Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

TEOLOGI MUSIBAH : DISKURSUS MUSIBAH MELALUI PENDEKATAN QUR’ANI Husni, Muhammad; Hasani Z, Jufri
Ensiklopedia of Journal Vol 7, No 3 (2025): Vol. 7 No. 3 Edisi 2 April 2025
Publisher : Lembaga Penelitian dan Penerbitan Hasil Penelitian Ensiklopedia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33559/eoj.v7i3.3124

Abstract

This study aims to analyze the factors causing a disaster so that it can provide an answer to the hypothesis that disasters are natural phenomena or punishments from God. This research is a literature study using a theological or Qur'anic approach in understanding a disaster or calamity. This research uses the thematic interpretation method, namely by collecting verses of the Qur'an related to disasters or calamities and analyze the causal factors behind the disaster. The results of this study reveal that the occurrence of disasters, including disasters that are considered pure disasters basically it cannot be separated from human attitudes and actions that are negligent (human error) and do not heed divine rules both in relation to God and to nature (other than God). This disaster can function as azab and iqab (punishment and torment) as a result of human actions or as a trial and temptation (test and trial) against faith even though one cannot identify and ascertain the position of each calamity.Keywords : Disaster, Natural Phenomena, Punishments, and Qur'anic
Kewajiban Orang Tua Terkait Pendidikan Agama Anak Perspektif al-Qur’an (Studi Tafsir al-Qur’an al-Karim Surah al-Tahrim/66: 6) Hasani Z, Jufri
Ta'dib: Jurnal Pemikiran Pendidikan Vol. 13 No. 2 (2023): September 2023
Publisher : IAIN Takengon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54604/tdb.v13i2.307

Abstract

Pendidikan agama bagi anak-anak dewasa ini semakin terabaikan. Kesibukan orang tua, sikap menganggap remeh pendidikan agama melahirkan anak-anak dengan pemahaman agama yang dangkal, ibadah dan akhlak keseharian yang jauh dari nilai-nilai Islami. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penafsiran Mahmud Yunus terkait Surah at-Tahrim/66:6. Mahmud Yunus yang dikenal sebagai salah seorang ulama dan akademisi telah melahirkan terobosan-terobosan baru dalam dunia pendidikan di Indonensia terutama terkait pendidikan agama Islam. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitati kajian kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua berkewajiban terhadap pendidikan agama anak-anak mereka. Meskipun anak-anak tersebut sudah mendapat materi pendidikan agama di sekolah atau lembaga lain, namun pendidikan agama yang di berikan orang tua di rumah tetap harus ada. Sehingga anak tumbuh menjadi anak yang shaleh, berakhlak mulia.
Kewajiban Berbuat Baik Kepada Orang Tua (Studi Analisis QS. Al-Isra’/17:23 Tentang Qaulan Karima ): Indonesia Hasani Z, Jufri
Mubeza Vol. 12 No. 2 (2022): September 2022
Publisher : IAIN Takengon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54604/mbz.v12i2.179

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan petunjuk Al-Quran tentang berbakti kepada kedua orang tua belum terlaksana secara maksimal. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kasus atau tindakan kriminal yang dilakukan anak kepada orang tua. Bentuk kedurhakaan anak kepada orang tua selain berupa kekerasan fisik bahkan sampai kepada tingkat pembunuhan, kedurhakaan yang dilakukan melalui perkataan juga sering terjadi, seperti menghina orang tua, berkata kasar, membentak atau dengan bentuk lain yang dapat melukai perasaan orang tua. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengupas makna qaulan karima dalam Al-Quran Surah al-Isra’/17:23. Secara tegas, Allah memerintahkan kepada manusia untuk mengatakan perkataan yang karima kepada kedua orang tua. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif studi kepustakaan. Dalam memahami ayat, penulis mengikuti pola penafsiran tahlili, di mana penulis berupaya mengungkapkan semua aspek yang terkandung dalam ayat. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dalam Al-Quran ditemukan sejumlah ayat tentang kewajiban berbuat baik kepada kedua orang tua. Dalam surah al-isra’/17: 23 disebutkan perintah untuk mengeluarkan kata-kata yang karima kepada kedua orang tua. Qaulan karima adalah perkataan yang disampaikan secara lemah lembut, sopan, mengandung penghormatan yang tinggi kepada lawan bicara. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berbakti kepada orang tua, disamping diwujudkan dengan memenuhi kebutuhan, juga dapat dilakukan dengan menjaga perasaan keduanya.
Komunikasi Dialogis Dalam Kisah Ratu Balqis (Studi Analisis QS. an-Naml/27: 29-35) Hasani Z, Jufri; Nurlizam
Mubeza Vol. 14 No. 1 (2024): Maret 2024
Publisher : IAIN Takengon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54604/mbz.v14i1.371

