Articles
EKSISTENSI PEDAGANG ASONGAN DI LOKASI OBYEK WISATA PANTAI PANGANDARAN
Yadi Kusmayadi
Jurnal Artefak Vol 2, No 2 (2014): Agustus (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (172.358 KB)
|
DOI: 10.25157/ja.v2i2.1067
Hasil Penelitian ini secara garis besar dapat disimpulkan bahwa para pedagang asongan kebanyakan mereka berasal dari penduduk yang ada di sekitar wilayah pantai Pangandaran mereka tergabung dalam sebuah wadah yang bernama Paguyuban Pedagang Aksesoris Pangandaran (PPAP) dengan tujuan agar terjalin solidaritas diantara para pedagang asongan. Jenis dagangan yang mereka pasarkan bervariasi mulai dari oleh-oleh berupa souvenir ciri khas pantai Pangandaran, makanan yang sudah jadi sampai pada jenis-jenis ikan yang berasal dari laut. Melalui wadah PPAP (Paguyuban Pedagang Aksesoris Pangandaran) dan HPAP (Himpunan Pedagang Asin Pangandaran) telah memberikan kontribusi kesejahteraan bagi para pedagang asongan utamanya dalam pemberian modal untuk berdagang, sehingga mereka bisa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan anak-anaknya bersekolah. Keberadaan pedagang asongan telah meramaikan wilayah Pangandaran dengan menjajakan dagangannya kepada para wisatawan yang memerlukan oleh-oleh dari Pangandaran, mereka mendatangi para wisatawan utamanya ke penginapan dikala mereka sedang nyantai beristirahat sehingga terjalin hubungan baik diantara mereka. Pemerintah setempat berupaya menertibkan para pedagang asongan ini agar tertib tidak merusak suasana kenyamanan para wisatawan melalui penyuluhan yang insidental mereka lakukan. Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan adanya upaya dari aparat pemerintah setempat agar memberikan bantuan rutin kepada PPAP dn HPAP serta melakukan penyuluhan secara rutin kepada para pedagang asongan agar mereka dalam menjajakan barang dagangannya secara baik dan membuat nyaman para pembeli dalam hal ini para wisatawan di Pangandaran.Kata Kunci: Pedagang Asongan, Paguyuban dan Sosial EkonomiABSTRACTThis research result marginally inferential that tradesmans asongan majority they come from citizen exist in around coast area Pangandaran they be merged into a container that named accesories tradesman society Pangandaran with a purpose to so that intertwin solidarity between tradesmans asongan. Merchandise kind whom they market to vary to begin from souvenir shaped souvenir coast individuality Pangandaran, food that ready made come up with fish kinds that come from sea. Pass container Accesories Tradesman Society Pangandaran and Salty Tradesman Collection Pangandaran give welfare contribution to all tradesman asongan predominantly in capital gift to trade, so that they can earn life to fulfill family alive need and the children goes. Tradesman existence asongan enliven area pangandaran with peddle the merchandise to tourists that need souvenir from pangandaran, they are visiting tourists predominantly to when are they nyantai taking so that intertwining good connection between they. Local government copes to put in order tradesmans asongan this so that orderly doesn't botch freshment atmosphere tourists passes elucidation insidental they do. As to benefit from this research result is efforts existence supposed from local government apparatus so that give routine aid to ppap dn hpap with does elucidation routinely to tradesmans asongan so that they are in peddle the merchandise goods well and make pleasant purchases in this case tourists at Pangandaran.Keywords: Hawkers, Society and Social Economy
ANALISIS POTENSI DAN PENGEMBANGAN WISATA SITUS GUNUNG MARAPI UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN EKONOMI MASYARAKAT (Studi Kasus di Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis)
Wulan Sondarika;
Yadi Kusmayadi;
Dewi Ratih
Jurnal Artefak Vol 8, No 2 (2021): September
Publisher : Universitas Galuh
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (568.122 KB)
|
DOI: 10.25157/ja.v8i2.5944
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi pengembangan wisata situs Gunung Marapi untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Populasi penelitian adalah pemerintahan Desa Tanjungsari. Hasil dari penelitian ini yaitu situs Gunung Marapi ini adalah situs bangunan keagamaan yang bersifat suci. Keberadaan situs memberi dampak positif dengan adanya perubahan yang besar dalam kehidupan masyarakat, baik itu dalam bidang ekonomi maupun dalam bidang sosial. Dengan demikian, maka perlu dikembangkan karena memiliki potensi besar untuk wisata sejarah budaya. Dalam upaya pengembangan wisata situs Gunung Marapi perlu dikembangkan budaya lokal, home indutri, publikasi keindahan alam, pembuatan booklet, pembuatan iklan situs Gunung Marapi, penulisan sejarah situs.This study aims to analyze the potential for tourism development of Gunung Marapi site to improve the economic welfare of the community. The research population is the government of Tanjungsari Village. The result of this research is that the site of Gunung Marapi is a sacred religious building site. The existence of the site has a positive impact with major changes in people's lives, both in the economic and social fields. Thus, it needs to be developed because it has great potential for cultural history tourism with. In an effort to develop tourism on the Gunung Marapi site, it is necessary to develop local culture, home industry, publication of natural beauty, making booklets, making advertisements for Gunung Marapi sites, writing site history.
