sosialisasi dan Edukasi Tentang Remaja Sadar Gizi  dan Sehat Bebas dari Anemia Untuk Meningkatkan sistem Imun Di STIKes Bkati Husada Bengkulu sebanyak 92 orang mahasiswa, dan instrument pengabdian berupa pembagian kuesioner dan diukur dengan pre-test untuk mengukur pengetahuan awal peserta. Sasaran pengabdian kepada masyarakat ini adalah mahasiswa STIKes Bhakti Husada Bengkulu. Hasil data frekuensi menunjukkan sebelum penyuluhan didapatkan hasil dalam kategori baik sebesar 88,46% sebanyak 78 responden, kategori sedang sebesar 11,54% sebanyak 12 responden dan kategori kurang sebesar 3,85% sebanyak 2 responden. disimpulkan hasil pre-test dihasilkan sebesar 88,46% berkategori baik dengan kategori kurang sebanyak 1 responden dan kategori sedang sebanyak 12 responden. Hasil post-test dihasilkan sebesar 98,2 % dengan kategori baik sebanyak 91 responden. Dan adanya pengaruh yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan sebesar 0,02. Penyuluhan dan pelatihan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan Peningkatan pemenuhan kebutuhan gizi pada Mahasiswa, serta edukasi terhadap  remaja terutama mahasiswa akan pentingnya Gizi  dan Sehat Bebas dari Anemia untuk Meningkatkan Sistem Imun.
KEDUDUKAN HUKUM SAKSI MAHKOTA SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1981 TENTANG KITAB HUKUM ACARA PIDANA Ningsih, Siska Ayu; Aryati, Rika
Pagaruyuang Law Journal volume 8 nomor 2 tahun 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31869/plj.v0i0.6178

Abstract

Hukum Acara Pidana berhubungan erat dengan adanya hukum pidana, maka dari itu merupakan suatu rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana badan-badan pemerintah yang berkuasa, yaitu Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan harus bertindak guna mencapai tujuan Negara dengan mengadakan Hukum Pidana. Pembuktian dalam perkara pidana membuktikan adanya tindakan pidana dan kesalahan terdakwa. Alat bukti segala sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu perbuatan, alat-alat bukti tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian guna menimbulkan keyakinan hakim atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah dilakukan terdakwa. Saksi Mahkota adalah saksi yang merangkap tersangka sebagai terdakwa yang bersama-sama melakukan tindak pidana dan berkas pemeriksaan terhadap para terdakwa terpisah atau disebut pemisahan berkas perkara (splitsing). Identifikasi masalah adalah Bagaimana kedudukan keterangan saksi mahkota dalam sistem peradilan pidana Indonesia? Bagaimana kedudukan keterangan saksi mahkota dalam praktik peradilan pidana Indonesia? dan Upaya apa yang harus dilakukan aparat penegak hukum agar penggunaan saksi mahkota tidak melanggar Hak Asasi Manusia (HAM)? Penulisan ini bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan atau penelitian hukum yang menggunakan sumber-sumber data primer, sekunder dan tersier seperti peraturan perundang-undangan, sejarah hukum, perbandingan hukum, teoriteori hukum dan pendapat-pendapat sarjana hukum yang berhubungan. Selanjutnya dianalisis dengan metode yuridis kualitatif dalam arti bahwa data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dengan tidak menggunakan rumus atau data statistik melainkan hanya berupa uraian-uraian yang berisi mengenai adanya kepastian hukum. Kedudukan hukum saksi mahkota dalam sistem peradilan pidana, penggunaan saksi mahkota dalam praktik pradilan pidana Indonesia terkecuali apabila berkaitan dengan ketentuan Pasal 168 KUHAP, keterangan saksi merupakan salah satu alat bukti dalam perkara pidana Saksi mahkota merupakan istilah untuk tersangka/terdakwa yang dijadikan saksi untuk tersangka/terdakwa lain yang bersama-sama melakukan suatu tindak pidana. Penggunaan saksi mahkota ”dibenarkan’ didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu yaitu, dalam perkara delik penyertaan ; terdapat kekurangan alat bukti; dan Diperiksa dengan mekanisme pemisahan (splitsing); Dengan memberikan upaya secara khusus kepada saksi mahkota dalam proses pemeriksaan dan penghargaan atas kesaksian yang diberikan. Dilakukan pemisahan tempat penahanan atau tempat menjalani pidana antara saksi dengan terdakwa dan/atau narapidana yang diungkap tindak pidananya.