Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

REGENERASI PASARAYA MANGGARAI SEBAGAI RUANG REKREASI DAN KOMERSIAL DENGAN PENDEKATAN TRANSPROGRAMMING Fauzi, Gilang; Supatra, Suwandi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 2 (2024): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i2.30874

Abstract

City life is now increasingly modern and dynamic, accompanied by advances in digital technology which have caused changes in the lifestyle of city residents. Pasaraya Manggarai is a place that has been affected by this modernization and has experienced significant decline because it is unable to adapt to changing times. The emergence of new and more modern shopping centers resulted in the market starting to lose interest because it could not compete, until finally in 2020 the market stopped operating and the condition of the market is now an abandoned space considered Placeless. The market location holds many memories and is a witness to the development of the Manggarai area, which was once a commercial center until now it has become a major transit area. Therefore, the main objective of this project is to change the face of the Pasaraya into a new commercial and recreational area and maximize Manggarai's potential as a central station. Through the application of contextual methods and transprogramming, it can produce interesting, adaptive and integrated programs with the Manggarai area. In the end, the project will lead to the development of a shopping center, recreation area and cultural education center with a modern touch. The rebuilding of this market is designed to become an attraction in the Manggarai area. Later programs such as Shopping Retail, Game Sports, Communal & Co-Working Space, Reflexology, Hydrotherapy, Bike Park, Bike Exhibition, Interactive Museum, Art Gallery, Exhibition Hall and Public Green Space. This project is expected to become a place to stop, create space for interaction, grow new communities, improve the community's economy and become a new identity for the dynamic Manggrai area. Keywords:  Contextual; Placeless; Recreation;  Shopping Center; Transprogramming Abstrak Kehidupan kota kini semakin modern dan dinamis dengan diiringi oleh kemajuan teknologi digital yang menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat kota. Pasaraya Manggarai menjadi tempat yang terkena dampak modernisasi ini sehingga mengalami kemerosotan signifikan karena tidak mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Munculnya pusat perbelanjaan yang baru dan lebih modern mengakibatkan pasaraya mulai kehilangan ketertarikan karena tidak dapat bersaing, hingga akhirnya pada tahun 2020 pasaraya berhenti beroperasional dan kondisi pasaraya kini menjadi ruang terbengkalai dianggap Placeless. Titik lokasi pasaraya menyimpan banyak memori dan menjadi saksi perkembangan kawasan Manggarai yang dulu merupakan pusat perniagaan hingga sekarang menjadi kawasan transit utama. Oleh karena itu, tujuan utama proyek ini mengubah wajah pasaraya menjadi area komersial dan rekreasi baru serta memaksimalkan potensi Manggarai sebagai stasiun sentral. Melalui penerapan metode kontekstual dan transprogramming dapat menghasilkan program menarik, adaptif dan terintegrasi dengan kawasan Manggarai. Pada akhirnya Proyek akan mengarah pada pengembangan sebuah pusat perbelanjaan, area rekreasi dan pusat edukasi budaya dengan sentuhan modern, Penmbangunan Kembali pasaraya ini dibuat untuk menjadi atraktor di kawasan Manggarai. Nantinya  program seperti Shopping Retail, Game Sports, Communal & Co-Working Space, Reflexology, Hydrotherapy, Bike Park, Bike Exhibition, Interactive Museum, Art Gallery, Exhibition Hall dan Ruang Hijau Publik. Proyek ini diharapkan menjadi tempat singgah, terciptanya ruang interaksi, tumbuhnya komunitas baru, meningkatkan perekonomian masyarakat serta menjadi indentitas baru kawasan manggrai yang dinamis.
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PEDAGANG PASAR LOAK KEBAYORAN LAMA MELALUI PENATAAN TATA RUANG PASAR Hardoyo, Hendra; Supatra, Suwandi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 2 (2024): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i2.30875

