Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Efektifitas Larutan Pengawet pada Sampel Plankton pada Pemeriksaan di Laboratorium Winarsih, Lies; Susanto, Dedi; Duya, Novia
Indonesian Journal of Laboratory Vol 6 No 3 Tahun 2023
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ijl.v1i3.89737

Abstract

Biota air dan kualitas air merupakan interaksi yang kuat. Biota air biasanya terdiri dari plankton, bentos dan berbagai jenis ikan. Dalam pengambilan sampel untuk pemeriksaan plankton di laboratorium biasanya dilakukan pengawetan.Dalam beberapa penelitian sebelumnya pengawetan sampel menggunakan (a) Formalin 4%, (b) Formalin 4 % ditambah Gliserin, (c) Formalin 2–5 % ditambah Natrium/Kalsium Karbonat,(d) Formalin 5 % ditambah CuSO4, (e) Lugol 4 %, (f) Lugol dalam Asam Acetat.  Pengambilan sampel plankton dilakukan pada zona permukaan dengan cara mengambil sampel air dengan ember volume 20 liter kemudian disaring dengan menggunakan plankton net. Hal ini dilakukan sebanyak 5 kali sehingga volume yang tersaring  berkisar 100 liter, air yang tertampung dalam botol plankton net dipindahkan ke dalam botol sampel dan diberikan pengawet berturut turut dengan (a) Formalin 5 %,(b) Formalin 4% ditambah Gliserin, (c) Formalin 4 % ditambah Na/K Karbonat, (d ) Formalin 5 % ditambah CuSO4, (e) Lugol 4 %, dan (f) Lugol dalam Asam Asetat. Kondisi faktor abiotik dari air terjun Pengantin tergolong baik dan optimal untuk pertumbuhan organisme perairan yaitu DO sebesar 9 mg/L, suhu sebesar 230C,  pH sebesar 7,05, sebesar 14,27 cm/detik, serta TSS dan TDS sebesar 15,33 mg/l dan 83,33 mg/l, sedangkan dari hasil pemeriksaan BOD,COD didapat hasil 4,52 mg/l dan 27,45 mg/l. Dari masing masing larutan pengawet yang digunakan dalam sampel diperoleh kehadiran plankton yang berbeda untuk pengawet (a) Lugol Asam Asetat diperoleh 21 spesies dengan 401 individu, (b) formalin 4% ditambah Gliserin  diperoleh 18 spesies dengan 403 individu, (c) Lugol 4% diperoleh 13 spesies dengan 190 individu, (d) Formalin 4% dan CaCO3 sebanyak 13 spesies dengan 172 individu, (e) Formalin 5% dan CuSO4 diperoleh  11 spesies dengan 104 individul dan (f) Formalin  4% sebanyak 15 spesies dengan 77 individu .
PENGGUNAAN EKSTRAK JERUK KALAMANSI DAN EKSTRAK TAUGE UNTUK MENINGKATKAN MUTU PRODUK DALAM PEMBUATAN NATA DE COCO Winarsih, Lies; Aprira, Aprira
JURNAL PENGELOLAAN LABORATORIUM SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 2 No 1: Juni 2022
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/labsaintek.v2i1.15446

Abstract

Salah satu mata praktikum  kewirausahaan di laboratorium dasar  adalah pembuatan nata de coco. Dalam proses pembuatan nata de coco dalam praktikum dan produksi masyarakat bengkulu selama ini masih menggunakan bahan kimia yaitu urea dan asam asetat yang berfungsi menyediakan energi untuk terbentuknya lapisan nata dan membuat suasana asam. Penggunaan asam asetat dan urea  adalah bahan kimia yang dicampurkan dalam proses pembuatan makanan sehingga produk nata yang dihasilkan kurang diminati sebagian konsumen yang punya anggapan produk tersebut kurang sehat dan aman untuk dikonsumsi. Sehingga penulis berfikir untuk mencari bahan alternatif pengganti dari kedua bahan tersebut.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak tauge dan ekstrak jeruk kalamansi dapat digunakan sebagai pengganti urea/za dan asam asetat dalam pembuatan nata de coco serta bagaimana kualitas produknya jika dibandingkan dengan nata de coco yang pembuatannya  dengan  urea dan asam asetat sebagai nata de coco kontrol. Penelitian dilakukan dengan mengganti urea dan asam asetat dengan ekstrak tauge dan ekstrak jeruk kalamnsi dengan fariasi ekstrak tauge 10%,15% dan 20% serta ekstrak jeruk kalamnsi 2%,4% dan 6%, dari hasil penelitian didapatkan bahwa ekstrak tauge 10% dan 15% dengan 2% ekstrak jeruk kalamansi mendapatkan hasil yang signifikan dengan nata de coco control di lihat dari segi ketebalan da berat nata serta aspek organoleptis yang meliputi bau ,warna dan rasa.
PERBANDINGAN PENGGUNAAN SASAK BERBAHAN KAYU DAN BESI TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN HERBARIUM DI LABORATORIUM BIOLOGI, UNIVERSITAS BENGKULU Susanto, Dedi; Winarsih, Lies; Supriati, Rochmah
JURNAL PENGELOLAAN LABORATORIUM SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 1 No 1: Juni 2021
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.189 KB) | DOI: 10.33369/labsaintek.v1i1.15433

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kecepatan pengeringan dalam proses pembuatan herbarium dengan menggunakan tiga jenis sasak : sasak berbahan kayu, sasak berbahan besi plat dan sasak berbahan besi bulat batangan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental yang dilakukan dengan mengeringkan spesimen tanaman sirih pada suhu 50oC dengan waktu pengeringan 3x24 jam. Alat pengering yang digunakan adalah oven. Untuk mengetahui kestabilan pengoperasian oven digunakan stop kontak timer. Untuk mengetahui kadar air tanaman sirih digunakan neraca analitik. Hasilnya adalah jenis sasak terhadap kecepatan pengeringan terbaik menurut urutan adalah : 1) sasak besi bulat batangan, 2) sasak kayu, 3) sasak besi plat. Sedangkan jenis sasak terhadap kualitas spesimen terbaik menurut urutan adalah : 1)  sasak kayu, 2) sasak besi bulat batangan, 3) sasak plat besi.