Penelitian ini terfokus pada pengungkapan dan penyingkapan tradisi poligami yang dibudayakan pada masyarakat Arab dengan tujuan yang bermacam-macam, sehingga perlu adanya kacamata untuk melihat peristiwa tersebut. Adapun cara melihat fenomena tersebut, penelitian ini menggunakan teori histori Ibnu Khaldun dan perspektif yang dikemukakan oleh Coomans Mikhail. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif bercorak kajian pustaka. Hasil dari penelitian ini adanya praktek poligami yang sudah lazim pada bangsa Arab kuno, dalam sejarah dikatakan bahwa Arab kuno telah mengenalnya dengan contoh nabi-nabi terdahulu memiliki banyak selir yang dijadikan istri seperti nabi Sulaiman. Hal tersebut mempengaruhi budaya pada Arab jahiliyyah atau pra-Islam dengan tujuan-tujuan bermacam, yaitu memperbanyak keturunan sebagai kekuatan dan kemulian, menjalin politik antar suku, dan asumsi bahwa wanita adalah benda warisan serta budak semata. Kemudian implikasi poligami untuk masa kini berupa pertanyaan tentang sisi Islami dan Jahili, sehingga para pembaca dapat menyikapi praktek poligami ini secara religiusitas dan juga rasionalitas guna meminimalisir pandangan negatif tentang praktek poligami. Abstract This research focuses on disclosing and explaning the polygamy tradition that is cultivated in Arab society with various purposes, so that there is a need for glasses to see this event. As for how to look at this phenomenon, this study uses the historical theory of Ibn Khaldun and the tradition perspective put forward by Coomans Mikhail. The research method used is descriptive qualitative with literature review. The result of this study is that the practice of polygamy in the ancient Arabs has begun, in history it is said that the ancient Arabs had known it with the example of previous prophets having many concubines who were made wives like the prophet Sulaiman. This influenced the culture of the Jahiliyyah or pre-Islamic Arabs with various goals, namely multiplying offspring as strength and glory, establishing inter-ethnic politics, and the assumption that women were mere inheritance and slaves. Then the implications of polygamy for the present are in the form of questions about the Islamic and Jahili sides, so that readers can address the practice of polygamy religiously and also logically in order to minimize negative views about the practice of polygamy.