Abstract

The prediclection of buying second-hand goods has become popular in early 2024 among millennials. One of the most popular places to find quality second-hand goods is at the Kebayoran Lama flea market. The placement of traders in the Kebayoran Lama flea market is not well organised, the traders have stalls scattered around the road pavement with semi-permanent buildings or only with mats. Public facilities around Kebayoran Lama cannot function properly, especially on sidewalks and some roads that are disrupted due to the activities of the Kebayoran Lama flea market. This research aims to provide a more appropriate place for market traders, as well as to reorganise the Kebayoran Lama flea market traders. This market has potential as a centre of economic activity for the Kebayoran Lama community. Contextual method is used as a design approach in responding to the surrounding area as a design concept later. The research results show that the Kebayoran Lama flea market is not yet comfortable for traders and visitors, even though the flea market has economic potential for traders. Novelty is the need for facilities that can respond to the needs of the old kebayoran flea market by re-conceptualising the market to be more modern and organised with architectural disciplines. Keywords:  Contextual; Layout; Market; Old kebayoran Abstrak Kegemaran membeli barang-barang bekas menjadi populer dalam awal tahun 2024 bagi kalangan milenial. Salah satu tempat terkenal untuk mencari barang bekas berkualitas adalah di Pasar Loak Kebayoran Lama. Penempatan para pedagang di Pasar Loak Kebayoran Lama  tidak tertata dengan baik, para pedagang memiliki lapak yang bersebaran di sekitar trotoar jalan dengan bangunan semi permanen atau hanya beralaskan dengan tikar. Fasilitas publik di sekitar Kebayoran Lama tidak dapat berfungsi dengan baik, terutama pada trotoar dan beberapa jalan yang terganggu akibat adanya aktivitas Pasar Loak Kebayoran Lama. Penulisan ini bertujuan untuk memberikan tempat yang lebih layak bagi para pedagang Pasar, serta melakukan penataan kembali para pedagang Pasar Loak Kebayoran Lama. Pasar ini memiliki potensi sebagai pusat kegiatan ekonomi bagi masyarakat Kebayoran Lama. Metode kontekstual digunakan sebagai pendekatan desain perancangan dalam merespons keadaan sekitar kawasan sebagai konsep perancangan nantinya. Hasil penelitan menunjukkan bahwa Pasar Loak kebayoran lama belum nyaman bagi para pedagang dan pengunjung, padahal Pasar Loak memiliki potensi ekonomi untuk para pedagang. Kebaruan dibutuhkannya fasilitas yang dapat merespons kebutuhan di Pasar Loak Kebayoran Lama dengan mengkonsep ulang Pasar menjadi lebih modern dan tertata dengan displin ilmu arsitektur.
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP: MENGEMBALIKAN IDENTITAS KAMPUNG KERANG HIJAU MUARA ANGKE Lizar, Richelle Angeline; Supatra, Suwandi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 2 (2024): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i2.30876