MOTIF RAGAM HIAS DAN NILAI-NILAI FILOSOFIS BATIK CIAMIS
Herdiana Herdiana;
Uung Runalan Soedarmo;
Yadi Kusmayadi
Jurnal Artefak Vol 7, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Galuh
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (141.088 KB)
|
DOI: 10.25157/ja.v7i1.3366
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif ragam hias batik Ciamis dan Nilai filosofis batik Ciamisan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode historis yang terdiri dari empat tahapan yaitu, heuristik (pengumpulan sumber), kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini secara garis besar menunjukan bahwa motif ragam hias pada batik Ciamis mempunyai banyak yang merupakan hasil perpaduan serta pengaruh dari kebudayaan lain. Warna batik Ciamisan semula memiliki dua jenis warna yaitu, coklat soga dan hitam dengan dasarnya putih. Namun seiring perkembangannya batik Ciamis tampil dengan beragam warna. Dari segi coraknya batik Ciamisan dipengaruhi dari lingkungan alam sekitar Ciamis. Sementara nilai filosofis pada batiknya tampil dengan jiwa masyarakat Ciamis yang tenang, ramah dan tidak bergejolak. Sedangkan dari segi nilai filosofis serta corak dan motifnya terinspirasi dari tumbuhan, hewan-hewan yang berada disekitar Ciamis, kebudayaan serta yang berkaitan dengan sejarah Ciamis atau sejarah Galuh seperti Motif Ciungwanara, Motif Onom, Motif Lepan Kukupu, dan Motif Rereng Taleus.
SEJARAH RUNTUHNYA DINASTI MANTSU AWAL ABAD KE 20
Yadi Kusmayadi
Jurnal Artefak Vol 5, No 2 (2018): September
Publisher : Universitas Galuh
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (419.28 KB)
|
DOI: 10.25157/ja.v5i2.1938
Hasil penelitian, sampai tahun 1912, Cina selalu diperintah oleh Dinasti (raja-raja dari satu keturunan). Dinasti yang terakhir berkuasa adalah Dinasti Mantsu dari Manchuria yang juga disebut Dinasti Ching (1644-1912) Maka dikalangan bangsa Cina, terutama golongan terpelajarnya timbul keinginan untuk membebaskan diri dari kekuasaan asing Manchu. Ketika pedagang-pedagang Eropa memasuki Asia, Cina pun berhubungan dagang dengan mereka diantaranya pedagang Inggris. Dalam perdagangan tersebut Inggris selalu mengalami kerugian sehingga untuk menutupinya Inggris menyelundupkan candu yang diperolehnya dari India. Setelah diketahuinya kegiatan Inggris sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup bangsa Cina, Kaisar Mantsu memerintahkan supaya pedagang candu dilarang. Akibat perbuatan kaisar tersebut menimbulkan kemarahan Inggris yang menimbulkan terjadinya perang candu. Kekalahan dalam perang tersebut memaksa Cina harus membayar ganti rugi dan membuka beberapa pelabuhan bagi Inggris juga bangsa Eropa lainnya, sehingga Cina terbagi atas beberapa daerah pengaruh yang dikuasai bangsa-bangsa Barat dengan tidak tunduk kepada hukum yang berlaku di Cina. Puncak perasaan tidak senang terhadap Dinasti Mantsu dan bangsa Barat semakin berkembang sehingga melahirkan perasaan nasional yang dipelopori oleh golongan terpelajar. Tokoh utama yang mempelopori lahirnya cita-cita nasional tersebut adalah Sun Yat Sen.AbstractThe results of the study, until 1912, China was always ruled by the Dynasty (kings of one country). The last dynasty in power was the Mantsu Dynasty of Manchuria which was also called the Ching Dynasty (1644-1912). So among the Chinese, most of the educated groups emerged because they could