Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

The Manokwari Declaration: Challenges ahead in conserving 70% of Tanah Papua’s forests Cámara-Leret, Rodrigo; de Fretes, Yance; Scholes, Edwin; Laman, Timothy G.; Roehrdanz, Patrick; Hannah, Lee; McLeod, Jonathan; Fisher, Larry A.; Deverell, Richard; Bramley, Gemma; Utteridge, Timothy; Schuiteman, Andre; Heatubun, Charlie
Forest and Society Vol. 3 No. 1 (2019): APRIL
Publisher : Forestry Faculty, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (554.738 KB) | DOI: 10.24259/fs.v3i1.6067

Abstract

The Manokwari Declaration is an unprecedented pledge by the governors of Indonesia’s two New Guinea provinces to promote conservation and become SE Asia’s new Costa Rica. This is an exciting, yet challenging endeavour that will require working on many fronts that transcend single disciplines. Because Indonesian New Guinea has the largest expanse of intact forests in SE Asia, large-scale conservation pledges like the Manokwari Declaration will have a global impact on biodiversity conservation and climate change mitigation.
Perubahan Karakteristik Tegakan Hutan pada Petak Ukur Permanen Taman Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat Ramandani, Leli; Mapandin, Laurensia Verina; Wambrauw, Kalvin; Tetelepta, Ezra; Mofu, Andris F. Z.; Oruw, Daniel Jemmy; de Fretes, Yance; Wanma, Jimmy F; Heatubun, Charlie D.
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 6 No 2 (2024)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.6.2024.111-122

Abstract

Tahun 2016 telah dibangun Petak Ukur Permanen dengan metode Rainfor pada kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja. TWA Gunung Meja merupakan salah satu kawasan yang digunakan untuk mempelajari proses perubahan struktur dan komposisi tegakan pohon. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk membandingkan hasil pengamatan terhadap struktur dan komposisi hutan pada pengukuran tahun 2016 dan pengukuran terkini pada tahun 2021. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Pengambilan data dilakukan dengan mengukur diameter pohon dan tinggi tegakan pohon yang ada dalam lokasi penelitian. Kemudian dilakukan perhitungan volume pohon dan pengolahan data menggunakan indeks dominansi dan indeks kekayaan jenis untuk melihat tinggi rendahnya jenis yang dimiliki pada kawasan Petak Ukur Permanen ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Terdapat perbedaan komposisi tegakan selama kurun waktu 5 tahun (tahun 2016 sampai 2021). Walaupun jumlah jenis pohon tetap sama yakni 76 jenis, tetapi terdapat penambahan jenis pohon yakni Adenanthera novoguinensis, Porterandia sp. dan Harpullia sp. Jumlah individu mengalami pengurangan sebanyak 7 individu dari tahun 2016. Namun volume masih terlihat peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebanyak 380,771 m3. Penambahan rata-rata diameter pohon terbesar antara 0,226-2,716 cm per tahun, sementara rata-rata pertambahan volume pohon tercepat adalah 0,119 - 1,280 m3. Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan volume di TWA Gunung Meja sangat kecil. Tidak ada jenis pohon yang dominan berdasarkan indeks dominansi dengan nilai 0,049. Nilai Indeks Kekayaan Jenis dengan nilai 12,60 menunjukkan kekayaan jenis pada TWA Gunung Meja tergolong tinggi.
Keanekaragaman Serangga di Kebun Masyarakat Kampung Kwau Pegunungan Arfak, Papua Barat Palayukan, Magdalena Rara; Panjaitan, Rawati; de Fretes, Yance
Agrisintech (Journal of Agribusiness and Agrotechnology) Vol 5 No 2 (2024): Oktober
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31938/agrisintech.v5i2.754

Abstract

Insect pests are organisms that can cause damage to plants, resulting in the loss or decrease of community harvest production. Kwau Village is one of the villages in the Arfak Mountains whose people work as traditional farmers. Information about insects, especially pests found in community gardens is still very lacking, so this study needs to be conducted. The purpose of this study was to analyze the diversity of insect species in traditional Arfak community gardens. Observations of insects on plants in four community gardens in Kwau Village were selected by cluster random sampling. The study was conducted from 08.00-15.00 WIT. Based on the research conducted, 65 species were found consisting of 32 insect families (331 individuals). The most common type found was Cymbiodyta sp. (Hydrophilidae). The garden with the highest level of insect diversity was Garden 3 (K3) which is a polyculture type garden with an H' index of 3.10. Of all the plants observed, chili  was the plant most serious damaged by insects. Serangga hama merupakan suatu organisme yang dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga menyebabkan hilang atau menurunnya produksi hasil panen masyarakat. Kampung Kwau merupakan salah satu kampung yang diterdapat di Pegunungan Arfak yang masyarakatnya berprofesi sebagai petani tradisional. Informasi tentang serangga khususnya hama yang terdapat di kebun masyarakat masih sangat kurang, sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis keanekaragaman spesies serangga yang ada pada kebun tradisional masyarakat Arfak. Pengamatan serangga pada tanaman di empat kebun masyarakat di Kampung Kwau yang dipilih secara cluster random sampling. Penelitian dilakukan dari Pukul 08.00-15.00 WIT. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan 65 spesies yang terdiri dari 32 famili serangga (331 individu). Jenis yang paling banyak ditemukan adalah Cymbiodyta sp. (Hydrophilidae). Kebun yang memiliki tingkat keanekaragaman serangga paling tinggi pada dalah Kebun 3 (K3) yang merupakan kebun tipe polikultur dengan indeks H’ sebesar 3,10. Dari semua tanaman yang diamati,  cabai  adalah tanaman paling banyak mengalami kerusakan berat akibat serangga.