Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

ANALISIS KADAR Immunoglobulin G Dan Immunoglobulin M TERHADAP PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RS. HARAPAN DAN DOA KOTA BENGKULU Dewi, Devi Cynthia
Mitra Raflesia (Journal of Health Science) Vol 16, No 2 (2024)
Publisher : LPPM STIKES BHAKTI HUSADA BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51712/mitraraflesia.v16i2.414

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang : Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Infeksi virus dengue dapat menyebabkan Demam Berdarah Dengue (DBD). Agent penularannya yaitu nyamuk betina yang terinfeksi terutama nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar IgG dan IgM pada penderita Deman berdarah dengue (DBD) di RS. Harapan dan Doa Kota Bengkulu. Metode : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analisis deskriptif dengan pendekatan studi literatur. Data diolah secara analisis univariat dan bivariate. Gambaran dari hasil Immunoglobulin G dan Immunoglobulin M yang diperoleh yaitu 5 sampel (16,7%) dengan hasil Immunoglobulin G(-) dan Immunoglobulin M(+),15 sampel (38,4%) dengan hasil Immunoglobulin G(+) dan Immunoglobulin M (-),11 sampel (31,2%) dengan hasil Immunoglobulin G(+) dan Immunoglobulin M (+),6 sampel (14,2%) dengan hasil Immunoglobulin G (-) dan IgM (-). Hasil : Berdasarkan hasil yang diperoleh, terdapat hasil IgG (-) dan IgM (+) pada 5 sampel (28%), serta hasil IgG (+) dan IgM (-) pada 10 sampel (42%) dan 15 (37%). sampel. Dengan IgG (-) dan IgM (-). Berdasarkan jenis kelamin, 15 orang (73,8%) berjenis kelamin laki-laki dan 45 orang (26,3%) berjenis kelamin perempuan. Diketahui nilai X2 yang dihitung dari hasil statistik chi-square = 45,3> X2 tabel =5,954 dengan nilai r = 0,000 (< 0,05). Simpulan : Hasil: Berdasarkan hasil penelitian, IgG dan IgM pada pasien DBD paling banyak ditemukan berdasarkan hasil analisa serologi IgG (+) dan IgM (-) dengan penyakit DBD sekunder, dan terdapat pada pasien lainnya. Penderita demam berdarah lebih sering adalah laki-laki dibandingkan perempuan.Kata Kunci : DBD, Analisis Kadar IgG, Analisis Kadar IgM.  ABSTRACTBackground : DHF is one of the health problems in Indonesia The number of sufferers tends to increase and the spread becomes wider. Dengue virus infection can cause Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). The transmission agent is infected female mosquitoes, especially Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes through the bite of an infected mosquito. This study aims to analyze IgG and IgM levels in dengue hemorrhagic fever (DHF) sufferers in hospitals. Hopes and Prayers of the City of Bengkulu. Methods : This research uses descriptive analysis research with a literature study approach. Data were processed using univariate and bivariate analysis. An overview of the Immunoglobulin G and Immunoglobulin M results obtained were 5 samples (16.7%) with Immunoglobulin G(-) and Immunoglobulin M(+) results, 15 samples (38.4%) with Immunoglobulin G(+) and Immunoglobulin results M (-), 11 samples (31.2%) with results of Immunoglobulin G (+) and Immunoglobulin M (+), 6 samples (14.2%) with results of Immunoglobulin G (-) and IgM (-). Results Based on the results obtained, there were IgG (-) and IgM (+) results in 5 samples (28%), as well as IgG (+) and IgM (-) results in 10 samples (42%) and 15 (37%). sample. With IgG (-) and IgM (-). Based on gender, 15 people (73.8%) were male and 45 people (26.3%) were female. It is known that the value of X2 calculated from the results of the chi-square statistic = 45.3> > X2 table =5,954 with a value r = 0,000 (< 0,05). Conclusion : Results: Based on the research results, IgG and IgM in dengue fever patients were mostly found based on the results of serological analysis of IgG (+) and IgM (-) with secondary dengue fever, and were found in other patients. Dengue fever sufferers are more often men than women.Keywords: DHF, IgG Level Analysis, IgM Level Analysis
HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI RW 02 KELURAHAN SUMBER HARTA UPT PUSKESMAS SUMBER HARTA LUBUK LINGGAU Santoso, Santoso; Dewi, Devi Cynthia; Andrianti, Septi
Mitra Raflesia (Journal of Health Science) Vol 14, No 1 (2022)
Publisher : LPPM STIKES BHAKTI HUSADA BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51712/mitraraflesia.v14i1.192