be shared by the Manchus themselves. When European traders launched Asia, China traded with British traders. In this trade, Britain always incurred losses so that it covered Britain with smuggling of opium obtained from India. After it was discovered that British activities were very challenging for the survival of the Chinese people, Emperor Mantsu could ask permission from traders. As a result of the emperor's behavior which led to British opposition which led to the rejection of war. The defeat in the Chinese war must pay compensation and be issued by several ports for Britain as well as Europeans so that China is divided into several regions controlled by Western nations without using applicable laws in China. The peak of unpleasant feelings towards the Mantsu Dynasty and the Western nation increasingly grew to accept national feelings pioneered by the educated class. The main character who pioneered the birth of the national ideals was Sun Yat-Sen.
EKSISTENSI PASAR WISATA DI LOKASI OBJEK WISATA PANGANDARAN KABUPATEN PANGANDARAN
Yadi Kusmayadi
Jurnal Artefak Vol 3, No 1 (2015): Maret (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (535.271 KB)
|
DOI: 10.25157/ja.v3i1.1110
Penelitian ini membahas tentang proses Perkembangan Pasar Wisata Di Objek Wisata Pangandaran Kabupaten dan dampaknya bagi masyararakat sekitar. Hasil penelitian ini bahwa Dampak perkembangan Pasar Wisata Di Objek Wisata Pangandaran bagi penduduk setempat disimpulkan sebagai berikut: Maraknya warung rmang-remang mulai dari tahun 2003 hingga sekarang justru memberikan image yang tidak baik bagi keberadaan Pasar Wisata. Banyak masyarakat setempat yang berjualan kerajinan, pakaian atau makanan dan minuman yang justru terganggu dengan keberadaan warung remang-remang ini. Image jelek bukan hanya terjadi pada masyarakat atau para pedagang yang ada di lokasi pasar wisata tetapi pada para pengunjung pun menjadi jelek pula. Banyak pengunjung yang enggan berbelanja ke Pasar Wisata karena mereka beranggapan bahwa tempat tersebut kurang baik dan merupakan tempat maksiat. Bukan itu saja, masyarakat setempat yang sengaja ingin berbelanja di Pasar Wisata juga suka menjadi gunjingan. Salah satu contoh konkret, seorang siswa pulang sekolah dengan masih menggunakan seragam sekolah masuk ke Pasar wisata untuk membeli aksesoris, ketika ada orang yang melihat mereka jalan di lokasi pasar wisata mereka menyangka bahwa siswa tersebut sedang “mencari mangsa” atau menganggap mereka sebagai “penjaja cinta”. Akibatnya siswa tersebut dipanggil oleh pihak sekolah karena ada laporan dari masyarakat. Image negatif inilah yang menghancurkan eksistensi para pedagang dan pengrajin yang mencari nafkah di tempat ini. Namun bagi para pemilik dan penghuni warung remang-remang ini adalah lahan usaha yang baik bagi mereka dalam mengais rezeki atau merupakan sumber pendapatan bagi keluarganya. Kontroversi ini sangat sulit diatasi. Satu sisi, keberadaan warung remang-remang yang makin marak dari mulai tahun 2006 membuat para pedagang dan pengrajin merasa dirugikan dengan menurunnya penghasilan mereka. Di sisi lain sebagai daerah wisata tentu hal ini akan terus berkembang. Keberadaan warung remang-remang juga merupakan salah satu daya tarik pengunjung wisata sesuai dengan motivasi mereka untuk sekedar menghilangkan penat. Kata Kunci : Pasar Wisata, Lokasi Objek Wisata Pangandaran.