Abstract

Salah satu kandungan pokok Al-Qur’an qashash al-Qur’an.  Keberadaan kisah dalam Al-Qur’an mempunyai beberapa maksud serta tujuan, salah satunya untuk dijadikan pengajaran. Penggalian ‘ibrah atau pengajaran Al-Qur’an harus dilakukan dari sudut pandang dan pendekatan dan disiplin ilmu.  Untuk menemukan pengajaran atau  ‘ibrah dari kisah Al-Qur’an tentu diperlukan keseriusan, analisa dan penafsiran yang mendalam. Penulis mengambil satu dari beberapa kisah didalam Al-Qur’an, yaitu Kisah Ratu Balqis yang terdapat di surah an-Naml/27: 29-35 mengunakan pendekatan ilmu komunikasi. Ada yang menarik dari kisah Ratu Balqis ini, yaitu sikap atau reaksi seorang penguasa ketika menerima surat dari penguasa lain yang memerintahkan untuk tunduk. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan bentuk kajian kepustakaan. Dalam menafsirkan ayat, penulis mengikuti langkah penafsiran tahlili (analitik) yaitu menafsirkan kelompok ayat yang menjadi objek kajian dengan meneliti secara tertata dari ayat awal sampai ayat yang terakhir. Hasil penelitian mengungkap Ratu Balqis adalah seorang pemimpin yang cermat, bijaksana, demokratis. Ratu Balqis mengunakan pendekatan komunikasi dialogis dalam memutuskan sebuah persoalan meskipun pada saat yang sama ia juga bisa menggunakan komunikasi monolog. Dalam paparan kisah dalam ayat jelas terungkap bahwa Ratu Balqis tidak memaksakan pendapat kepada forum, dan dalam mengemukakan pendapat Ratu Balqis memberikan alasan-alasan yang kuat dan tepat (argumentatif) sehingga para peserta rapat memahami dan menerima dengan lapang dada pendapat atau usul dari ratu mereka.
Gulūl: Analisis Konsep Korupsi Dalam Alquran Sudianto, Ahmad; Hasani Z, Jufri
El-Wasathy: Journal of Islamic Studies Vol 2 No 2 (2024): El-Wasathy: Journal of Islamic Studies
Publisher : Lembaga Swadaya Masyarakat Asosiasi Masyarakat Madani Indonesia (AMMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61693/elwasathy.vol22.2024.311-332

Abstract

Konsep gulūl dalam Alquran sering dikaitkan dengan tindakan korupsi, namun pemahamannya masih perlu diperdalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna yang lebih luas dari gulūl dan menghubungkannya dengan fenomena korupsi kontemporer. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi pustaka sebagai metode utama. Kriteria pemilihan sumber didasarkan pada relevansi temanya, kedalaman analisis, kredibilitas penulis, dan kesesuaian dengan periode historis yang diteliti. Data yang dianalisis meliputi ayat-ayat Alquran, hadis, serta literatur-literatur terkait. Analisis isi dilakukan secara sistematis terhadap berbagai tafsir Alquran yang membahas ayat-ayat terkait gulūl. Teks tafsir dibagi menjadi unit-unit analisis yang lebih kecil, seperti kalimat atau paragraf, lalu dikodekan berdasarkan tema-tema yang relevan meliputi pencurian, pengkhianatan, amanah, dan hukuman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gulūl tidak hanya merujuk pada pencurian harta rampasan perang, tetapi juga mencakup tindakan korupsi dalam bentuk yang lebih luas, seperti pengkhianatan, penyalahgunaan kekuasaan, dan pencurian harta publik. Analisis konteks historis menunjukkan bahwa konsep gulūl muncul dalam konteks peperangan dan pembagian harta rampasan perang. Namun, seiring berjalannya waktu, makna gulūl meluas mencakup berbagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan dan harta benda publik. Pelaku gulūl digambarkan sebagai orang yang mengkhianati amanah, melanggar keadilan, dan tidak bertakwa kepada Allah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa konsep gulūl menawarkan perspektif yang kaya dan relevan untuk memahami akar permasalahan korupsi. Pemahaman yang mendalam terhadap konsep ini dapat menjadi landasan bagi pengembangan strategi pencegahan dan pemberantasan korupsi yang lebih efektif. Selain itu, penelitian ini juga menekankan pentingnya kajian Alquran yang komprehensif dan integratif untuk menemukan solusi atas permasalahan sosial yang kompleks.