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang : Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian dini pada masyarakat di dunia dan semakin lama, permasalahan tersebut semakin meningkat. Salah satu faktor risiko hipertensi adalah kebiasaan merokok. Masalah penelitian adalah masih banyaknya kejadian hipertensi di Rw 02 Kelurahan Sumber Harta UPT Puskesmas Sumber Harta Tahun 2022. Tujuan penelitian adalah diketahui Hubungan Perilaku Merokok Dengan kejadian Hipertensi di Rw 02 Kelurahan Sumber Harta UPT Puskesmas Sumber Harta Tahun 2022.Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah Cross sectional. Populasi sebanyak 257 orang dan sampel penelitian sebanyak 72 orang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan data primer dan sekunder. Analisis data univariat dan bivariat dengan metode statistik chi square pada taraf signifikansi 0,05.Hasil analisis univariat didapatkan terdapat sebanyak 53 orang (73,6%) pernah merokok dan terdapat sebanyak 47 orang (65,3%) dengan hipertensi. Ada hubungan yang bermakna antara kebiasan merokok dengan kejadian hipertensi di Rw 02 Kelurahan Sumber Harta UPT Puskesmas Sumber Harta Lubuklinggau dengan nilai p = 0,028.Simpulan : Kepala UPT Puskesmas Sumber Harta Lubuklinggau agar mempertimbangkan untuk membentuk klinik berhenti merokok di UPT Puskesmas Sumber Harta Lubuklinggau sehingga pasien yang memiliki kebiasaan merokok terfasilitasi untuk berhenti merokok dan mengurangi kejadian hipertensi.Kata Kunci : Perilaku Merokok, Hipertensi.  ABSTRACT Baground : Hypertension is one of the causes of premature death in people in the world and the longer the problem is increasing. One of the risk factors for hypertension is smoking. The research problem is that there are still many occurrences of hypertension in Rw 02 Sumber Harta Village UPT Sumber Harta Health Center in 2022. The purpose of this study is to find out the relationship between smoking behavior and the incidence of hypertension in Rw 02 Sumber Harta Village UPT Sumber Harta Health Center in 2022.Method : The type of research used is cross sectional. The population is 257 people and the research sample is 72 people. The type of data used in this research is using primary and secondary data. Analysis of univariate and bivariate data with the chi square statistical method at a significance level of 0.05.Result :The results of the univariate analysis showed that there were 53 people (73.6%) who had smoked and there were 47 people (65.3%) with hypertension. There is a significant relationship between smoking habits and the incidence of hypertension in Rw 02 Sumber Harta Village UPT Sumber Harta Health Center Lubuklinggau with p = 0.028.Conclusion : The head of the UPT Puskesmas Sumber Harta Lubuklinggau should consider establishing a smoking cessation clinic at the UPT Puskesmas Sumber Harta Lubuklinggau so that patients who have smoking habits are facilitated to stop smoking and reduce the incidence of hypertension.Keywords: Smoking Behavior, Hypertension.
HUBUNGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DENGAN HIPERTENSI PADA PASIEN POLIKLINIK JANTUNG DI RSUD HARAPAN DAN DOA KOTA BENGKULU TAHUN 2023 Dewi, Devi Cynthia; Miranda, Tenike Gita
Jurnal Fatmawati Laboratory & Medical Science Vol 3 No 1 (2023): Pemeriksaan Laboratorium Medis
Publisher : POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33088/flms.v3i1.407

