Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Kepemimpinan Yesus Sebagai Model Bagi Pemimpin Kristen Di Sekolah Tinggi Teologi Kalintabu, Heliyanti; Kumowal, Royke Lantupa
JMPK : Jurnal Manajemen Pendidikan Kristen Vol. 3 No. 1 (2023): Juni
Publisher : Program Studi Manajemen Pendidikan Kristen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51667/jmpk.v3i1.1347

Abstract

Dalam sekolah tinggi teologi terdapat seorang pemimpin yang akan memimpin jalannya system Pendidikan sekolah tersebut. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak para pemimpin Kristen yang masih menggunakan kepemimpinan otoriter yang tidak mengacu pada kepemimpinan yang Alkitabiah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang model kepemimpinan Yesus dan implikasinya bagai pemimpin Kristen di sekolah teologi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dimana peneliti mengkaji tentang bagaimana kepemimpinan Yesus, pemimpin Kristen, kepemimpinan Yesus dapat menjadi model bagi pemimpin Kristen khususnya di sekolah teologi. Adapun hasil penelitian yaitu pemimpin Kristen di sekolah teologi layaknya menerapkan model kepemimpinan Yesus untuk rekan-rekan sekerjanya guna tercipta hubungan yang harmonis dan dapat bersama memajukan institusi. Adapun kepemimpinan Yesus meliputi: kepemimpinan sebagai pelayanan, kepemimpinan berlandaskan kasih. Artinya bahwa kepemimpinan bukanlah ajalah kesombongan, mencari nama atau ke-akuan, namun kepemimpinan Kristen adalah sebuah pelayanan untuk Dia, oleh Dia dan Bagi Dia yang diimplementasikan dalam sebuah organisasi, institusi, gereja.
POLITIK KEKUASAAN DALAM GEREJA: PERSPEKTIF TEOLOGIS ATAS DAMPAKNYA TERHADAP KEPEMIMPINAN JEMAAT Kumowal, Royke Lantupa
ORTHOTOMEO : Jurnal Penelitian Ilmiah Vol. 2 No. 1 (2025): ORTHOTOMEO: Jurnal Penelitian Ilmiah - April
Publisher : Gereja Alkitab Anugerah Kadoudan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71304/d7mfh172

Abstract

Politik kekuasaan dalam gereja merupakan fenomena yang dapat memengaruhi kepemimpinan jemaat secara signifikan. Persaingan tidak sehat, kampanye negatif, serta manipulasi dalam pemilihan pemimpin gereja sering kali menimbulkan perpecahan jemaat, menurunnya efektivitas pelayanan, dan hilangnya kepercayaan terhadap otoritas gerejawi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fenomena politik kekuasaan dalam gereja dari perspektif teologi Kristen serta menelaah dampaknya terhadap kepemimpinan jemaat. Dengan menggunakan metode analisis teologis dan kajian pustaka, penelitian ini menyoroti bagaimana prinsip kepemimpinan Kristiani, seperti kepemimpinan sebagai pelayanan (Matius 20:25-28) dan penghindaran ambisi egois (Filipi 2:3-4), dapat menjadi solusi dalam mengatasi dinamika politik kekuasaan dalam gereja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan prinsip kepemimpinan yang sehat, transparansi dalam pemilihan pemimpin, serta peran aktif gembala sidang dalam menjaga integritas kepemimpinan merupakan langkah-langkah penting dalam membangun gereja yang harmonis dan berorientasi pada pelayanan. Oleh karena itu, gereja perlu menegakkan nilai-nilai kepemimpinan yang berlandaskan kasih dan kebenaran untuk menciptakan komunitas yang stabil dan bertumbuh secara spiritual.
MODERASI BERAGAMA SEBAGAI TANGGAPAN DISRUPSI ERA DIGITAL Kumowal, Royke Lantupa
DA'AT : Jurnal Teologi Kristen Vol. 5 No. 2 (2024): Juli 2024
Publisher : Program Studi Teologi, Fakultas Teologi, Institut Agama Kristen Negeri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51667/djtk.v5i2.1739

