Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Model Keberagamaan Masyarakat Rejomulyo Di Tengah-Tengah Lingkungan Berkembangnya Lembanga Pendidikan Agama Muhammad Amrillah
Bahasa Indonesia Vol 1 No 1 (2020): J-Kis: Jurnal Komunikasi Islam Juni 2020
Publisher : Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam IAI Pangeran Diponegoro Nganjuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53429/j-kis.v1i1.121

Abstract

Dari fenomena yang dapat diidentifikasi pada masyarakat Rejomulyo kecamatan kota Kediri praktik keagamaan yang ada dapat dikelompokkan ke dalam bentuk-bentuk golongan sosial religius, yakni Abangan, Santri, dan Priyayi terbukti dengan adanya masyarakat Rejomulyo masih percaya kepada animistik tentang kekuatan goib, Masih berjalannya ritual-ritul tradisi selamatan, . masih mempercayai nilai-nilai ajaran nenek moyang (kejawen ) ini merupakan ciri orang abangan , adanya pondok pesantren yang merupakan indikasi orang santri, adanya guru dan pegawai merupakan tanda golongan priyayi. Lembaga Pendidikan Agama sebagai lembaga agama yang memiliki fungsi mendorong tumbuh kembang kesadaran beragama di lingkungan masyarakat. Lembaga Pendidikan Agama merupakan salah satu lembaga keagamaan yang tentunya memiliki peran terhadap masyarakat sekitarnya. Lembaga agama (institusi religius) dapat diartikan sebagai suatu bentuk organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola kelakuan, peranan-peranan dan relasi-relasi yang terarah dan mengikat individu, mempunyai otoritas formal dan sanksi hukum untuk mencapai kebutuhan dasar yang berkenaan dengan dunia supra-empiris. Hasil penelitian deskriftif mengungkapkan bahwa Sebagaian besar masyarakat Rejomulyo masih menjalankan ritual Abangan seperti apa yang di jelaskan oleh Clifford Geertz yang melakukan studinya di daerah Pare. Tradisi yang berkembang pada masyarakat Rejomulyo tidak diketahui kapan mulai berkembangnya. Karena generasi yang ada sekarang hanya mewarisi apa yang telah ada, dan mereka tinggal mengamalkan dari apa yang menjadi tradisi dari nenek moyangnya. Di tengah-tengah lingkungan berkembangnya Lembaga Pendidikan Agama, masyarakat masih tetap berpegang teguh dengan nilai lama, yang digunakan untuk meneguhkan jati diri dan kepribadian masyarakat. Filosofi hidup orang Jawa ojo dumeh yang berarti mawas diri, dan tansah eling yang berarti selalu ingat terhadap tujuan hidup, member pedoman penting bagi masyarakat Jawa. Tradisi yang terdapat di masyarakat ada yang bertentangan dengan akidah Islam, tapi ada juga yang mendukung ajaran Islam. Hal ini tidak bisa dihindari, karena perjalanan sejarah masuknya Islam di nusantara akan mengalir kepada timbulnya sinkretisme budaya dan agama.
TRANSCENDENTAL COMMUNICATION BETWEEN MAN AND GOD IN PRAYER SERVICES: HAROLD LASSWELL'S PERSPECTIVE Gufran, M.; Muhammad Amrillah
TASAMUH Vol. 20 No. 2 (2022): DAKWAH DAN MEDIA KOMUNIKASI
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/tasamuh.v20i2.6144

Abstract

When conducting intrusion with other parties in everyday life, humans always engage in communication activities. In addition to needing communication with fellow creatures, humans also have communication needs with the Creator, namely Allah SWT. This study aims to review the study of prayer and worship as transcendental communication between humans and God from the perspective of Harold Lasswell. This research used the library research method. Any data supporting this study are reviewed descriptively. This research shows that the model of transcendental communication between man and God in the prayer service of Harold Lasswell's perspective can be summed up as follows: First, the communicator. In prayer activities, every Muslim who establishes salat is a communicator who is carrying out transcendental communication activities. Second, Message. Readings are included in every movement of prayer, whether the pillars or the sunnah. These readings are communication messages from Allah SWT's servants. Third, Media. In prayer activities, the medium is the prayer movement itself. Prayer activities that begin with takbir and close with greetings are gestures that can be referred to as channels. Fourth, communicants. In prayer activities, the communicant is Allah SWT; God Almighty hears all the communication messages conveyed by His servants throughout the universe. Fifth, Effect. In the context of prayer worship, the effect is how the reply or reward given by Allah SWT as a communicant in the process of transcendental communication in prayer worship is received. People of faith deserve to be convinced or believe wholeheartedly that every good deed, such as prayer service, must get a good reward on the side of Allah SWT.