Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Keparahan Derajat Nyeri pada Pasien Nyeri Pinggang Bawah Setiani, Putu; Sihanto, Rindha Dwi; Putra, I Gusti Ngurah Purna; Nugraha, I Gusti Ngurah Angga; Dusak, Kadek Ayu Meilinda
Jurnal sosial dan sains Vol. 5 No. 4 (2025): Jurnal Sosial dan Sains
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan: Nyeri punggung bawah (NPB) adalah masalah yang sering dikeluhkan masyarakat dan menganggu produktivitas. Dalam penelitian terbaru, berat bedan berlebih yang diukur dengan  indeks massa tubuh (IMT) memiliki peran yang efisien dalam mekanisme nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara factor berat badan berlebih (overweight) dengan tingkat keparahan nyeri dengan nyeri punggung bawah kronis. Metode: Pengumpulan data potong-lintang (cross-sectional) dilakukan pada rekam medis pasien nyeri punggung bawah antara Januari hingga Desember 2024 di Departemen Neurologi RS Bhakti Rahayu Denpasar. Tujuh puluh tiga pasien rekam medis berusia antara 27-81 tahun dimasukkan dalam penelitian ini. Profil pasien yang dicatat yaitu umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), dan skala nyeri Numerical Pain Rating Scale (NPRS).  Hasil:  Rerata usia adalah 56,63 tahun (±15,56) (p= 0,077), dengan 40 laki-laki (54,85) dan 33 perempuan (45,2%). Rerata NPRS adalah nyeri ringan-sedang 3,22 (±1,14) (p= 0,000). Rerata berat badan peserta yaitu 68,6 (±5,39) kg (p= 0,200). Rerata tinggi badan peserta adalah 166,3 (±5,28) cm (p= 0,200). IMT peserta memiliki rerata 24,87 (±1,32) kg/m2 )(p= 0,077). Usia memiliki korelasi positif sedang 0,516 (p>0,001) yang bermakna terhadap skala nyeri NPRS. IMT memiliki efek yang paling signifikan, yaitu IMT overweight meningkatkan risiko 4,6 kali lipat pasien LBP mengalami nyeri sedang (p= 0,004). Kesimpulan: Adanya perbedaan rerata antara pasien IMT normal dan IMT overwight pada pasien NPB. Pasien NPB dengan IMT > 25kg/m2 berisiko 4,6 lipat mengalami nyeri sedang. Faktor berat tubuh yang berlebih membebani diskus vertebralis sehingga menimbulkan nyeri. Factor penuaan memiliki korelasi dengan perburukan nyeri pada NPB karena adanya proses degenerative.
Terapi Berbasis Meditasi: Sebuah Tinjauan Pustaka Neuroscience Putra, I Gusti Ngurah Purna; Setiani, Putu; Sihanto, Rindha Dwi; Kirana, I Putu Pradiva Satriya; Mahadewi, Kadek Ayu Savitri
Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO) Vol. 7 No. 2 (2025): Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)
Publisher : CV. Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/.v7i2.351

Abstract

Terapi meditasi semakin diakui untuk meningkatkan kesehatan mental dan fisik, dengan mempengaruhi aktivitas otak dan sistem saraf. Meditasi mengaktifkan sistem saraf parasimpatis, mengurangi stres, dan meningkatkan neuroplastisitas otak. Meskipun demikian, tantangan terkait protokol standar dan respons individu perlu diatasi. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi dampak meditasi pada neuroplastisitas, regulasi emosi, dan kesehatan mental, serta potensinya sebagai terapi untuk gangguan neurologis dan psikologis. Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan pendekatan kualitatif, yang fokus pada pengumpulan, analisis, dan sintesis literatur relevan untuk memahami fenomena secara mendalam. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi dengan mengakses sumber-sumber tertulis seperti artikel ilmiah dari platform Google Scholar, ScienceDirect, dan PubMed, dengan kata kunci spesifik dan filter waktu publikasi lima tahun terakhir. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap utama: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara teori, meditasi memiliki potensi sebagai terapi komplementer dalam neuroscience. Penelitian skala besar dan retrospektif diperlukan untuk mengonfirmasi hal ini. Jika terbukti, meditasi dapat diterapkan pada kasus neuropati kronis sebagai alternatif terapi medikamentosa, mengingat potensi risiko penggunaan obat.