SOSIALISASI GREEN BEHAVIOR MELALUI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL HUTAN LINDUNG TERHADAP MASYARAKAT DI LINGKUNGAN SITUS ASTANA GEDE KAWALI
Dewi Ratih;
Yadi Kusmayadi;
Wulan Sondarika
Abdimas Galuh Vol 4, No 1 (2022): Maret 2022
Publisher : Universitas Galuh
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.25157/ag.v4i1.6625
Pengabdian ini menggunakan pendekatan sosialisasi. Hasil pengabdian ini bahwa green behavior dapat dilihat dari perilaku individu sehari-hari seperti memelihara kebersihan lingkungan rumah, membuang sampah pada tempatnya, mengonsumsi makanan sehat, mendaur ulang sampah rumah tangga, menggunakan listrik dan air seperlunya. Serta Nilai-nilai kearifan lokal hutan lindung di Kawasan Astana Gede yang meliputi tujuh unsur budaya tersebut, akan dijelaskan secara terperinci dalam uraian berikut ini diantaranya: Nilai Religi, Nilai Etika, Nilai Pengetahuan dan Pendidikan, Nilai Sejarah, Nilai Estetis.
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI KELAS X IPS-1 MA AL ISTIQOMAH RAJADESA
Nina Setiawati;
Yeni Wijayanti;
Yadi Kusmayadi
J-KIP (Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Vol 3, No 2 (2022): JUNI
Publisher : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.25157/j-kip.v3i2.5812
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Penggunaan Metode Pembelajaran Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas X IPS-1 MA Al Istiqomah Rajadesa. 2) Pengaruh Metode Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas X IPS-1 MA Al Istiqomah Rajadesa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MA Al Istiqomah Rajadesa. Sampel kelas eksperimen adalah 30 orang dan pada kelas kontrol adalah 30 orang. Metode penelitian ini adalah metode quasi experimental. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan metode pembelajaran snowball throwing di kelas X IPS-1 MA Al Istiqomah Rajadesa yaitu a) guru membentuk kelompok belajar, b) memanggil ketua kelompok untuk menyampaikan materi pembelajaran, c) ketua kelompok kembali ke kelompoknya untuk menyampaikan materi, d)setiap anggota kelompok membuat pertanyaan di selembar kertas kemudian digulung, e) dilempar ke kelompok lain untuk dijawab, f) guru melakukan evaluasi, g) menutup pembelajaran. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran snowball throwing terhadap motivasi belajar siswa yaitu dengan menggunakan uji t. Hasil yang diperoleh t hitung sebesar 34,567 > t tabel sebesar 2,048. Dari penelitian tersebut disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran snowball throwing terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas X IPS-1 MA Al Istiqomah Rajadesa.
KESENIAN GEMBYUNG SEBAGAI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI 1 LUMBUNG KELAS X IPS 1 TAHUN AJARAN 2018-2019
Rizki Adinda Putri;
Sri Pajriah;
Yadi Kusmayadi
J-KIP (Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Vol 2, No 1 (2021): FEBRUARI
Publisher : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (52.572 KB)
|
DOI: 10.25157/j-kip.v2i1.4770
Pembelajaran sejarah yang dilaksahakan di sekolah mengajarkan materi yang jauh dari realitas kehidupan siswa. Mereka dihadapkan pada serentetan catatan fakta yang membentuk suatu peristiwa. Salah satu cara mendekatkan siswa pada materi sejarah adalah dengan menggunakan media pembelajaran sejarah lokal. Salah satunya adalah kesenian Gembyung yang dapat membantu siswa dalam pembelajaran sejarah agar siswa tidak tercerabut dari akar budaya dan sejarah lokalitasnya dengan mengenal kembali nilai- lokal warisan leluhur kebudayaan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna kesenian Gembyung di Kecamatan Panjalu dalam proses pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Lumbung kelas X IPS 1. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang mencakup beberapa tahap yaitu rencana penelitian, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi, historiografi. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat makna atau nilai-nilai dari kesenian Gembyung, diantaranya nilai kebersamaan, nilai penghormatan, nilai keagamaan dan nilai nasionalisme. Kesenian Gembyung sebagai media dalam pembelajaran sejarah dapat membantu siswa untuk mengetahui kebudayaan lokal khususnya kesenian lokal daerah. Selain itu, pembelajaran sejarah dengan media kesenian Gembyung ini menjadi lebih mudah dipahami karena peserta didik melihat langsung kesenian Gembyung. Akibatnya, peserta didik mempunyai gambaran nyata terhadap pembelajaran kesenian Gembyung untuk mengaitkannya dengan materi sejarah lokal dan materi masuknya dan penyebaran Islam di Indonesia.Kata Kunci : Kesenian Gembyung, Media Pembelajaran Sejarah.
