Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Geo-Environment Aspects Assessment Applied In Land Stability Determination Of A Disaster-Prone Area: A Case Study Around The Lembang Active Fault Zone, On The Western Part Of Bandung Basin, Indonesia Iskandarsyah, Teuku Yan Waliana Muda; Brilian, Ciria Humanis; Trisnadiansyah, Mochamad Ridfan; Listiawan, Yudhi; Barkah, M. Nursiyam; Sulaksana, Nana; Hendarmawan, Hendarmawan
Journal of Geoscience, Engineering, Environment, and Technology Vol. 9 No. 3 (2024): JGEET Vol 09 No 03 : September (2024)
Publisher : UIR PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25299/jgeet.2024.9.3.18062

Abstract

Rainfall, landforms, lithology or soil characteristics, and geological structures are geo-environment aspects that might be used to assess stability of the land in a disaster-prone area, e.g. in a case of study around the Lembang active fault zone of the western part of Bandung Basin, Indonesia. In this study, such geo-environment aspects were weighted and scored constantly in five class of value and importance, due to its influence on the land stability. After this scoring method applied, firstly, a land capability of the research area in relation to disaster potential will be recognized and used to analyze its land stability. According to such analyses, the study area can be divided into two zones of land stability, i.e. (i) moderate area which dominates the research area, and (ii) non-stable or unstable area near Lembang active fault zone. The dominant moderate and unstable area show that the fault zone has still widely affected the surroundings landscape and its physical characteristics. In fact, the current evaluation of existing landuse show that the development has been carried out intensively on these areas. It indicates that the development of the area is contituted as a high risk activity. Therefore, in this case, a good spatial planning or an environmental good governance must be applied appropriately in such disaster-prone area.
POTENSI AIR TANAH BERDASARKAN NERACA AIR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI CIKAO BAGIAN HULU, PURWAKARTA, JAWA BARAT Listiawan, Yudhi; Trisnadiansyah, Mochamad Ridfan; Hurruzia, Muhammad Fadhil; Nurfitriani, Nurfitriani; Barkah, Mochamad Nursiyam
Bulletin of Scientific Contribution Vol 18, No 3 (2020): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v18i3.30896

Abstract

DAS Cikao Bagian Hulu meliputi Kecamatan Jatiluhur, Pasawahan, Pondoksalam, Bojong dan Darangdan secara administratif berada di Kabupaten Purwakarta. Setiap tahunnya di wilayah pada DAS ini meningkat jumlah penduduknya. Hal ini berbanding lurus dengan perubahan kondisi tata guna lahan yang menimbulkan permasalahan air pada musim kemarau maupun pada musim hujan, padahal daerah ini merupakan kawasan resapan air bagian utara Gunung Burangrang. Metode penelitian menggunakan metode neraca air Thornthwaite dengan modifikasi dari Todd untuk perhitungan debit run off. Parameter yang digunakan adalah data iklim yaitu curah hujan dan suhu, data tutupan lahan dan data kemiringan lereng. Rata-rata curah hujan 2009-2013 sebesar 3,141.068 mm/tahun. Nilai evapotranspitrasi sebesar 1,759.938 mm/tahun. Nilai debit run off di DAS Bagian Barat sebesar 29,285,386.16 m3/tahun, sedangkan di DAS Bagian Timur sebesar 18,399,878.27 m3/tahun. Kebutuhan air tanah pada DAS Bagian Barat sebesar 2,131,706.06 m3/tahun sedangkan pada DAS Bagian Timur sebesar 1,173,951.52 m3/tahun. Dari hasil perhitungan antara debit infiltrasi dan kebutuhan air, didapatkan bahwa cadangan air tanah pada DAS Bagian Barat sebesar 29,320,434.35 m3/tahun dan DAS Cikao Bagian Timur sebesar 30,218,614.12 m3/tahun. Kekritisan air tanah pada DAS Cikao tergolong kedalam kategori belum kritis terlihat masih banyaknya nilai cadangan air tanah. Namun seiring waktu berjalan, perubahan tata guna lahan dan meningkatnya pertumbuhan penduduk akan mempengaruhi ketersediaan air tanah sehingga perlu dilakukan pencegahan agar kondisi ini tidak memburuk nantinya. Perubahan tata guna lahan yang tidak mementingkan aspek lingkungan akan merusak daerah resapan dan mempengaruhi sumber air. Kebutuhan air tanah yang bertambah perlu diimbangin dengan ketersediaan air tanah yang terjaga.