Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

GOLDEN RULE DALAM “RAIN TOWN karya HIROYASU ISHIDA” Cahyaningrum, Wiwit
Jurnal Pendidikan Bahasa Jepang Undiksha Vol 6, No 3 (2020)
Publisher : Undiksha Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbj.v6i3.25978

Abstract

AbstrakFilm Rain Town merupakan sebuah film pendek karya Hiroyasu Ishida yang dirilis tahun 2011. Dalam film pendek Rain Town banyak scene yang menggunakan Golden Rule sebagai komposisinya. Golden rule (aturan emas atau etika timbal balik) sendiri memiliki  makna cara melakukan moral yang lahir berdasarkan landasan nurani dan pikiran manusia pengertian lainnya yaitu “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Matius 7:12). Golden Rule atau peraturan Emas merupakan strategi pendekatan hubungan antarmanusia yang kuat dalam sejarah dunia. Dalam arti lain, golden rules diartikan sebagai hubungan timbal balik antara manusia dengan konsep yang positif dan bukan negatif. Agar lebih mudah memahami golden rule maka ada pepatah 'manusiakan manusia jika ingin dianggap manusia'.  Pelaksanaan aturan emas dalam kehidupan menghasilkan hubungan yang erat antar manusia dengan saling menghormati sesama insan manusia terlepas dari perbedaan yang dimiliki masing-masing.Dalam film pendek “Rain Town” kami para penulis ingin mengembangkan makna Golden rule yang terdapat pada film pendek tersebut. Selain itu, dalam film pendek Rain Town  terdapat environmental fog (suasana lingkungan)  serta blur untuk menggambarkan kesan yang lebih jauh serta bagian mana yang lebih ingin difokuskan untuk penyampaian makna dari Golden Rule dari sang kreator.Penelitian tentang Golden Rule dalam film pendek “Rain Town”, kami lakukan dengan melihat tanda-tanda yang terdapat pada film tersebut. Dengan itu, kami menggunakan gagasan Peirce dalam penelitian ini yang membagi tanda menjadi tiga kategori yaitu ikon, indeks dan simbol dalam menciptakan makna. Sehingga, kami tim penulis mengkaji film pendek ini dengan memandang unsur intrinsik seperti tema, latar, alur dan penokohan dan unsur ekstrinsik dalam film pendek.Berdasarkan hasil intepretasi Golden Rule dengan menggunakan pendekatan semotika Peirce. Ikon, indeks dan simbol dalam film pendek Rain Town menceritakan tentang kondisi kota yang selalu turun hujan karena kondisi inilah membuat banyak orang mulai meninggalkan kota tersebut. Berjalannya waktu kota tersebut mulai sepi ditinggal pergi oleh warganya dan pada akhirnya menjadi mati. Tetapi ada sebuah robot yang masih setia bertahan di kota tersebut dengan sebuah alasan yang yang menyangkut tentang kenangan dalam kota hujan. Oleh karena itu, dari analisis semiotika tersebut bisa disimpulkan bahwa film ini mempunyai banyak makna makna tersirat didalamnya sehingga penonton dapat menyimpulkan dari berbagai interpretasi.
Oedipus Complex Tokoh Tamura Kafka pada Novel Umibe no Kafuka Karya Murakami Haruki: Tinjauan Psikoseksual Sigmund Freud Cahyaningrum, Wiwit; I Kadek Antartika; Gede Satya Hermawan
Japanology: The Journal of Japanese Studies Vol. 12 No. 1 (2025): Japanese Social and Cultural Reflections Through Media, Literature, and Langua
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jjs.v12i1.60078

Abstract

This study aims to describe the Oedipus Complex in the character Tamura Kafka in the novel "Kafka on the Shore" by Haruki Murakami. This research is a qualitative descriptive study, and the data collection process uses observation and note-taking methods. The theory used in this research is Sigmund Freud's psychosexual theory. The results of the study found that the attachment between Tamura Kafka and his mother during the oral and anal stages led Tamura Kafka to an Oedipus Complex crisis when entering the phallic stage. During the phallic stage, Tamura Kafka experienced conflicts with both of his parents, resulting in estrangement between him and his parents. Consequently, Tamura Kafka was trapped in an internal conflict due to the unfulfilled desire towards his mother as the primary object during the phallic stage. Additionally, Tamura Kafka's lack of identification with both of his parents led to an unresolved Oedipus Complex crisis. The lack of resolution of the Oedipus Complex crisis in Tamura Kafka resulted in a tendency towards Oedipus Complex neurosis during his adolescence.