Abstract

Resiko PJK lebih meningkat 8 kali pada penderita hipertensi yang di sertai faktor resiko (kolesterol, merokok, stress dan lain-lain).Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang ≥ 140/90 mmHg. Kira-kira 90-95 % orang yang menderita hipertensi dikatakan menderita hipertensi primer. Hipertensi merupakan faktor predisposisi yang kuat dan independen terhadap morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar kolesterol total dengan hipertensi pada pasien poliklinik jantung di RSUD Harapan Dan Doa Kota Bengkulu tahun 2023”. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan desain penelitian cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling dan berjumlah 45 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 95 % pasien memiliki kadar kolesterol total tidak normal dan dengan hipertensi. Serta 22,1 % pasien memiliki kadar kolesterol total normal dan dengan hipertensi. Uji statistic chi-square menunjukkan ada hubungan antara kadar kolesterol total dengan hipertensi pada pasien poliklinik jantung di RSUD Harapan Dan Doa Kota Bengkulu tahun 2023 (p 0,000 ≤ 0,05). Rumah sakit hendaknya meningkatkan pelayanan berupa penyuluhan tentang hipertensi yang diakibatkan oleh peningkatan kadar kolesterol total pada pasien poliklinik jantung, sehingga peningkatan kadar kolesterol total yang dapat meningkatkan tekanan darah dapat segera dikontrol.
GAMBARAN KADAR LIMPOSIT PADA PASIEN YANG BARU TERINFEKSI TUBERCULOSIS PARU DI RS. M.YUNUS BENGKULU Dewi, Devi Cynthia
Jurnal Fatmawati Laboratory & Medical Science Vol 4 No 1 (2024): Bakteriologi Jilid 2
Publisher : POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33088/flms.v4i1.615

Abstract

Pendahuluan: Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Selain di paru TB juga dapat terjadi di organ lain seperti kulit, usus, otak, ginjal dan tulang. TB ditransmisikan melalui droplet nuclei yang dikeluarkan oleh penderita TB aktif ketika batuk, bersin, atau berbicara. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh bakteri intraselular Mycobacterium tuberculosis. Bakteri intraselular resisten terhadap eliminasi oleh makrofag sehingga dibutuhkan respons imun adaptif yaitu cell mediated imunity (CMI). Mekanisme imunitas ini diperantarai oleh sel limfosit T. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan kadar limposit pada pasien yang baru terinfeksi Tuberculosis di RS. M.Yunus Bengkulu. Metode Penelitian : Peneltian ini menggunakan penelitian deskriptif kategorik dengan desain potong lintang menggunakan data sekunder yaitu rekam medik pasien tuberculosis yang baru terinfeksi. Sampel dalam penelitian ini adalah 75 sampel pasien Tuberculosis yang baru terinfeksi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah consecutive sampling.. Hasil : Pada pasien yang baru terinfeksi tuberculosis kadar limposit yang ditemukan pada pasien dengan jumlah limfosit <20% sebanyak 42 pasien (72,4%), jumlah limfosit 15- 20% sebanyak 31 pasien (25,3%), dan jumlah limfosit >30% terdapat pada 2 pasien (2,3%). Jumlah limfosit absolut <1.000/mm3 sebanyak 25 pasien (20,2%), jumlah limfosit absolut 1.000-4.000/mm3 sebanyak 50 pasien (79,8%) Kesimpulan : dari hasil penelitian dilakukan dapat disimpulkan kadar limposit dengan pasien yang baru terinfeksi Tuberculosis yaitu Pasien dengan limfopenia relatif sebanyak 72,4%; pasien dengan limfopenia absolut sebanyak 25,3%.di RS.M. Yunus Bengkulu.
HUBUNGAN FAKTOR KESEHATAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN STUNTING UNTUK MENUNJANG SISTEM IMUN PADA BALITA DI PUSKESMAS SAWAH LEBAR TAHUN 2023 Dewi, Devi Cynthia
Jurnal Sanitasi Profesional Indonesia Vol 4 No 2 (2023): Desember
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33088/jspi.4.2.74-80