Abstract

Kampung Kerang Hijau, which is part of Kampung Nelayan Muara Angke, is known as the center of Jakarta's green mussel catch, which has become its trademark. However, the village is facing problems that threaten the sustainability of its identity in the current era. This research aims to identify these problems and offer architectural solutions to restore the village's identity. A descriptive qualitative method was used, focusing on the detailed depiction of spatial and building phenomena based on individual experiences. Data was collected through direct observation and interviews with local residents to understand their problems and aspirations.  Infrastructure development and improving the quality of life of fishermen in Kampung Kerang Hijau are expected to restore the essence and identity of the village. The architectural solution chosen is expected to overcome the problems faced by this village and strengthen its identity. Thus, it is expected that this village can maintain its existence and cultural uniqueness while adapting to changing times. This research is expected to provide a deeper insight into the problems faced by the village, and offer appropriate solutions to support the sustainability and restoration of the identity of Kampung Kerang Hijau in Muara Angke. The proposed solutions include a residential design on stilts that has connectivity between residences and other public facilities on the second floor so that residents' activities are not hampered when floods hit, village public facilities that support residents' daily activities and needs as well as community socialization, and a green mussel breeding program to improve the quality of green mussel harvests. Keywords: Identity; Infrastructure; Kerang Hijau Village; People; Placeless Place Abstrak Kampung Kerang Hijau, yang merupakan bagian dari Kampung Nelayan Muara Angke, dikenal sebagai pusat hasil tangkapan Kerang Hijau di Jakarta, yang menjadi ciri khasnya. Namun, kampung ini menghadapi masalah yang mengancam keberlangsungan identitasnya pada era saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah tersebut dan menawarkan solusi arsitektur guna memulihkan identitas kampung. Metode deskriptif kualitatif digunakan, dengan fokus pada penggambaran rinci fenomena ruang dan bangunan berdasarkan pengalaman individu. Untuk memahami permasalahan dan tuntutan warga setempat, pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung dan wawancara terhadap warga setempat.  Pengembangan infrastruktur dan peningkatan kualitas hidup nelayan di Kampung Kerang Hijau diharapkan dapat mengembalikan esensi dan identitas kampung. Solusi arsitektural yang dipilih diharapkan dapat mengatasi masalah yang dihadapi kampung ini dan memperkuat jati dirinya. Dengan demikian, diharapkan kampung ini dapat mempertahankan keberadaan dan keunikan budayanya sambil beradaptasi dengan perubahan zaman. Penelitian ini diharapkan memberikan pandangan yang lebih dalam tentang permasalahan yang dihadapi kampung tersebut, serta menawarkan solusi yang tepat guna mendukung keberlangsungan dan pemulihan identitas Kampung Kerang Hijau di Muara Angke. Solusi yang diusulkan antara lain adalah desain hunian panggung yang memiliki konektivitas antar hunian dan fasilitas umum lainnya pada lantai dua agar aktivitas para warga tidak terhambat saat banjir melanda, fasilitas umum kampung yang mendukung aktivitas dan kebutuhan sehari-hari warga juga sosialisasi warga, dan program perkembangbiakan kerang hijau guna menaikkan kualitas hasil panen kerang hijau.
PENERAPAN TIPOLOGI BARU HUNIAN REGENERATIF SEBAGAI SIMBIOSIS EKOLOGIS DALAM URBAN RENEWAL DI KAWASAN BANTARAN SUNGAI CILIWUNG Purba, Beth Gavyn Zoyada; Supatra, Suwandi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 7 No. 2 (2025): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v7i2.35565