Abstract

Salah satu aspek yang terpengaruh oleh disrupsi era digital adalah praktik keagamaan dan persepsi terhadap agama dalam masyarakat. Perkembangan teknologi telah mempengaruhi cara individu mempraktikkan agama, mengakses informasi keagamaan, dan berinteraksi dengan komunitas keagamaannya. Hal ini menghadirkan pertanyaan tentang bagaimana agama merespons disrupsi ini? dan bagaimana respons tersebut memengaruhi keseimbangan dan kesejahteraan spiritual umatnya? Penulis menggunakan metode penelitian studi kepustakaan untuk mengeksplorasi fenomena moderasi beragama sebagai tanggapan terhadap disrupsi di era digital. Metode ini memungkinkan penulis untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang relevan, seperti buku, artikel jurnal, laporan riset, dan sumber-sumber teoritis lainnya, untuk mendukung penulisan ini. Agama memandu individu dan masyarakat dalam menghadapi disrupsi era digital dengan menekankan etika teknologi, keadilan sosial, pengembangan karakter, kesejahteraan mental, inklusivitas, dan refleksi mendalam terhadap dampak teknologi pada nilai-nilai dan makna kehidupan. Moderasi beragama berdampak positif pada keseimbangan dan kesejahteraan spiritual dengan menciptakan lingkungan inklusif, harmonis, dan toleran. Ini mempromosikan dialog antaragama yang konstruktif, memperkuat nilai-nilai universal seperti kasih sayang dan keadilan, serta mendukung pertumbuhan individu dalam keyakinan mereka sendiri. Dalam era digital yang semakin maju, tantangan menjaga keragaman dan harmoni agama muncul di tengah transformasi fundamental kehidupan manusia. Disrupsi digital, seperti penyebaran pesan kebencian dan hoaks, telah mengubah lanskap sosial dan spiritual, memengaruhi praktik keagamaan dan persepsi agama. Moderasi beragama muncul sebagai respons efektif, menawarkan pendekatan inklusif untuk mengelola perbedaan keyakinan sambil memperkuat nilai-nilai moral dan spiritual. Penelitian tentang moderasi beragama dalam era digital penting untuk memahami interaksi agama dan teknologi serta dampaknya terhadap individu dan masyarakat.
KEDAULATAN ALLAH DALAM KARYA PEMILIHAN OLEH KASIH KARUNIA-NYA: SEBUAH KAJIAN BIBLIKA EFESUS 1:4-6 Marlin, Jeny; Simanjuntak, Hotman Parulian; Kumowal, Royke Lantupa
DA'AT : Jurnal Teologi Kristen Vol. 6 No. 2 (2025): Juli 2025
Publisher : Program Studi Teologi, Fakultas Teologi, Institut Agama Kristen Negeri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51667/djtk.v6i2.2458

Abstract

This study examines the semantic development of qadosh (קָדוֹשׁ) in the Torah and its implications for the concept of holiness in the New Testament. In the Old Testament, qadosh is used in various contexts, including divine holiness, sacred spaces, the nation of Israel, and ritual law. However, in the New Testament, the concept of holiness (hagios, ἅγιος) shifts from a legal or ritual status to a spiritual identity bestowed upon believers through faith in Christ. This study employs semantic, lexical, and taxonomic approaches to classify the meaning of qadosh within different theological frameworks. The findings reveal that holiness in the Old Testament emphasizes separation from impurity based on legal and ritual standards, whereas in the New Testament, holiness is understood as an ethical and spiritual transformation granted through Christ's redemptive grace. This research contributes to biblical studies by addressing gaps in previous research, which often focused on theological perspectives without an in-depth linguistic analysis.
Transformasi Peran Guru Pendidikan Kristen Sebagai Mentor Spiritual : Di Sekolah Kristen Berasrama Kumowal, Royke Lantupa; Kalintabu, Heliyanti
Edukris: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 02: Agustus 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Bethel The Way

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54793/edukris.v1i02.232

Abstract

Perguruan tinggi Kristen berasrama menghadapi krisis spiritualitas remaja, alienasi iman, dan merosotnya peran dosen sebagai pembina rohani di era digital. Penelitian ini bertujuan merumuskan model transformasi peran dosen dari pengajar menjadi mentor spiritual yang aktif secara relasional dan kontekstual. Dengan pendekatan kualitatif studi pustaka, penelitian ini menganalisis literatur teologis dan pedagogis untuk membangun kerangka berbasis prinsip biblika dan pedagogi Kristen. Tinjauan menunjukkan adanya kekosongan kajian mengenai integrasi peran dosen sebagai mentor spiritual dalam kehidupan harian kampus. Pembinaan rohani selama ini cenderung normatif dan tidak menyentuh relasi mendalam. Hasil kajian menekankan pentingnya pembekalan dosen, reformulasi kurikulum iman, dan penguatan sistem mentoring institusional. Kebaruan penelitian terletak pada model mentoring berbasis praktik harian seperti interaksi informal dan keteladanan hidup, yang menawarkan paradigma baru pembinaan iman yang relevan bagi pendidikan Kristen berasrama.
MODERASI BERAGAMA SEBAGAI JALAN MENUJU TOLERANSI Kumowal, Royke Lantupa; Kalintabu, Heliyanti
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 10 No 17 (2024): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.14027191