Abstract

The environmental health problems such as low sanitation and hygiene are likely to trigger any digestive disorders that will probably influence the number of nutritions received by the body. As a result, the body's resistance of children could be affected, and they will be vulnerable to infection. With this case, there is a higher risk of stunting in children. The major purpose of this study was to investigate the relationships between the environmental health and the occurrences of stunting in children under five years old in the area of Sawah Lebar Kota Bengkulu Health Center in 2023. The methodological approach taken in this research was observational analytic with a cross sectional approach. The samples of this research were 250 children under five years old. They were selected by using a purposive sampling technique. The univariate analysis and bivariate analysis was conducted by using a chi-square test. Based on the statistical analysis, the findings of this research indicated that there were significant influences of the drinking water sources (p=0.022), the quality of drinking water (p=0.006), the ownership of latrine (p=0.041), the waste management (p=0.000), and the hand washing habits p=0.002) on the occurrences of stunting. However, the variables such as the drinking water treatment (p=0.454) and the solid waste management (p=0.70) were apparent to have no significant influences on the occurrences of stunting in the area of Sawah Lebar Kota Bengkulu Health Center. Therefore, as implications of this research, it is expected for for health workers to provide socialization on practical and effective methods of sanitation and hygienic lifestyle. Hence, people could be aware on the importance of maintaining environmental health to avoid the occurrences of infectious diseases that could trigger the cases of stunting in children.
Sosialisasi dan Edukasi Remaja Sadar Gizi dan Sehat Bebas Dari Anemia Untuk Meningkatkan Sistem Imun Pada Mahasiswa STIKes Bhakti Husada Bengkulu Dewi, Devi Cynthia; Riyanto, Agus; Novitasari, Deltari; Rozy, Veby Fransisca; Novega, Miki Kurnia Fitrizah; Shinta, Shinta; Horison, Nunu; Podesta, Ardiana; Marlena, Feni; Ningsih, Siska Ayu
Jurnal Pengabdian Masyarakat (Jupemas) Vol. 5 No. 2 (2024)
Publisher : Universitas Bakti Tunas Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36465/jupemas.v5i2.1368

Abstract

Masa remaja (adolescence) merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa yang ditandai adanya perubahan fisik, psikis dan psikososial (Dieny, 2021). Menurut World Health Organisation (WHO) batasan kelompok usia remaja adalah usia 12-24 tahun sedangkan menurut Depkes RI, batasan kelompok usia remaja adalah usia 10-19 tahun dan belum menikah (Kemenkes, 2021). Masa Remaja merupakan masa dimana organ reproduksi mulai berfungsi. Tujuan dari pengabdian ini adalah Untuk menjelaskan dan mengedukasi tentang Remaja Sadar Gizi  dan Sehat Bebas Dari Anemia Untuk Meningkatkan sistem Imun Di STIKes Bkati Husada Bengkulu. Metode yang digunakan yaitu berupa Penyebaran leaflet Tentang tentang Sosialisasi dan Edukasi Tentang Remaja Sadar Gizi  dan Sehat Bebas dari Anemia Untuk Meningkatkan sistem Imun Di STIKes Bkati Husada Bengkulu sebanyak 92 orang mahasiswa, dan instrument pengabdian berupa pembagian kuesioner dan diukur dengan pre-test untuk mengukur pengetahuan awal peserta. Sasaran pengabdian kepada masyarakat ini adalah mahasiswa STIKes Bhakti Husada Bengkulu. Hasil data frekuensi menunjukkan sebelum penyuluhan didapatkan hasil dalam kategori baik sebesar 88,46% sebanyak 78 responden, kategori sedang sebesar 11,54% sebanyak 12 responden dan kategori kurang sebesar 3,85% sebanyak 2 responden. disimpulkan hasil pre-test dihasilkan sebesar 88,46% berkategori baik dengan kategori kurang sebanyak 1 responden dan kategori sedang sebanyak 12 responden. Hasil post-test dihasilkan sebesar 98,2 % dengan kategori baik sebanyak 91 responden. Dan adanya pengaruh yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan sebesar 0,02. Penyuluhan dan pelatihan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan Peningkatan pemenuhan kebutuhan gizi pada Mahasiswa, serta edukasi terhadap  remaja terutama mahasiswa akan pentingnya Gizi  dan Sehat Bebas dari Anemia untuk Meningkatkan Sistem Imun.
PERBANDINGAN TINGKAT KEKAMBUHAN DEMAM TIFOID TERHADAP STRESS DAN RESPON IMUN DIWILAYAH PUSKESMAS SAWAH LEBAR BARU KOTA BENGKULU Dewi, Devi Cynthia
Jurnal Ilmiah Pharmacy Vol 11, No 2 (2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Kesehatan Al-Fatah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52161/jiphar.v11i2.565

