Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

TAKWIL EPISTEMOLOGIS IBN SÎNÂ ATAS SURAH AL-NÛR AYAT 35 Al-Walid, Kholid
ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam Vol 19, No 1 (2018): Islamic Philosophy and Mysticism
Publisher : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (676.477 KB) | DOI: 10.18860/ua.v19i1.4797

Abstract

Ibn Sînâ is known as a rational philosopher who is often confronted with theologians who consider his views contrary to the principles of religion (naṣṣ). This paper reveals that Mashâiyyah philosophy built by Ibn Sînâ still relies on Islam and even make the verses of the Qur'an as a construct of ideas. In this paper, the author also tries to reveal epistemological ta’wîl employed by Ibn Sînâ in interpreting verse 35 of surat al-Nûr, which is generally understood sufistically, but in his view it might be understood differently. This proves that Ibn Sînâ hold on to naṣṣ. What distinguishes him with most theologians or sufis is the understanding of naṣṣ. Although it is apparent that Ibn Sînâ's epistemological outlook seemed to justify the Unity of Subject-Object theory as later Mulla Ṣadrâ was proposed, there was a fundamental difference between the two. The epistemological ta’wîl is a new reading of the philosophical style in Qur’anic exegesis on the one hand, which is different from the rationalization of tafsîr or the epistemology of tafsîr in the other one.
Husuli dan Huduri dalam Konteks Filsafat Hikmah Muta'aliyyah Kholid Al Walid
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 6, No 2 (2020)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v6i2.7117

Abstract

Tulisan ini menjelaskan bagaimana pandangan Mulla Sadra dalam menjelaskan ilmu husuli dan ilmu huduri. Ilmu Husuli dan Huduri yang sejak lama menjadi perdebatan panjang di antara para pemikir muslim menjadi perhatian serius Mulla Sadra. Pendefinisian pengetahuan merupakan basis awal yang berusaha dibangun oleh Mulla Sadra dalam mengkontruksi aliran filsafat Hikmah al-Muta’liyyah miliknya. Dengan pendekatan kualitatif dan melakukan kajian terhadap pemikiran dan karya-karya Mulla Sadra, dapat disimpulkan bahwa bagi Mulla Sadra perdebatan mengenai Husuli dan Huduri telah selesai dan tidak perlu diperlebar atau diperpanjang lagi. Husuli menempati posisis kedua yang menjadi ilmu pendukung, sedangkan huduri merupakan ilmu utama yang tertanam dalam diri manusia dan merupakan anugeran dari Tuhan.
MAKNA AL-MUTAKABBIR DALAM ALQURAN (STUDI KAJIAN SEMANTIK) Nuri Meilan; Kholid Al-Walid; Solehudin Solehudin
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.559 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v2i1.1807

Abstract

Takhallaqū bi akhlākillāh ‘berakhlaklah kamu seperti akhlaq Allah’, jika Hadith tersebut mesti dijadikan acuan untuk berakhlak maka ada beberapa persoalan dari al-Asmā’ al-Husnā diantaranya al-Azīz, al-‘Alī, al-Jabbār, al-Qahhār, al-Mutakabbir, dll. Sifat-sifat ini walaupun namanya sama dengan yang dinisbatkan pada manusia, namun mempunyai hakikat yang berbeda. Salah satunya adalah al-Mutakabbir (Yang memiliki segala keagungan). Jika merujuk kepada Hadith di atas tentu  bertentangan dengan ayat Alquran dan Hadith yang jelas mengatakan bahwa manusia dilarang bersikap sombong dan balasan yang berbuat sombong adalah neraka. Penelitian ini membahas makna lafal  al-Mutakabbir melalui pendekatan Semantik, jenis penelitian kualitatif, dengan menggunakan teknik pengumpulan data library research (penelitian kepustakaan). Metode yang digunakan adalah deskriptif analysis yaitu menganalisis memaparkan dan menganalisis lafal  al-Mutakabbir dalam Alquran. Hasil dari penelitian ini ialah lafal  al-Mutakabbir berasal dari kata kabura mempunyai makna besar. Sedangkan jika dilihat dari kamus-kamus bahasa Arab kata kabura artinya mengagungkan, sombong, menjadi besar, membesarkan, lawan dari kata shagura (kecil), pembesar (pemimpim), sesuatu yang lebih tua atau lebih utama. Kata al-Mutakabbir ini selalu dikaitkan dengan dua subjek/ pelaku berbeda.  Subjek yang ditujukkan kepada Allah Swt., memiliki tendensi makna positif, sama dengan al-Asmā’ al-Husnā. Subjek kedua ditujukan kepada manusia yang memiliki makna negatif. 
Philosophical Concept of Leadership in Supply Chain Affecting the Community Perception in the East Java Government of Indonesia Robby Habiba Abror; Suraji Suraji; Moeheriono Moeheriono; Kholid Al Walid; Harjoni Harjoni
International Journal of Supply Chain Management Vol 9, No 3 (2020): International Journal of Supply Chain Management (IJSCM)
Publisher : International Journal of Supply Chain Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.597 KB)

