Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Peace in Religious Diversity: A Study of Community Inter-Communal Bonds in Thekelan Hamlet Semarang Gandi, Grita Gusti; Kusumaningrum, Diah
Jurnal Penelitian Volume 17 Nomor 2 2020
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/jupe.v17i2.2912

Abstract

This study aims to examine civic engagement through inter-communal ties that occur in one of the hamlets in Indonesia as a representation of a peaceful area. The inter-communal ties that occur in everyday life and are institutionalized show an effort to unite society in diversity. This is important to scrutinize as an applied example for other regions in Indonesia on a small scale about addressing diversity in one region to create peace starting at the grassroots level. The community and religious leaders in Thekelan Hamlet, Batur Village, Getasan District, Semarang Regency, jointly carry out anjangsana activities that can invite the community to unite in commemorating the holidays of each religion in turn. The people of Thekelan Hamlet are a heterogeneous society that adheres to Islam, Buddhism, Christian, and Catholicism. This study uses an ethnographic approach in observing, documenting, and conducting in-depth interviews with informants. The results showed that anjangsana was an institutionalized daily activity. The grassroots community together with religious leaders designed these activities to increase inter-communal ties between communities and maintain peace. The recommendation for further research is to expand the scope of civic engagement studies by analyzing inter-communal ties in regions throughout Indonesia to find appropriate ways to implement peace efforts. The results showed that anjangsana was an institutionalized daily activity. The grassroots community together with religious leaders designed these activities to increase inter-communal ties between communities and maintain peace. The recommendation for further research is to expand the scope of civic engagement studies by analyzing inter-communal ties in regions throughout Indonesia to find appropriate ways to implement peace efforts.
The Effect of Good Government Governance on Developing Village Index (IDM) Through Sustaianable Development Goals (SDGS) (Empirical Study In Kedungjati District, Grobogan Regency) Afandi, Pandi; Puspita, Maria Entina; Wibowo, Mada Adi; Kusumaningrum, Diah; Santoso, Ahmad
Journal of Economics and Public Health Vol 2 No 3 (2023): Journal of Economics and Public Health: September 2023
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jeph.v2i3.1982

Abstract

The study aims to analyze the effect of good government governance (GGG) and sustainable development goals (SDGs) and their implications on the village development index (IDM) of villages in Kedungjati District, Grobogan Regency with explanatory reaserch. The samples in this study were taken from villagers in 12 villages in Kedungjajati District with non-probability sampling where each village was represented by 3 village community leaders who understood the conditions of their village development. The results of the study showed. GGG has a significant effect on SGDs and SDGs have a significant effect on IDM, while GGG has no significant effect on IDM, for SGDs has a greater influence than the influence of GGG on IDM, the SGDs variable has proven not to be a connecting variable between GGG and village IDM in Kedungjati District, Grobogan Regency. Looking at the results of this study, the factor of good governance or GGG in its implementation needs serious attention in order to be able to realize the success of village development, as well as the need for the selection and placement of intervening variables that are more in accordance with the character of the object and research problems such as variability of village competitiveness, village development performance and other variables that are more relevant.
Ekofeminisme dari Selatan? Kusumaningrum, Diah
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 1 No. 1 (2024): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Edisi Spesial Gender
Publisher : Parahyangan Center for International Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/jihi.v1i1.8292.200-204

Abstract

Tidak ada jalan tunggal menuju keadilan gender. Ini tercermin, antara lain, dari keragamanresep yang ditawarkan feminisme. Yang saling berbeda bukan saja resep para feminis liberal, feminis sosialis, feminis radikal, feminis pascastrukturalis, feminis pascakolonial, feminis ekologis, dan sebagainya. Di dalam masing-masing aliran pun terdapat opsi remedi yang sangat luas, belum lagi yang muncul dari irisan aneka aliran itu. Kekayaan ini diikat oleh beberapa komitmen metodologis, termasuk intersubjektivitas, interseksionalitas, dan refleksivitas. Epilog ini ditulis dalam rangka merayakan pluralisme metodologis di kalangan Komunitas Epistemik Gender dan Hubungan Internasional. Selain mengajak pembacanya mengapresiasi kelihaian penulis dalam mengaplikasikan ekofeminisme, epilog ini mencatat beberapa agenda penting guna mendorong “ekofeminisme dari Selatan.”
Ekofeminisme dari Selatan? Kusumaningrum, Diah
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Vol. 1 No. 1 (2024): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Edisi Spesial Gender
Publisher : Parahyangan Center for International Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/jihi.v1i1.8292.200-204

Abstract

Tidak ada jalan tunggal menuju keadilan gender. Ini tercermin, antara lain, dari keragamanresep yang ditawarkan feminisme. Yang saling berbeda bukan saja resep para feminis liberal, feminis sosialis, feminis radikal, feminis pascastrukturalis, feminis pascakolonial, feminis ekologis, dan sebagainya. Di dalam masing-masing aliran pun terdapat opsi remedi yang sangat luas, belum lagi yang muncul dari irisan aneka aliran itu. Kekayaan ini diikat oleh beberapa komitmen metodologis, termasuk intersubjektivitas, interseksionalitas, dan refleksivitas. Epilog ini ditulis dalam rangka merayakan pluralisme metodologis di kalangan Komunitas Epistemik Gender dan Hubungan Internasional. Selain mengajak pembacanya mengapresiasi kelihaian penulis dalam mengaplikasikan ekofeminisme, epilog ini mencatat beberapa agenda penting guna mendorong “ekofeminisme dari Selatan.”
Tantangan Pengubahsuaian (Retrofitting) Gedung Cipta Karya Jawa Timur Menjadi Bangunan Gedung Hijau Kusumaningrum, Diah; Sulistiyanto , Totok
Jurnal Permukiman Vol 20 No 2 (2025)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Bangunan Gedung dan Penyehatan Lingkungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31815/jp.2025.20.108-121

Abstract

Pengubahsuaian (retrofitting) bangunan yang sudah ada (eksisting) menuju sertifikasi Bangunan Gedung Hijau (BGH) tahap pemanfaatan memerlukan pendekatan komprehensif yang mencakup aspek administratif, teknis, dan perilaku pengguna. Studi ini menganalisis kesiapan Gedung Cipta Karya Jawa Timur melalui metode studi kasus dengan pendekatan mixed-methods. Data diperoleh dari tinjauan dokumen, audit energi internal, simulasi teknis, dan survei persepsi pengguna terhadap 50-60 responden. Ditinjau dari administratif, gedung telah menunjuk manajer energi dan menyusun rencana retrofit, namun belum sepenuhnya memenuhi persyaratan dokumen legal bangunan seperti Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), Sertifikat Laik Fungsi (SLF), dan dokumen persetujuan lingkungan, sebagai persyaratan sertifikasi BGH Tahap Pemanfaatan. Aspek teknis menunjukkan nilai OTTV sebesar 33,9 W/m² telah memenuhi batas SNI 6389:2020, dan simulasi cooling load menunjukkan potensi penurunan konsumsi energi sebesar ±25% dan emisi GRK ≥20%. Namun, audit internal dan persepsi pengguna mengindikasikan bahwa kenyamanan termal dan pencahayaan masih perlu ditingkatkan. Ditinjau dari perilaku, skor partisipasi pengguna tinggi (rata-rata >4 dari skala 5), menunjukkan kesiapan menjalankan efisiensi secara manual meski tanpa sistem otomatis. Temuan ini menegaskan bahwa keberhasilan retrofit BGH sangat bergantung pada kesiapan administratif, efisiensi teknis, serta keterlibatan pengguna secara aktif pasca-retrofit.