Abstract

Di Indonesia demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan kejadian diantaranya 350-180 kasus per 100.000 penduduk dan CFR berkisar 3%. Demam tifoid (termasuk para-tifoid) yang biasa juga disebut typhus atau tipes merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi, yang dapat menyerang bagian saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Penyakit ini tergolong penyakit menular yang bisa menyerang banyak orang. Tifoid dapat disebabkan oleh imunitas keadaan/daya tahan tubuh seseorang, konsumsi makanan dan minuman yang beresiko (belum dimasak/direbus, stres terkena lalat, tidak memperhatikan kebersihannya), gaya hidup. Tujuan utama penelitian ini adalah  untuk mengetahui hubungan stress dan respon imun dengan tingkat kekambuhan demam tifoid pada masyarakat di wilayah Puskesmas Sawah Lebar baru Kota Bengkulu. Penelitian ini menggunakan metode desain penelitian deskriptif corelatif dengan perangkat cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien tifoid yang datang ke Puskesmas Sawah Lebar Baru Kota Bengkulu, yaitu 95 pasien. Penelitian ini menggunakan tehnik pengambilan sampel purposive sampling dengan jumlah pasien sebanyak 35 orang sampel. Teknis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara kuesioner dan wawancara kepada pasien. Kuesionernya meliputi stress, respon imun dan tingkat kekambuhan tifoid. Dari Penelitian ini dapat ditarik kesimpulan dari uji hipotesis yang dilakukan dengan analisis data menggunakan analisis bivariate tabulasi silang maka hasil nilai nilai Chi-Square (X²) dan Chi-Square (X²)  untuk tingkat kekambuhan tifoid serta hubungan respon imun yaitu sebesar 32,615. Tingkat signifikansi 0,011 lebih kecil dari 0,05 maka dalam hal ini Ho ditolak dan Ha diterima, maka disimpulkan ada hubungan antara respon imun dengan tingkat kekambuhan demam tifoid, sedangkan nilai Chi Square (X²) untuk stres dan tingkat kekambuhan tifoid sebesar 24,716 dengan tingkat signifikan 0,024 lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha ditolak. diterima. Pada penelitian ini makadapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara stress dan respon imun dengan tingkat kekambuhan demam tifoid pada masyarakat di wilayah Puskesmas Sawah Lebar Baru Kota Bengkulu.
EFFECT OF Cayratia trifolia L (Domin) EXTRACT ON REDUCED EXPRESSION OF MATRIX METALLOPROTEINASE-9 (MMP–9) AND VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR –A (VEGF-A) IN WHITE RATS WITH BREAST CANCER Dewi, Devi Cynthia; Sudiana, I Ketut
Folia Medica Indonesiana Vol. 52 No. 1 (2016): JANUARY - MARCH 2016
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.733 KB) | DOI: 10.20473/fmi.v52i1.5206