Abstract

The Ciliwung Riverbank area faces significant challenges due to rapid organic urbanization, which has resulted in environmental degradation, social inequality, and a decline in residents' quality of life. The development of informal settlements along the river reflects the failure of urban planning that lacks a focus on sustainability and spatial justice. This research aims to design a new typology of regenerative housing as a solution to create an ecological symbiosis between humans and the river environment. The literature review encompasses theories of regenerative architecture, symbiotic living spaces, and urban renewal approaches that focus on both ecological and social aspects. This study uses a qualitative method through a case study of the Ciliwung riverbank area, including field observations, spatial and social analysis, and the development of a design based on regenerative principles. The design results show that regenerative housing typologies can build a mutual and beneficial relationship between humans and nature through integrated water management systems, productive green spaces, and adaptive, inclusive communal areas. These typologies are not only places to live but also active elements in ecosystem restoration and social cohesion strengthening. This approach offers a potential design strategy to support more sustainable, inclusive, and ecology-oriented urban renewal. Keywords: ecological symbiosis; regenerative housing; riverbank; urban renewal Abstrak Bantaran Sungai Ciliwung Manggarai menghadapi tantangan besar akibat urbanisasi organik yang berkembang pesat, menyebabkan kerusakan lingkungan, ketimpangan sosial, dan penurunan kualitas hidup masyarakat setempat. Permukiman informal yang terbentuk di sepanjang bantaran sungai mencerminkan kegagalan dalam perencanaan kota yang kurang memperhatikan prinsip keberlanjutan dan keadilan spasial. Penelitian ini bertujuan untuk merancang tipologi baru hunian regeneratif yang dapat menjadi solusi untuk menciptakan simbiosis ekologis antara manusia dan lingkungan sungai. Kajian literatur dalam penelitian ini melibatkan berbagai teori terkait arsitektur regeneratif, konsep ruang hidup yang simbiotik, serta pendekatan urban renewal yang berfokus pada aspek ekologi dan sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan studi kasus pada kawasan bantaran Sungai Ciliwung, melalui serangkaian observasi lapangan, analisis kondisi spasial dan sosial, serta pengembangan desain berbasis prinsip regeneratif. Hasil perancangan menunjukkan bahwa tipologi hunian regeneratif dapat menciptakan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara manusia dan alam, melalui integrasi sistem pengelolaan air yang efisien, ruang hijau produktif, serta ruang komunal yang adaptif dan inklusif. Tipologi ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal dan menetap, tetapi juga sebagai elemen aktif dalam proses pemulihan ekosistem dan penguatan kohesi sosial. Pendekatan ini menawarkan strategi desain yang dapat mendukung urban renewal yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan berorientasi ekologi.
MEREGENERASI HABITAT URBAN MELALUI PERANCANGAN ARSITEKTUR REGENERATIF UNTUK LEBAH DI JAKARTA SELATAN Sutrisno, Jennifer; Supatra, Suwandi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 7 No. 2 (2025): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v7i2.35566

Abstract

The phenomenon of massive urban expansion in areas such as South Jakarta has led to the issue of habitat degradation and increasing ecological pressure on various pollinator species, particularly bees, which play a vital role in maintaining ecosystem balance. This research stems from the problem of how the characteristics of the built environment in urban areas affect the survival of bees, how architecture can represent the needs of other species, and what can be learned from bees in defining space, ecological relationships, and urban sustainability. The aim of this research is to identify the characteristics of the built environment that impact bee survival, and to explore the potential of regenerative architecture that can represent the needs of other species. Method used is descriptive qualitative analysis using a case study strategy focused on regenerative bee architecture. The research steps include site analysis, literature and case studies, field observation, concept formulation, and design development based on regenerative architectural principles for bees. The research results show that the characteristics of the built environment in South Jakarta—such as green space fragmentation and ecological pressure—negatively affect bee survival. The findings reveal that integrating regenerative architectural principles with the spatial behavior of bees can create adaptive spaces that support ecosystems. The novelty of this study lies in its design approach that positions bees as subjects of design, and in the application of regenerative concepts in the apiary zone, where bee activity cycles and spatial machines allow visitors to experience the product directly. Keywords:  apiary; bees; biophilic; regenerative Abstrak Fenomena ekspansi ruang kota yang masif di kawasan urban seperti Jakarta Selatan telah menyebabkan isu degradasi habitat alami dan tekanan ekologis bagi berbagai spesies polinator, khususnya lebah, yang memiliki peran vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Penelitian ini bertolak dari permasalahan: bagaimana karakteristik lingkungan binaan urban mempengaruhi keberlangsungan hidup lebah, serta bagaimana arsitektur dapat merepresentasikan kebutuhan spesies lain, dan apa yang dapat dipelajari dari lebah dalam mendefinisikan ruang, relasi ekologis, dan keberlanjutan kota. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik lingkungan binaan yang berdampak terhadap keberlangsungan hidup lebah, serta mengeksplorasi potensi arsitektur regeneratif yang mampu merepresentasikan kebutuhan spesies lain. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan strategi studi kasus, yang berfokus pada arsitektur regeneratif untuk lebah. Langkah penelitian meliputi analisis tapak, studi literatur dan kasus, observasi lapangan, perumusan konsep, dan perancangan berbasis prinsip arsitektur regeneratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik lingkungan binaan di Jakarta Selatan, seperti fragmentasi ruang hijau dan tekanan ekologis, berdampak negatif terhadap keberlangsungan lebah. Temuan penelitian mengungkap bahwa integrasi prinsip arsitektur regeneratif dengan perilaku spasial lebah mampu menciptakan ruang yang adaptif dan mendukung ekosistem. Kebaruan penelitian ini terletak pada pendekatan desain yang menjadikan lebah sebagai subjek perancangan serta penerapan konsep regeneratif pada zona apiary di mana terdapat siklus aktivitas lebah, serta penerapan spatial machine yang memungkinkan pengunjung merasakan produk secara langsung.
IMPLEMENTASI ARSITEKTUR AMFIBI DAN DESALINASI AIR LAUT SEBAGAI SOLUSI KAWASAN TERDAMPAK ROB AKIBAT PENURUNAN MUKA TANAH DI MUARA BARU Sumadihardja, Angeline Anabelle; Supatra, Suwandi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 7 No. 2 (2025): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v7i2.35567

