This study aims to find politeness strategy patterns in Trade Interactions in Traditional Stalls n the interaction between sellers and buyers in traditional stalls. This study used a qualitative descriptive method, a pragmatic equivalent approach by paying attention to the context of the situation in each dialogue that occurs in traditional stalls in Denpasar City and Badung Regency. The method used in this study is the observation method with data collection techniques, namely, recording, listening, and taking notes, as well as interviewing traders. The results showed that there were implementations of positive and negative politeness strategies. Although traders prefer silence, there is no interaction by speaking verbally, when serving consumers, nonverbal interactions occur between speech participants. However, it does not reduce the value of politeness and the form of service from the seller to the buyer. This is due to the same background knowledge among the speech participants and the crowded context of the situation so that buyers understand this condition. Interactions in the trading domain in traditional stores predominantly use short, concise, straightforward speech, and when the shop is crowded, buyers speak more dominantly than sellers. This study implies that the politeness strategy used by the seller to the buyer is largely determined by the context of the situation when the interaction occurs. Although the speech is short, the service is fast, and according to the wishes of consumers, buying and selling interactions can run harmoniously. The contribution of this study can add to the treasures in the study of linguistic politeness. In addition, it is a guideline for language learners that the context of the situation has an important role in determining language politeness strategies. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pola strategi kesantunan dalam interaksi perdagangan di warung tradisional pola kesantunan berbahasa pada interaksi antara penjual dan pembeli di warung tradisional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, pendekatan padan pragmatik dengan memperhatikan konteks situasi dalam setiap dialog yang terjadi di warung tradisional di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dengan teknik pengumpulan data yaitu, merekam, menyimak dan mencatat, serta mewawancarai para pedagang. Hasil penelitian menunjukkan adanya implementasi dari strategi kesantunan positif dan negatif. Meskipun pedagang lebih banyak memilih diam tidak terjadi interaksi dengan menuturkan secara lisan, ketika melayani konsumen, tetapi terjadi interaksi secara nonverbal di antara peserta tutur. Meskipun demikian, tidak mengurangi nilai kesantunan dan wujud pelayanan dari penjual kepada pembeli. Hal ini disebabkan oleh background knowledge di antara peserta tutur sama dan konteks situasi ramai sehingga pembeli memaklumi kondisi ini. Interaksi dalam domain perdagangan di warung tradisional secara dominan menggunakan tuturan pendek, singkat, tidak bertele-tele, dan ketika warung dalam kondisi ramai, pembeli lebih dominan bertutur dibandingkan penjual. Penelitian ini memberikan implikasi bahwa strategi kesantunan yang digunakan penjual kepada pembeli sangat ditentukan oleh konteks situasi saat terjadinya interaksi. Meskipun tuturan singkat, tetapi pelayanan yang cepat sesuai keinginan konsumen interaksi jual beli dapat berjalan harmonis. Adapun kontribusi dari hasil penelitian ini dapat menambah khazanah dalam kajian kesantunan berbahasa. Di samping itu, menjadikan suatu pedoman bagi pembelajar bahasa bahwa konteks situasi memiliki peran penting dalam menentukan strategi kesantunan berbahasa.