Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Profesionalisasi Buruh Migran Indonesia (BMI) dalam Revolusi Industri 4.0 Nasirin, Anas Anwar
Jurnal MSDA (Manajemen Sumber Daya Aparatur) Vol 8 No 1 (2020): Juni
Publisher : Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33701/jmsda.v8i1.1174

Abstract

Permasalahn Buruh Migran Indonesia (BMI) sebagai bagian dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja pada bidang informal di luar negeri perlu dicarikan solusi, khususnya yang bekerja di malaysia. Saat ini terdapat 283.640 Pekerja Migran Indonesia yang bekerja di luar negeri, sebanyak 47% bekerja di bidang formal dan 53% bekerja pada bidang informal, serta sebanyak 90.671 orang memilih bekerja di Malaysia. Sepanjang 2013 hingga 2017 terdapat 394 Buruh Migran Indonesia yang meninggal di Malaysia, kemudian pada 2019 sebanyak 104 Buruh Migran Indonesia diusir dari Malaysia ke Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan meneliti kondisi objek alamiah atas posisi peneliti sebagai instrumen kunci dalam mengkonstruktifkan pengalaman sosial partisipan, serta menggunakan model penelitian deskriptif analitis. Hasil penelitian membuktikan, penyebab permasalahan yang menimpa Buruh Migran Indonesia di Malaysia akibat redahnya kualifikasi dan belum ada lembaga sertifikasi profesi yang menjamin Kualifikasi Buruh Migran Indonesia yang diberangkatkan ke malaysia. Solusi terhadap permasalah Buruh Migran Indonesia di Mlaysia adalah melalui peningkatan kualifikasi pendidikan, sertifikasi kemampuan dan optimalisasi e-regulasi yang memayungi Buruh Migran Indonesia ke Malaysia. Melalui solusi ini diharapkan dapat meningkatkan standar kemampuan Buruh Migran Indonesia dari low-skilled menjadi semi-sekilled bahkan skilled dalam mengimplementasikan revolusi industri 4.0.
Telusur Eksistensi Nasakom dan Aktivitas Lekra masa Demokrasi Terpimpin 1959-1965 Nasirin, Anas Anwar; Abdurakhman, Abdurakhman
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 7, No 1 (2024): Kritik Sosial dalam Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/historia.v7i1.67593

Abstract

Pengkajian sejarah dalam dinamika politik bersamaan dengan ideologi yang menjadi alat pemerintah dalam aktivitas kenegaraan menyajikan konsep Nasakom. Nasakom berdasarkan teori Ricocer membuktikan sebagai ideologi negara Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965) yang tersalur dalam konsep distrosi, legitimasi dan integrasi. Tahun 1926 soekarno mencetuskan azas kenegaraan yang meliputi Nasionalisme, Islamisme-Keislaman, dan Marxisme. Pada masa Demokrasi Terpimpin azas negara itu menjadi ideologi negara dengan nama Nasakom (Nasionalis Agamis dan Komunis). Penelusuran terhadap aktivitas Lekra yang merupakan organisasi dibawah Partai Komunis Indonesia yang eksistensinya sangat popular masa Demokrasi Terpimpin. Demokrasi Terpimpin berlaku setelah ditetapkannya Dekrit Persiden pada 5 Juli 1959. Penelitian ini menggunakan metode historis yang meliputi proses Heuristik, Verifikasi, Interpretasi dan Historiografi. Hasil penelitian menunjukan bahwa eksistensi Nasakom sebagai ideologi negara pada masa demokrasi terpimpin menjadi misi Soekarno dalam mencipta persatuan antara kelompok pergerakan Nasionalis, Islamis dan Komunis. Persatuan ketiganya telah mencipta Soekarno selama Demokrasi Terpimpin mampu mempertahankan kekuasaannya, terbebas dari kudeta, dan menjadi pemimpin yang memiliki kendali penuh dalam aktivitas politik dan kenegaraan. Aktivitas Lekra sebagai lembaga kebudayaan telah menjadi saluran aspirasi politik komunis diabawah komando Partai Komunis Indonesia. aktivitas itu memicu terjadinya manipesto kebudayaan yang menghadirkan lembaga-lembaga kebudayaan serupa seperti, Lembaga Kebudayaan Nasional dibawah naungan Partai Nasional Indonesia dan Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) milik Nahdatul Ulama yang diantaranya menjadi pesaing Lekra.
Masalah Hygiene Di Pesantren Pada Masa Hindia Belanda XIX-XX Nasirin, Anas Anwar; Sunarti, Linda; Karwiti, Wawat
El Tarikh : Journal of History, Culture and Islamic Civilization Vol. 4 No. 2 (2023): Islamic of Culture History
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/jhcc.v4i2.18800

Abstract

Hygiene dalam kerangka pola hidup bersih dan sehat telah menjadi perhatian pemerintah Hindia Belanda sejak abad XIX-XX terhadap masyarakat pribumi yang mayoritas beragama Islam. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam berbasis masyarakat kehadirannya telah menjadi objek penelitian para sarjana Eropa tentang tata cara hygiene dalam syariat Islam. Penelitian ini menggunakan metode sejarah melalui proses heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian membuktikan, program hygiene yang digalakkan pemerintah Hindia Belanda sarat kepentingan ekonomi dan politik, khususnya dalam meningkatkan produktivitas kerja masyarakat pribumi pada sektor perkebunan. Memasuki abad XX program hygiene telah melahirkan para dokter pribumi khususnya dari masyarakat muslim yang dalam prakteknya mampu mengkombinasikan ilmu kedokteran Barat dengan syariat Islam.  Diantaranya Peran Ahmad Ramali mempromosikan Hygiene di Padang Sidempuan tahun 1933 dan amal usaha bidang kesehatan Muhammadiyah, Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) atau Pembina Kesejahteraan Umat (PKU) sejak tahun 1923.
Liem Sioe Liong dan Soeharto: Bisnis Tepung Terigu dan Kekuasaan di Indonesia (1966–1998) Tjim, Gita Margareta; Sunarti, Linda; Nasirin, Anas Anwar
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 8, No 2 (2025): on progress
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/historia.v8i2.83962

Abstract

The power of the New Order government regime for 32 years, led by Suharto, in the process also played a monopoly on the flour business controlled by Liem Sioe Liong through PT Bogasari Flour Mill. Liem is a Chinese businessman who has a close relationship with Suharto. The privilege given by the government to Bulog since 1972 as the sole importer of wheat. The privilege of Liem from the government is the monopoly of milling and marketing flour in the country by PT Bogasari Flour Mill. The process has created a semi-presidential patronage business network between Suharto and Liem. This study uses historical methods, which include the stages of heuristic, verification, interpretation and historiography, using the approach of economic political concepts. The results of the study found that Suharto and Liem's relations had been established since the period of the struggle for Indonesian independence, and that relationship became an economic and political structure that continued, especially during the New Order reign. PT. Bogasari Flour Mill, which controls 80% of the marketing of flour in the country, has seen a fall in all shares of PT. Prima to PT. Berdikari in 1982, and the presence of the Indomie brand instant noodles produced by PT. Indofood in 1984 increased the sentiment of exclusivity and derivative monopoly against the Salim Group and the people closest to Suharto. In July 1997, the monetary crisis that befell Thailand had an impact that spread to Indonesia. In 1998, it became the lowest point that caused the collapse of Suharto's power, which had an impact on the fall of several businesses owned by Salim Group.