Abstract

The number of cancer cases in every year has increased. One effort in reducing breast cancer cases is by using anti-angiogenesis which could prevent the growth and metastasis of cancer cells. Xxx the process of angiogenesis and metastasis in cancer cells are associated with the expression of Matrixmetalloproteinase- 9 (MMP-9) and Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF). To reduce metastasis in cancer cells, it can be performed by giving plant extracts Cayratiatrifolia L (Domin), containing the active compound Resveratrol, delphinidin/malvidin and Quercetin. The content of the chemical compound of these herbs has immunomodulatory effects, which could potentially prevent angiopoitin, FGF and decrease angiogenesis and neovascularization. So, the metastatic cancer cells can be inhibited. Objective to analyze the effect of the ethanol plant extract Cayratiatrifolia L (Domin) toward the reduction of Matrixmetalloproteinase Expression.-9 (MMP-9) and Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) on white rat of breast cancer models. This study used pure experiment laboratory (True Experimental) with Randomized design study. Post Test was only applied on Control Group Design. This research used experimental female animal Sprague Dawley Rattus which consisted of 30 individuals divided into three groups, from aged 30-40 days. In this research the number of K0 consisted of 5 individual, 6 Kl and 8 KP. KP is a group of experimental animals with breast cancer who were given Cayratiatrifolia extract as much as 300 mg/kg for four weeks. To create animal cancer models, the researcher used DMBA a dose of 10 mg/kg given orally. The measured variables were cells expressing Matrixmetalloproteinase-9 (MMP-9) and Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), differential test applied in this study is Manova. Results based on the statistical analysis of MMP-9 and VEGF-A, between the KI to KP showed a significant difference (p <0.05). Cayratiatrifolia plant extract orally can decrease the number of cells that express MMP-9 and the number of cells that express VEGF-A. The ethanol extract of plants Cayratiatrifolia L (Domain) can reduce the expression Matrixmetalloproteinase-9 (MMP-9) and Vascular endothelial growth factor (VEGF) on white rat of breast cancer models.
KORELASI ANTARA STATUS IMUNITAS DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI JOMPO TRESNA WERDHA KOTA BENGKULU Dewi, Devi Cynthia; Nunu Harison; Feny Marlena
Mitra Raflesia (Journal of Health Science) Vol. 17 No. 1 (2025)
Publisher : LPPM STIKES BHAKTI HUSADA BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51712/7z30yq93