Abstract

Religious moderation teaches the importance of tolerance, dialogue, and mutual understanding among religious communities. In the context of Tumaluntung Village, religious moderation can serve as a solution to address the contestation surrounding the establishment of places of worship. With an inclusive and dialogue-based approach, it is hoped that conflicts and tensions can be minimized. However, implementing religious moderation is not without challenges. One of the greatest challenges is overcoming the distrust and prejudice that have already taken root in the community. Additionally, commitment from all parties, including the government, religious leaders, and the community, is essential to promote religious moderation.This research employs a qualitative method with a retrospective case study approach to examine religious moderation as a pathway to tolerance in the context of contestation over the establishment of places of worship in Tumaluntung Village, North Sulawesi. The objective of this study is to observe the dynamics of religious contestation in the establishment of places of worship in Tumaluntung Village, the factors influencing acceptance or rejection of these establishments, and the role of religious moderation in resolving conflicts that have arisen, thereby facilitating the establishment of places of worship in the village.The findings indicate that the efforts made by the government and the community of Tumaluntung Village have, in effect, practiced the values of religious moderation, which are also supported by the Minahasa philosophy of sitou timou tumou tou, which contains Christian values. In other words, the life of tolerance, mutual respect, and acceptance between different religions, along with a peaceful and harmonious existence that has been cultivated by the government and the community of Tumaluntung, reflects the integration of Christian values, the philosophy of sitou timou tumou tou, and the values of religious moderation.
RELASI INTERSUBJEKTIF BERSAMA ALLAH MENURUT PAULUS DALAM KOLOSE 2:6-7 Landele, James Andris; Kumowal, Royke Lantupa
EKKLESIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 3 No. 1 (2024): November 2024
Publisher : STT Ekklesia Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63576/ekklesia.v3i1.75

Abstract

Abstract: In this article, the author discusses the relationship between humans and God from the perspective of Martin Buber, a modern Jewish philosopher. Buber emphasizes the importance of the concept of intersubjective relationship (I and Thou). This concept serves as evidence that humans are relational beings and that God is referred to as an intersubjective relationship. The article employs a qualitative literature review research method. The author will gather data from various sources, such as books, literature searches, notes, and reports related to Martin Buber's views on Intersubjective Relations, and the biblical perspective on building a relationship with God according to Colossians 2:6-7. Martin Buber develops the concept of intersubjective relations through the relationships of "I-it", "I-thou", and "I-Thou Absolute" as the foundation for spiritual growth and connection with God. The Epistle of Paul to the Colossians also emphasizes living in Christ as a strong foundation for a close relationship with God. Both assert that a strong relationship with God and others is key to a meaningful life and spiritual growth in faith.  Abstrak: Dalam artikel ini, penulis membahas tentang hubungan manusia dengan Allah berdasarkan sudut pandang Martin Buber, seorang filsuf Yahudi modern. Buber mengajukan pentingnya konsep hubungan intersubjektif (I and Thou). Konsep ini menjadi bukti bahwa manusia adalah makhluk relasional dan Allah disebut sebagai hubungan intersubjektif. Penulisan artikel ini menggunakan metode penelitian kulitatif studi pustaka. penulis akan mengumpulkan data dari berbagai sumber, seperti buku, pencarian literatur, catatan, dan laporan yang berhubungan dengan . Studi pustaka merupakan teknik untuk mengumpulkan data dari buku, pencarian literatur, catatan, dan laporan yang berhubungan dengan pendangan Martin Buber mengenai Relasi Intersubjektif, dan perspektif Alkitab tentang membangun relasi bersama Allah menurut kolose 2:6-7. Martin Buber membangun konsep relasi intersubjektif melalui hubungan "aku-sesuatu", "aku-engkau", dan "aku-Engkau Absolut" sebagai dasar pertumbuhan spiritual dan koneksi dengan Allah. Surat Paulus kepada Jemaat di Kolose juga menekankan hidup dalam Kristus sebagai fondasi kuat untuk hubungan yang erat dengan Tuhan. Keduanya menegaskan bahwa relasi yang kokoh dengan Allah dan sesama adalah kunci untuk kehidupan yang bermakna dan pertumbuhan rohani dalam iman.