Kiantoro Andiek Setiawan
Program Studi DIII Farmasi Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGEMBANGAN DESA BEJI SEBAGAI WISATA EDUKASI KAMPUNG TEMPE Meiria Istiana Sari; Ambar Fidyasari; Kiantoro Andiek Setiawan
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 3 (2021): Volume 2 Nomor 3 Tahun 2021
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v2i3.2806

Abstract

Desa Beji salah satu desa di Kota Batu yang terkenal dengan pengrajin tempe. Desa ini menjadi kampung terbesar tempe kedua di Malang raya setelah Sanan. Tempe merupakan salah satu warisan budaya tak benda yang diajukan ke UNESCO. Keunggulan ini kurang ditonjolkan sehingga perlu dilakukan pendampingan serta pengembangan di desa Beji yang potensinya di kota Batu sangat menjanjikan. Batu yang kerap dengan kota wisata menjadi pusat para wisatawan baik domestic maupun mancanegara. Sehingga dengan menggali potensi di Beji maka dapat mengenalkan bagaimana desa ini berkembang menjadi pusat wisata edukasi tempe. Metode pengabdian dilakukan melalui transfer keilmuan ke masyarakat dan pengrajin tempe, khususnya kelompok wanita Tani Asri, dikemas dalam penyampaian materi secara klasikal, workshop dan praktik pengenalan wisata edukasi tempe, pendampingan entrepreneur dan evaluasi. Kegiatan pengabdian masyarakat ini memiliki beberapa tahapan dimulai dari identifikasi permasalahan mitra perlunya edukasi pentingnya wisata tempe bagi Desa dan pembekalan transfer keilmuan tentang tempe. Hal ini terlihat dari hasil survei terhadap pentingnya wisata edukasi di desa ini yang menunjukkan 90%, pendampingan dari hasil entrepreneur 85%, promo diadakanya Festival Beji Kampung Tempe 97%, sehingga didapatkan hasil kepuasan keseluruhan sebesar 87%.
Positive-Self and Negative-Other Representation in the Online News Behind Indonesia’s Anti-Chinese Riots and Indonesia Turns Its Chinese into Scapegoats Kiantoro Andiek Setiawan; Nurul Chojimah; Ismatul Khasanah
Alphabet: A Biannual Academic Journal on Language, Literary, and Cultural Studies Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.972 KB) | DOI: 10.21776/ub.alphabet.2018.01.01.07

Abstract

Anti-Chinese riots (1998) was reported in Behind Indonesia’s Anti-Chinese Riot and Indonesia Turns Its Chinese into Scapegoats. This study aims to reveal the ways how lexical choices in articles constructed positive-self [henceforth (+)] and negative-other [henceforth (-)] representation. Van Dijk’s Critical Dis-course Analysis was used specifically on the lexical choice to analyze discourse. The socialism and liberal-ism theories were examined to analyze cognition and the history of Chinese Indonesians in Indonesia was explored to analyze society. Finding shows the article uses biased lexical choices. The articles represent Chinese Indonesian as a victim; Indonesian Government, Police, Military, Press, Moslem as a provocateur; and Native Indonesians as a prosecutor. Also, the articles present social and liberal ideology. Hence, the readers must be aware of the representation since it can shape their belief.
EDUKASI DAN PENDAMPINGAN PENGOLAHAN PASCA-PANEN LIDAH BUAYA SEBAGAI UPAYA PEMULIHAN EKONOMI MASYARAKAT TERDAMPAK PANDEMI DI KAMPUNG LIDAH BUAYA, RW 11, DESA BANJAR ARUM, SINGOSARI, MALANG Raharjo, Sentot Joko; Andini, Andini; Sari, Meiria Istiana; Setiawan, Kiantoro Andiek
Journal Community Service Consortium Vol 3 No 1 (2023): Journal Community Service Consortium
Publisher : Universitas Ciputra Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37715/consortium.v3i1.3650

Abstract

Lidah buaya merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai produk pangan nabati maupun kosmetik. Di Kampung Lidah Buaya Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabu- paten Malang merupakan salah satu tempat pusat pengolahan produk lidah buaya. Di Kampung Lidah Buaya selama ini telah dikembangkan produk pangan bersumber dari lidah buaya. Salah satu produk pengembangan pengolahan lidah buaya yang lain dapat digunakan sebagai bahan kosmetik lotion, namun kendala yang dihadapi pengrajin belum mampu mengembangkan teknologinya dan menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP) agar produk yang dihasilkan nantinya konstan. Adanya potensi kampung lidah buaya tersebut maka dilakukan program edukasi dan pendampingan kepada para pengrajin pengolahan lidah buaya. Tujuan utama dalam program pendampingan ini adalah meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kepada pengrajin pengolahan lidah buaya menjadi produk kosmetik lotion yang berkualitas dan penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) bagi produk agar dapat memperluas pasar usahanya. Adapun mitra sasaran program pendampingan masya- rakat ini adalah kelompok Pengrajin Pengolahan Lidah Buaya di Kampung Lidah Buaya, Desa Banjar- arum, Kabupaten Malang yang telah produktif secara ekonomi sebagai pengrajin pengolahan produk lidah bersumber dari tanaman lidah buaya. Adapun usaha yang akan dilakukan adalah edukasi kepada pengrajin ini tentang ilmu dan teknologi sediaan gel lotion lidah buaya dan beberapa penerapan GMP-nya. Edukasi ini diharapkan adanya penerapan iptek sediaan lotion lidah buaya dan perubahan perilaku pengrajin dalam proses produksi. Metode yang digunakan adalah Participatory Action Research (PAR) berupa penyuluhan, demonstrasi, serta pendampingan. Pendampingan dilakukan selama 1 bulan. Hasil edukasi dan pendampingan menunjukkan bahwa 95,0% responden setuju bahwa kegiatan pengabdian masyarakat bermanfaat, 89,0%, responden setuju kegiatan edukasi ini sangat meningkatkan kualitas, 97.0% responden menyatakan ilmu bertambah setelah mengikuti pelatihan, dan 85,0% responden menyatakan bahwa keseluruhan kegiatan pelatihan sudah baik.