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Sistem kekebalan pada tubuh berperan dalam perbaikan DNA manusia, pencegahan infeksi yang dikarenakan oleh virus, bakteri maupun jamur serta mikroorganisme lainnya, dan sistem imun juga dapat menghasilkan antibodi (immunoglobulin). Apabila kebutuhan tidur pada lansia tidak tercukupi akan berdampak negatif terhadap kesehatannya seperti lansia akan lebih emosional dan penurunan dari fungsi kekebalan tubuh. Lansia dengan kualitas tidur yang buruk menyebabkan terganggunya aktivitas keesokan harinya, sulit mengendalikan emosionalnya dan akan kurang semangat dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya. Lansia yang mengalami insomnia dapat meningkatkan risiko-risiko kesehatannya, fungsi sistem imun akan rusak. Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi status Imunitas dengan kejadian Insomnia di Panti Jompo Tresna Werdha Kota Bengkulu. Metode Penelitian : Penelitian dilakukan dengan rancang bangun cross sectional. Subyek penelitian diambil dari populasi dengan cara simple random sampling. Sampel penelitian berjumlah 74 lansia dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Data penelitian diambil dengan cara wawancara menggunakan kuisioner KSPBJ-IRS dan ISQ. Hasil penelitian dianalisis dengan aplikasi statistik. Skala data berupa nominal dan dilakukan analisis meggunakan uji Chi Square. Hasil : Hasil penelitian menunjukan bahwa lansia dengan status imunitas yang kurang baik 73,5% mengalami insomnia dan 26,5% yang tidak mengalami insomnia. Lansia dengan dengan status imun baik 31,5% tidak insomnia dan 68,5% mengalami insomnia. Hasil uji menggunakan uji analisis Chi Square untuk mengetahui korelasi status imunitas dengan kejadian insomnia didapatkan nilai 0,01 (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara status imunitas dengan kejadian insomnia pada lansia di Panti Jompo Tresna Werdha Kota Bengkulu. Kesimpulan : Dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara status imunitas dengan kejadian Insomnia pada lansia di Panti Jompo Tresna Werdha Kota Bengkulu. Saran : Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan variabelnya, contohnya hubungan insomnia dengan sel penanda imun tubuh dan kadar sitokin inflamasi. Kata Kunci: Status Imunitas, Kejadian Insomnia, Lanjut Usia   ABSTRACT Introduction: The immune system in the body plays a role in repairing human DNA, preventing infections caused by viruses, bacteria or fungi and other microorganisms, and the immune system can also produce antibodies (immunoglobulins). If the need for sleep in the elderly is not met, it will have a negative impact on their health, such as the elderly will be more emotional and a decrease in immune function. Elderly people with poor sleep quality cause disruption of activities the next day, difficulty controlling their emotions and will be less enthusiastic in carrying out their daily activities. Elderly people who experience insomnia can increase their health risks, the function of the immune system will be damaged. Purpose: This study was conducted to determine the correlation between Immunity status and the incidence of Insomnia at the Tresna Wherdha Nursing Home in Bengkulu City. Research Method: The study was conducted with a cross-sectional design. The research subjects were taken from the population by simple random sampling. The research sample was 74 elderly people with a purposive sampling technique. Research data were taken by interview using the KSPBJ-IRS and ISQ questionnaires. The results of the study were analyzed using statistical applications. The data scale is nominal and the analysis was carried out using the Chi Square test. Results: The results of the study showed that 73.5% of elderly people with poor immune status experienced insomnia and 26.5% did not experience insomnia. 31.5% of elderly people with good immune status did not experience insomnia and 68.5% experienced insomnia. The results of the test using the Chi Square analysis test to determine the relationship between insomnia and immune status obtained a value of 0.01 (p <0.05). Based on the results of the study, it showed a significant relationship between insomnia and immune status in the elderly at the Tresna Wherdha Nursing Home, Bengkulu City. Conclusion: This study shows that there is a significant correlation between immune status and the incidence of insomnia in the elderly at the Tresna Wherdha Nursing Home, Bengkulu City. Suggestion: Further research can develop variables, for example the relationship between insomnia and immune marker cells and inflammatory cytokine levels Keywords: Immune Status, Insomnia Incidence, Elderly
The Relationship Between Mothers' Knowledge Levels about Immunization and the Completeness of Basic Immunization in Toddlers Kaharuddin, Riski Muhammad Akbar; Dewi, Devi Cynthia; Asmah, Nur
International Journal of Health Sciences Vol. 3 No. 4 (2025): IJHS : International Journal of Health Sciences
Publisher : Asosiasi Guru dan Dosen Seluruh Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59585/ijhs.v3i4.870

Abstract

Immunization is an effective way to prevent infectious diseases and reduce morbidity and mortality in toddlers. Mothers' knowledge of basic immunizations plays a crucial role in determining the completeness of their child's immunizations. This study aims to determine the relationship between mothers' knowledge of immunizations and the completeness of basic immunizations in toddlers. This study is descriptive analytical with a cross-sectional approach. Sectional. The study population was all mothers with toddlers aged 12–59 months in the working area of Community Health Center X in 2025 with a sample of 100 respondents taken by purposive sampling. Data were collected using an immunization knowledge questionnaire and a KIA book observation sheet. Data analysis was carried out univariately and bivariately using the Chi- Square test. The results showed that most mothers had good knowledge (62%), and 68% of toddlers had complete basic immunizations. The Chi- Square test showed a p value = 0.002 (<0.05) which means there is a significant relationship between the level of maternal knowledge about immunization and the completeness of basic immunizations in toddlers. It was concluded that the higher the level of maternal knowledge, the more complete the basic immunizations in toddlers. It is hoped that health workers will increase public education about the importance of immunization through counseling and attractive information media.