Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Kajian Sosiologis Perencanaan Tata Ruang Terbuka Hijau di Kota Banda Aceh Maulida, Cut Raisa; Khairulyadi, Khairulyadi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Vol 6, No 2 (2021): Mei 2021
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi ruang sosial dalam perencanaan ruang terbuka hijau di Kota Banda Aceh. Ruang senantiasa akan mengalami perubahan, praktik dan persepsi keruangan dipengaruhi oleh nilai dan makna-makna sosial tersebut. Banda Aceh mulai berbenah dengan berupaya membuat kota gemilang, sejuk, indah dan nyaman dengan konsep “Green City”. Teori yang digunakan adalah teori produksi ruang sosial dari Henry Lafebvre. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan pendekatan deskriptif. Teknik pemilihan informan yang digunakan ialah teknik purposive sampling dengan jumlah 6 informan dalam penelitian ini. Metode pengumpulan data yang digunakan ialah wawancara terarah dan dokumentasi. Penelitian yang dilakukan memperoleh hasil bahwa, terjadinya produksi ruang sosial dalam perencanaan ruang terbuka hijau di Kota Banda Aceh dalam tiga proses dialektika yaitu pertama, secara praktik spasial adanya “pembongkaran urban” yakni masyarakat kelas menengah bahwa mengalami penggusuran dalam membangun konsep “Green City”. Kedua, representasi ruang, pemangku kebijakan mepresentasikan/mengkonsepkan ruang dalam bentuk wisata dan pendapatan daerah. Ketiga, ruang representasional, pro dan kontra masyakarat dalam menilai pembangunan ruang terbuka hijau di Kota Banda Aceh baik dalam segi estetika, lingkungan atau termaginalitas pendapatan ekonomi kelas menengah dalam penggunaan ruang tersebut. Kata Kunci : Perencanaan Ruang Terbuka Hijau, Produksi Ruang Sosial Sosiological Study Of Green Open Spatial Planning in Banda Aceh CityThis study aims to find out the production of social space in the planning of green open space in Banda Aceh. Space will always undergo changes, practices and perceptions of space influenced by the values and social meanings. Banda Aceh began to improve by trying to make the city resplendent, cool, beautiful and comfortable with the concept of "Green City". The theory used is the theory of social space production from Henry Lafebvre. This research is qualitative research, with descriptive approach. The informant selection technique used is purposive sampling technique with the number of 6 informants in this study. The data collection method used is interview and documentation. Based on the research that has been done, the results obtained that: the occurrence of marginalization and class-based segregation in the construction of green open space in the first city of Banda Aceh, spatially the existence of "urban demolition" that is a middle class society that undergoes eviction in building the concept of "Green City". Second, the representation of space, policy makers present / conceptualize space in the form of tourism and regional income. Third, representational space, pros and cons of society in assessing the development of green open space in Banda Aceh either in terms of aesthetics, environment or marginalized economic income of the middle class in the use of such space. Keywords : Green Open Space Planning, Social Space Production
Kajian Sosiologis terhadap Perencanaan Tata Ruang Terbuka Hijau di Kota Banda Aceh Khairulyadi, Khairulyadi; Bukhari, Bukhari; Maulida, Cut Raisa
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 14, No 2 (2020)
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jsu.v14i2.20701

Abstract

This article aims to discuss the process of producing a new social space along the Krueng Aceh Peunayong river and Taman Sari in Banda Aceh. This article uses Lafebvre's social space production perspective with qualitative research methods. Informants are determined through the purposive sampling technique, and data collected through structured interviews. This study found that social space production in green urban space planning in Banda Aceh City follows three dialectical processes as assumed by Lefebvre's theory of social space production. First, middle to lower-class people experiences social eviction. New green urban spaces such as those on the Peunayong and Taman Sari rivers banks do not represent themselves as living spaces for all social levels. Second, policymakers have a dominant role in conceptualizing and representing new green urban spaces. Third, the image is constructed and perceived from views (visuals) and symbols (perceptual space). For the upper class, green urban spaces in Banda Aceh are a symbol of modernity and progress. For the lower class society, green open space is a representation of planned marginalization.AbstrakTulisan ini bertujuan untuk mengetahui proses produksi ruang sosial baru yaitu ruang terbuka hijau di bantaran sungai Krueng Aceh Peunayong dan Taman Sari di Kota Banda Aceh. Tulisan ini menggunakan frame teori produksi ruang sosial Henry Lafebvre. Penelitian ini mengikuti kerangka penelitian kualitatif. Informan ditentukan melalui teknik purposive sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur. Penelitian ini mendapati bahwa, produksi ruang sosial dalam perencanaan ruang terbuka hijau di Kota Banda Aceh mengikuti tiga proses dialektika, sebagaimana diasumsikan oleh teori produksi ruang sosial Lefebvre. Pertama, masyarakat kelas menengah ke bawah mengalami penggusuran secara social (pembongkaran urban). Ruang terbuka hijau baru seperti di bantaran sungai Peunayong dan Taman sari tidak merepresentasikan diri sebagai ruang yang hidup bagi semua lapisan masyarakat. Kedua, pemangku kebijakan memiliki peran yang dominan dalam mengonsepsikan dan merepresentasikan ruang terbuka hijau baru. Ketiga, citra dikonstruksikan dan dipersepsikan dari tampilan (visual) dan simbol (percieved spaces). Bagi masyarakat kelas atas, ruang terbuka hijau di kota Banda Aceh dianggap simbol kemodernan dan kemajuan. Bagi masyarakat bawah, ruang terbuka hijau adalah representasi marginalisasi yang terencana.