Abstract

Climate change and land subsidence have increased the frequency of tidal flooding issues in coastal areas of Jakarta, especially in Muara Baru, North Jakarta. These floods have caused various environmental problems and led to a decline in the residents' quality of life. Issues include infrastructure damage, building deterioration, and poor groundwater quality. These impacts have resulted in the loss of housing, livelihoods, and daily activities in the area. This paper aims to offer a regenerative architectural solution through the application of amphibious architecture as a strategy for revitalizing areas affected by tidal flooding. The goal is to restore the area's activities and ecosystems across environmental, social, and economic aspects. The literature review covers principles of regenerative architecture, adaptive technologies of amphibious structures, and case studies of floating and amphibious settlements in flood-prone areas. The methodology uses a qualitative approach, including site analysis (macro, meso, and micro scales), bio-morphological studies, and the integration of ecological systems into architectural design. The result is an adaptive solution to climate change and land subsidence that enhances the social and ecological aspects of the area through amphibious architecture. It also identifies the most suitable amphibious structural typology for the Muara Baru site based on bio-morphological studies. Keywords: amphibious; flood; Muara Baru; regenerative; revitalizing Abstrak Perubahan iklim dan penurunan muka tanah menyebabkan peningkatan frekuensi isu banjir rob di kawasan pesisir Jakarta, terutama di Muara Baru, Jakarta Utara. Akibat banjir rob ini menimbulkan berbagai masalah lingkungan dan dampaknya adalah penurunan kualitas hidup masyarakat di kawasan ini. Berbagai masalah lingkungan yang timbul antara lain adalah kerusakan infrastruktur, rusaknya berbagai bangunan, dan kualitas air tanah yang buruk. Dari masalah tersebut mengakibatkan hilangnya tempat tinggal, mata pencaharian, dan aktivitas pada kawasan ini. Penulisan ini bertujuan untuk memberikan solusi arsitektur yang regeneratif berupa penggunaan arsitektur amfibi sebagai strategi revitalisasi kawasan terdampak rob. Sehingga dengan ini diharapkan dapat memunculkan kembali aktivitas dan ekosistem pada kawasan ini dari aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Kajian literatur mencakup mengenai prinsip arsitektur regeneratif, teknologi adaptif arsitektur amfibi, dan studi preseden bangunan atau pemukiman apung dan amfibi di wilayah rawan banjir. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif melalui analisis tapak (makro, meso, mikro), studi bio-morfologi, dan integrasi sistem ekologis ke dalam desain arsitektur. Hasilnya berupa solusi adaptif terhadap perubahan iklim dan penurunan muka tanah yang dapat meningkatkan aspek sosial dan ekologis kawasan melalui penggunaan arsitektur amfibi serta menunjukkan jenis struktur amfibi dari studi bio-morfologi yang paling cocok digunakan pada lokasi Muara Baru yang akan dirancang.