KESENIAN GENJRING RONYOK SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMA NEGERI 1 KAWALI KELAS X TAHUN AJARAN 2019-2020
Yulia Sriningsih;
Uung Runalan Soedarmo;
Yadi Kusmayadi
J-KIP (Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Vol 2, No 1 (2021): FEBRUARI
Publisher : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUH
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (51.197 KB)
|
DOI: 10.25157/j-kip.v2i1.4916
Sumber belajar adalah salah satu komponen pembelajaran yang cukup penting untuk menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran. Pembelajaran sejarah di sekolah biasanya kurang memanfaatkan sumber belajar sejarah. Di dalam sekolah hendaknya harus memberikan pembelajaran yang menuntut siswa untuk mengenal sejarah lokal, khususnya kesenian lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemanfaatan kesenian Genjring Ronyok pada pembelajaran sejarah lokal di SMA Negeri 1 Kawali kelas X IPS 2 dan mengetahui kendala apa saja yang dihadapi guru sejarah dan siswa dalam memanfaatkan kesenian Genjring Ronyok di SMA Negeri 1 Kawali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan pendekatan kualitatif. Metode ini mencakup beberapa tahap yaitu pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi atau penafsiran, penulisan. Hasil penelitian menunjukan, bahwa dengan pemanfaatan kesenian Genjring Ronyok pada pembelajaran sejarah lokal di SMA Negeri 1 Kawali peserta didik dapat menjadi lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran dan siswa lebih mengetahui kesenian lokal di daerahnya. Adapun kendala yang dihadapi adalah keterbatasan waktu, sulitnya perizinan dan tempat kesenian Genjring Ronyok.Kata Kunci : Genjring Ronyok, Sumber Belajar, Sejarah lokal.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN DI DESA GUNUNGCUPU KECAMATAN SINDANGKASIH MELALUI PENYULUHAN TENTANG ARTI PENTING PENDIDIKAN UNTUK MENINGKATKAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Yeni Wijayanti;
Sri Pajriah;
Yadi Kusmayadi
Abdimas Galuh Vol 2, No 1 (2020): Maret 2020
Publisher : Universitas Galuh
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (166.612 KB)
|
DOI: 10.25157/ag.v2i1.3325
Pendidikan menjadi salah satu tolok ukur Indeks Pembangunan Manusia. Oleh karena itu, penting kiranya untuk meningkatkan pemahaman bagi masyarakat tentang pentingnya pendidikan yang berpengaruh terhadap kualitas manusia. Sasaran yang dituju dalam pengabdian ini adalah masyarakat miskin yang memiliki pemahaman kurang terhadap pentingnya pendidikan. Tujuan kegiatan ini adalah agar kualitas sumber daya manusia Desa Gunungcupu dapat meningkat, mengingat jumlah penduduknya yang besar. Metode yang digunakan untuk mewujudkan pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan tersebut adalah dengan metode penyuluhan yang disampaikan secara lisan. Hasil umum yang diharapkan dapat tercapai adalah adanya perubahan pola pikir, sikap, dan perilaku, dan secara khusus adalah meningkatnya pemahaman masyarakat terutama masyarakat miskin mengenai pendidikan yang mempunyai arti penting terhadap Indeks Pembangunan Manusia.