Abstract

This study aims to analyze the community perception towards the leadership style in supply chain that can be used to participate in the regional government. It also has a purpose to formulate a leadership style in supply chain that can encourage the community to actively participate in the local government. This study uses the descriptive qualitative approach to describe and explain the phenomenon of regional government leadership comprehensively. The research takes place in three regencies/ cities in East Java, Indonesia. The research finding shows that the public perception tends to choose the consultative, participative, and combination of both. The leadership style in supply chain is indicated by high involvement of public perception and trust given to subordinates. The leadership style in supply chain that is in line with the stakeholder’s expectation is the participative, consultative, and transformational styles.
CRITICAL THINKING AND RELIGIOUS MODERATION: Instilling Religiously Moderate Values through the Teaching of Islamic Philosophy in Indonesia Yusuf Rahman; Kholid Al Walid; Humaidi Humaidi
JOURNAL OF INDONESIAN ISLAM Vol 16, No 1 (2022)
Publisher : State Islamic University (UIN) of Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/JIIS.2022.16.1.49-74

Abstract

This study aims to prove that Islamic philosophy can present alternatives to overcome intolerance, radica­lism, and extremism in Indonesia. This suggests that the teaching of Islamic philosophy in the country has succeeded in changing student perspective and mindset which tends to be closed-minded, exclusive, and extreme in nature in seeing differences in religions, sects, and beliefs to be open-minded, inclusive and moderate. With rational, critical and comprehensive teachings, students and alumni from the Islamic Theology and Philosophy (ITP) study programs have a more positive attitude in understanding plurality and diversity. Such change in mindset and attitude results from a curriculum design which offers moderate values, critical-dialectical teaching methods, and direct experiences in diversity. This study uses field research with qualitative technique and applies purposive sampling with snowballing technique to decide the study subjects. To collect the primary data, the data collecting-instruments include in-depth interviews with 28 resource persons comprising of lecturers, students and alumni in 5 ITP study programs in Indonesia, field observation and literature.
KOSMOLOGI ISLAM PERSPEKTIF SACHIKO MURATA Ika Nurlita; Kholid Al Walid
Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat Vol 4, No 01 (2022): Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (699.911 KB) | DOI: 10.15408/paradigma.v4i01.30400

