Yogiana, Wayan
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pemberian Ekstrak Kulit Manggis Meringankan Perubahan Histopatologi Jantung dan Ginjal Mencit yang Diberi Monosodium Glutamat Yogiana, Wayan; Adi, Anak Agung Ayu Mirah; Setiasih, Ni Luh Eka
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (1) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.1.41

Abstract

Monosodium Glutamat (MSG) merupakan bahan kimiawi yang sering ditambahkan ke dalam makanan yang berfungsi sebagai penyedap makanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran histopatologi jantung dan ginjal pasca pemberian pemberian MSG dan kombinasi MSG dengan ekstrak kulit manggis. Penelitian ini menggunakan 27 ekor mencit jantan yang dibagi menjadi tiga yaitu kontrol (P0) tanpa perlakuan, perlakuan MSG 1% (P1) dan perlakuan kombinasi antara MSG 1% dan ekstrak etanol kulit manggis 4,5% (P2), yang diberikan selama 30 hari. Pada hari ke-30 mencit dikorbankan nyawanya dengan cara dislokasi capitis. Sampel jaringan jantung dan ginjal kemudian diambil untuk dijadikan preparat histologi dan diwarnai dengan pewarnaan rutin. Hasil pemeriksaan histopatologi organ jantung dan ginjal tersebut selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Variabel yang diamati adanya perubahan degenerasi, nekrosis, dan peradangan. Hasil skoring perubahan degenerasi, nekrosis dan peradangan pada jaringan jantung dan ginjal ditabulasi dan dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis dan jika hasilnya berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Uji sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap perlakuan dengan pemberian MSG yang dikombinasi ekstrak etanol kulit manggis, dalam hal ini degenerasi, nekrosis, dan peradangan ditemukan lebih ringan dibandingkan dengan perlakuan pemberian MSG. Simpulan yang didapat yaitu pemberian MSG selama 30 hari berpengaruh buruk, dan mengakibatkanlesi degenerasi, nekrosis, dan peradangan pada jantung dan ginjal mencit dan lesi tersebut menjadi lebih ringan pada mencit yang memperoleh imbuhan ak etanol kulit manggis.
Kajian Pustaka: Enterotoxemia pada Kambing Rastiti, Ni Made; Wardani, Putu Intan Kusuma; Diana, Kadek Leni Martha; Burhan, Haris; Yogiana, Wayan; Batan, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 12 (5) 2023
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2023.12.5.755

Abstract

Enterotoxemia adalah gangguan pencernaan akibat penyerapan racun yang dihasilkan oleh spesies genus Clostridium perfringens yang merupakan flora normal dalam saluran pencernaan kambing, akan tetapi bisa menyebabkan masalah apabila jumlahnya berlebihan. Enterotoxemia menjadi salah satu ancaman bagi ternak kambing karena dapat menyebabkan kematian mendadak pada semua kelompok umur. Prevalensi tingkat enterotoxemia berkisar antara 24,13% sampai 100% dan dilaporkan dari berbagai negara di seluruh dunia. C. perfringens diklasifikasikan menjadi lima tipe toksin (A, B, C, D, dan E) menurut produksi empat racun utama, yaitu alpha (CPA), beta (CPB), epsilon (ETX), dan iota (ITX). C. perfringens tipe D merupakan penyebab umum kematian kambing di seluruh dunia. Kehadiran C. perfringens tipe D yang meningkat di usus kecil bersama dengan perubahan mendadak ke diet kaya karbohidrat, pengenalan rumput subur atau tumbuhan lain, dan stres adalah faktor predisposisi utama penyakit ini. Penyebab predisposisi enterotoxemia terjadi yaitu konsumsi pakan yang berlebihan sehingga menyebabkan gangguan pencernaan dan menciptakan lingkungan yang ideal untuk mikroorganisme C. perfringens tipe D berkembang di usus hewan dan pelepasan racun yang menyebabkan penyakit pada inang. Proliferasi C. perfringens yang diikuti dengan produksi toksin dapat merusak jaringan tubuh di sekitarnya, sehingga memudahkan penyebaran. Gejala keracunan karena enterotoksin C. perfringens dapat berupa nyeri perut bagian bawah, diare dan pengeluaran gas, serta jarang disertai dengan demam dan pusing. Perawatan harus difokuskan pada menghambat proliferasi bakteri, mencegah penyerapan racun dari usus, menetralkan racun yang sudah diserap (seroterapi), dan pengobatan tambahan untuk melawan dehidrasi, asidosis, dan syok.