Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KONSEP PERANCANGAN BERBASIS ARSITEKTUR LOKAL: (STUDI KASUS: DESAIN FASILITAS PENUNJANG PAGELARAN BUDAYA DI DESA BAHA, BALI) I Putu Surya Mitra; I Wayan Parwata; I Wayan Widanan
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 8 No. 1 (2020): Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa [June 2020]
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2645.968 KB) | DOI: 10.22225/undagi.8.1.1912.21-30

Abstract

Planning and Design of Supporting Facilities for Cultural Performance The Tourism Village aims to optimize the Tourism Village in Baha Village can be better than before. The effort to create a Supporting Facility for Cultural Tourism Village in Baha Village which is later expected to be able to develop or improve the quality and function of various existing potentials, from the many potentials owned by Baha village, then an idea arises to further enhance and strengthen the existence of a tourist village in the village This Baha with a planning and design which later can become a place of tourism based on the existing potential. So the concept or idea for this problem is the Cultural Performance Support Facility that can support the potential possessed to advance the tourist village. So that in the planning and Design of Support Facilities for the Cultural Performance of the Tourism Village there will be a tour package with nuances of nature, art, culture, history, and spirituality. Keywords: Baha Tourism Village; Desain Concepts; Local Architecture
The Application Of Different Fresh Fish Handling Techniques On The Quality Of Raw Ingredients Of Producing Pindang Tongkol (Auxis thazard) I Gde Suranaya Pandit; I Wayan Parwata; I Wayan Sudiarta
SEAS (Sustainable Environment Agricultural Science) Vol. 1 No. 1 (2017)
Publisher : Warmadewa University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (598.052 KB) | DOI: 10.22225/seas.1.1.394.01-11

Abstract

Histamine poisoning can occur from consuming mackerel tuna fish that have undergone a process of decay. To avoid the process, the application of fresh mackerel tuna fish handling techniques required utilizing single factor completely randomized design. The treatment of fresh mackarel tuna fish handling techniques using room temperature as a treatment A.The applications of fresh mackarel tuna fish handling techniques with the addition of crushed ice (1: 4) as treatment B. The application of fresh mackarel tuna fish handling techniques with the addition of 10% salt as treatment C, as well as fish the applications of mackarel tuna fresh handling technicques with 50% B and 50% C as a treatment D. Transportation starts from the fish handling sites in Seraya village Karangasem towards the fish auction in the village of Kusamba Klungkung Bali for ±3 hours. Results of analysis of variance showed significant differences (P
Perencanaan dan Perancangan Pusat Industri Dan Budidaya Buah Kelapa Terpadu Di Kabupaten Jembrana Ida Bagus Komang Kresna Adi Pratama Surya; I Wayan Parwata; Agus Kurniawan
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 10 No. 2 (2022)
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.10.2.6312.345-355

Abstract

Coconut is a plant that is rich in benefits, almost all of its parts can be used as commercial goods that have a selling value ranging from stems, trees, fruit, coir, shells to the water. Jembrana Regency is one of the coconut producing areas. Jembrana Regency has the largest coconut plantation area in Bali, reaching 17,000 hectares. Behind the abundant natural resources, human resources are still not good, coconut farmers who cultivate coconuts are still not sufficient to meet their daily needs due to the loss of coconut share in Jembrana with other areas in Indonesia. regional Bali and also outside Bali, especially due to the pandemic which made demand for coconut from outside Bali experience a decline in prices and also many farmers only sell coconuts in whole form without being processed into commercial goods due to lack of knowledge and equipment that can process and produce goods. coconut processing. In the tourism sector, Jembrana tends to be quiet. Based on the problems that occurred, the Integrated Coconut Fruit Industry and Cultivation Center was proposed, a facility to process and produce processed coconut products including development, marketing, education, and cultivation. The location chosen was in Candikusuma Village, Melaya District, Jembrana Regency. With the approach of the theme "Ecology Architecture" and the concept of "Eco-Tourism Industry"
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PELUKATAN ALAM DEDARI SEBAGAI DAYA TARIK WISATA SPIRITUAL DI DESA KUWUM KECAMATAN MENGWI BADUNG I Made Mahardika; I Kadek Merta; I Wayan Parwata
Jurnal Dinamika Sosial dan Sains Vol. 2 No. 8 (2025): Jurnal Dinamika Sosial dan Sains
Publisher : CV.Sentral Bisnis Manajemen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60145/jdss.v2i8.194