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami pandangan Sachiko Murata mengenai Kosmologi Islam Adapun metodologi yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan kajian pustaka (library research) sebagai teknik pengumpulan datanya. Peneliti menggunakan buku karya Sachiko Murata yang berjudul The Tao of Islam Kitab Rujukan tentang Relasi Gender dalam Kosmologi dan Teologi Islam sebagai sumber primer. Selain itu peneliti juga mengumpulkan sumber sekunder berupa jurnal, skripsi, artikel serta karya ilmiah lainnya sebagai data penunjang pemahaman bagi penelitian ini. Sachiko Murata menggunakan pendekatan Taoismeuntuk menjelaskan kosmologi Islam. Ia menerjemahkan Tao sebagai حق (haqq/Yang Nyata) dan dipahami sebagai ُم إسال(islâm/jalan). Sedangkan Yin memiliki kedekatan dengan Nama- nama Allah yang bersifat pengasih dan kualitas Yang dekat dengan Nama-nama Allah yang bersifat keagungan. Pada penelitian ini peneliti menganalisis unsur Yin dan Yang pada setiap bab dalam bagian kosmologi yang terdapat pada buku The Tao of Islam. Sehingga hasil yang didapat menunjukkan bahwa Yin Yang dalam segala unsur yang ada pada kosmos tergantung dari sudut pandang dan dengan siapa ia berhubungan, sesuatu pada satu sisi bisa menjadi Yang dan di sisi lain bisa menjadi Yin. Kata Kunci: Kosmologi, Taoisme, Yin, Yang, dan Sachiko Murata.
KONSEP MANUSIA SEMPURNA PERSPEKTIF BUYA HAMKA Asbianti Rukmana; Kholid Al-Walid
Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat Vol 3, No 02 (2021): Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (824.836 KB) | DOI: 10.15408/paradigma.v3i02.30901

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsep manusia sempurna perspektif Buya Hamka. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif analisis. Teknik dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian pustaka atau library research. Dengan menggunakan buku karya Buya Hamka yang berjudul Lembaga Hidup, Falsafah Hidup dan Tasawuf Modern sebagai sumber primer. Maka untuk mencapai tujuan dari penelitian ini, Peneliti mengumpulkan data dan dokumen dari karya Buya Hamka serta rujukan lainnya seperti skripsi, jurnal, artikel, serta karya ilmiah lainnya sebagai penunjang pemahaman dalam melakukan penelitian ini. Manusia sempurna menurut Buya Hamka adalah manusia yang sadar akan kekurangan dan kesalahan yang ada dalam diri, tetapi masih terus berusaha memperbaiki diri untuk mencapai kesempurnaan. Adapun yang menjadi pokok manusia sempurna adalah keutamaan dan kebersihan jiwa. Sebab, esensi manusia itu adalah ruh, jasad atau badan hanya bersifat sementara dan hanya sebagai perantara untuk mencapai kesempurnaan. Adapun pembersihan jiwa melalui lima tahap, yaitu; bergaul dengan orang-orang budiman, membiasakan untuk berfikir, menjaga syahwat dan kemarahan, menyelidiki cita-cita atau aib diri sendiri, menimbang sebelum mengerjakan sesuatu. Akan tetapi, semua tidak akan tercapai jika manusia memiliki penyakit hati. Ada dua penyakit hati yang bisa menghambat manusia dalam mencapai manusia sempurna, yaitu tahawwur dan jubun. Dari at-Tahawwur dan al-Jubn kemudian lahir penyakit-penyakit hati yang lain seperti ujub, bangga (sombong dalam bentuk fisik), bertengkar, mengolok-olok, ingkar janji, dan dendam.
KONSEP MORAL MENURUT MURTADHA MUTHAHHARI Diana Rusliawati; Kholid Al Walid
Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat Vol 4, No 02 (2022): Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (688.138 KB) | DOI: 10.15408/paradigma.v4i02.30402