Abstract

Pariwisata spiritual merupakan bentuk pariwisata alternatif yang kian berkembang sebagai respons terhadap kebutuhan masyarakat modern akan pengalaman wisata yang tidak hanya rekreatif, tetapi juga reflektif dan transformatif secara spiritual. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan merumuskan model pengembangan infrastruktur kawasan Pelukatan Alam Dedari di Desa Kuwum, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, sebagai destinasi wisata spiritual yang berbasis pada kearifan lokal dan nilai budaya Bali. Kawasan ini memiliki potensi spiritual yang tinggi karena keberadaan Air Kelebutan sebagai sumber air suci untuk ritual pelukatan, namun belum ditunjang oleh fasilitas pendukung yang memadai. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif-deskriptif melalui observasi lapangan, wawancara mendalam, serta studi literatur untuk mengidentifikasi potensi, permasalahan, dan solusi pengembangan kawasan. Hasil kajian menunjukkan bahwa pengembangan kawasan ini perlu diarahkan pada prinsip-prinsip wisata dan filosofi Tri Hita Karana, yang mencakup harmoni antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan. Rancangan pengembangan meliputi penataan zonasi kawasan berdasarkan konsep Tri Mandala, penyediaan fasilitas fisik dan spiritual yang mendukung kegiatan pelukatan, serta pemberdayaan masyarakat lokal secara berkelanjutan. Penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi ilmiah dalam mendukung pengembangan destinasi wisata spiritual yang adaptif terhadap nilai budaya dan lingkungan lokal.
KONSEP RE-PLANNING KOMPLEKS GEREJA SÃO PAULO LOSPALOS MELALUI PENDEKATAN INKULTURASI BUDAYA DI TIMOR LESTE Olivio Pinto Da Silva; I Kadek Merta Wijaya; I Wayan Parwata; I Wayan Runa; Dewa Ayu Nyoman Sri Astuti
Jurnal Dinamika Sosial dan Sains Vol. 2 No. 8 (2025): Jurnal Dinamika Sosial dan Sains
Publisher : CV.Sentral Bisnis Manajemen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60145/jdss.v2i8.196

Abstract

Gereja Katolik São Paulo di Kecamatan Lospalos menjadi salah satu contoh awal penerapan prinsip inkulturasi tersebut di Timor Leste. Perubahan signifikan dalam bentuk dan gaya arsitektur gereja terjadi terutama setelah Konsili Vatikan II, yang menyerukan penggunaan pola arsitektur lokal dan penyesuaian bangunan gereja dengan lingkungan sekitarnya. Surat edaran Konsili ini memuat dua aspek: di satu sisi, memberikan toleransi terhadap kearifan lokal; di sisi lain, mengandung motif politis untuk menarik penduduk lokal agar lebih menerima kehadiran gereja Katolik. Penelitian dilakukan dengan menggali informasi melalui wawancara mendalam, observasi, dokumentasi untuk mendapatkan informasi tentang penerapan serta makna warna pada gereja Paroquia São Paulo Lospalos. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pertama dalam liturgi agama katolik, ini sangat sejalan dari keinginan Smutzer yang mana memang menginginkan Gereja dalam berkonsep budaya lospalos karna saking cintanya Smutzer dengan budaya setempat maka dijadikanlah Gereja paroki São Paulo lospalos  menjadi Gereja dengan konsep arsitektur budaya lospalos yang mana bangunan utamanya sampai kesenian seperti relif dan ornament yang terbentuk juga memakai budaya lospalos karna memang desain ini melibatkan dari ajaran vatikan dan kombinsai dengan budaya itu sendiri dan disetujui untuk dibangun menyerupai bangunan gereja pada umum nya. Ketiga respon masyarakat yang memang ada disana tidak mempermasalahkan bahkan mereka sangat kagum atas apa yang tercapai pada desain Gereja tersebut.