Abstract

Penelitian ini membahas tentang konsep moral yang disandarkan kepada Murtadha Muthahhari, salah seorang failasuf muslim klasik. Pemikiran dari Murtadha Muthahhari sendiri tentang Moral, menurutnya moral berkitan dengan jiwa manusia yang berhubungan dengan cara atau sistem manusia mengatur dirinya, pembinaan atau pembentukan dirinya agar dapat memilih cara atau sistem hidup yang baik. Baik mengenai hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan analitis-deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka. Karya-karya Murtadha Muthahhari dikumpulkan sebagai sumber utama ditambah sumber lainnya yang terkait, khususnya yang membahas terkait Moral . Hasilnya adalah Tuhan adalah pondasi pertama dalam filsafat etika Islam. Pondasi kedua adalah mengenal diri secara substansial, karenanya fokus akhlak Islami atau etika Islam adalah “kemuliaan diri”. Kemuliaan diri banyak menekankan pada manusia untuk menghidupkan akhlak insani dan mendorongnya agar berlaku etis. Mengenal diri juga merupakan sumber perasaan akhlaki dan pintu menuju jalan spiritual. Mengenal diri itu penting dalam etika Islam karena mengenal diri merupakan pengantar untuk mengenal etika, lebih jauh lagi dalam mengenal Tuhan.. Kata Kunci: Konsep, Jiwa,  Moral, Murtadha Muthahhari
EXPLANATORY GAP AND HARD PROBLEM OF CONSCIOUSNESS ON PHILOSOPHY OF MIND: A CRITICAL STUDY ON SOUL-BODY RELATION POINT OF VIEW IN MULLÂ ŚADRÂ’S PHILOSOPHY Wa Ode Zainab Zilullah Toresano; Kholid al-Walid
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam Vol 8, No 1 (2023): JAQFI VOL.8 NO. 1, 2023
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Negri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jaqfi.v8i1.25544

Abstract

Abstract The goal pf this research to examine Śadrâ’s view on the “soul-body relation” in order to solve the “explanatory gap and the hard problem of consciousness” which are the basic core of the mind-body problem in the philosophy of mind. The explanatory gap explains how physical property can give influence non-physical things conversely. Meanwhile, the hard problem mentions how physical system (material) can produce subjectivity in the mind (non-physics/ immaterial), especially when we have experience. In this context, there is a gap that appears between the immaterial mind and the material body. According to the author’s view, Śadrâ’s philosophy of mind-body relation can solve the problem because it is based on principles of Hikmah Muta’âliyah philosophy, which is “monis of existential-dualism of essential” [in author’s term]. In this research, the author develops the research using Paul Ricoeur’s hermeneutic and philosophical approaches. This research would like to highlight Hikmah Muta’âliyah philosophy, which synthesizes philosophy, theology, and tasawuf (‘irfân), which can be the reference for Muslims (or anyone interested in Islamic Philosophy) to solve philosophical problems. In other explanations, Islamic tradition [in this paper it is represented by Śadrâ] can contribute to contemporary philosophical discourse without making tendentious claim that Western Philosophy cannot solve problems better than the philosophy of Śadrâ.
Mulla Sadra's Realism on The Principle of Ittihad al-'Aqil wa al-Ma'qul: A Response to Modern Realism Kholid Al Walid
FIKRAH Vol 11, No 2 (2023): December 2023
Publisher : Prodi Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/fikrah.v11i2.23062

Abstract

This article attempts to show Mulla Sadra’s model of realism by tracing it through his philosophical principles, especially the principle of Ittihad 'Aqil wa Ma'qul (subject-object unity). Furthermore, the study of the Sadra realism model, which is based on the principle of Ittihad 'Aqil wa Ma'qul, is presented to respond to fundamental epistemic-ontological issues, namely the relationship between the subject’s consciousness and external objects, in order to strengthen belief in the nature and existence of external reality, which is independent of contamination of the subject's mental decisions (mind-independent reality). How does the subject's consciousness relate to external objects? This problem is still an anxiety and has not been resolved by modern philosophers who focus on the discourse of perception, giving rise to various schools of realism, which are represented by two major schools: direct realism and indirect realism. By overcoming these epistemic problems, ultimately, this effort leads to the confirmation of Mulla Sadra's more original and comprehensive model of realism. This paper is attempted using a critical-analytical method, namely analyzing Mulla Sadra's philosophical ideas on the Ittihad 'Aqil wa Ma'qul principles and the views of modern realism by focusing on the issue of perception. The conclusions drawn from the results of the analysis of the Ittihad 'Aqil wa Ma'qul were used as a basis for responding to modern realism as well as an affirmation of Mulla Sadra's style of realism.