Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KEJADIAN KARDIOVASKULAR MAYOR PASCA INTERVENSI KORONER PERKUTAN PRIMER PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT ELEVASI SEGMEN ST DI RSUP DR. MDJAMIL PADANG Nabila, Salsya; Rasyid, Hauda El; Vitresia, Havriza
EMPIRIS : Jurnal Sains, Teknologi dan Kesehatan Vol. 1 No. 4 (2024): EMPIRIS : Jurnal Sains, Teknologi dan Kesehatan, Desember 2024
Publisher : Lembaga Pendidikan dan Penelitian Manggala Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62335/r0556q27

Abstract

Abstract: Infark miokardial akut (IMA) adalah suatu kondisi nekrosis otot jantung yang diakibatkan oleh ketidakadekuatan pasokan darah karena adanya sumbatan secara tiba-tiba pada arteri koroner. Kejadian kardiovaskular mayor (KKM) merupakan gabungan dari hasil akhir gejala klinis yang sering terjadi pada pasien IMA-EST antara lain gagal jantung atau syok kardiogenik, rehospitalisasi akibat SKA, aritmia, komplikasi mekanik, perikarditis, stroke bahkan kematian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran KKM pada pasien IMA-EST yang menjalani IKPP di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan data rekam medis di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Juli 2018 – Juni 2019 dan wawancara via telpon. Variabel yang diteliti adalah usia, jenis kelamin, lama perawatan, faktor risiko mayor dan KKM (periode 1 bulan, 6 bulan dan 12 bulan) Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan Pasien IMA-EST yang menjalani IKPP sebagian besar laki-laki (84.2%) yang berumur < 65 tahun (85.3%). Faktor risiko mayor yang paling banyak dimiliki adalah faktor merokok (77.9%). Pasien IMA-EST yang mengalami KKM kematian dalam waktu rawatan di rumah sakit adalah 6 orang (6.3%), gagal jantung 8 orang (8.4%). Sedangkan KKM kematian periode 1 bulan adalah 1 orang (1.1%). KKM kematian periode 6 bulan adalah 3 orang (3.2%). KKM kematian periode 12 bulan adalah 2 orang (2.1%), gagal jantung 3 orang (3.2%) dan stroke sebanyak 1 orang (1.1%) Kesimpulan : Faktor risiko mayor yang paling banyak dimiliki pasien adalah merokok dan kejadian KKM yang paling banyak terjadi yaitu gagal jantung pada waktu rawatan.  
Analisa Kadar Glutamat pada Penderita Fibrilasi Atrium dengan Gangguan Fungsi Kognitif Syafrita, Yuliarni; Andy, Marfri; Rasyid, Hauda El
Andalas Journal of Health Vol. 9 No. 4 (2020): Online December 2020
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v9i4.1571

Abstract

Salah satu permasalahan neurologi yang ditemukan pada penderita fibrilasi atrium (FA) adalah gangguan kognitif. Silent Brain Infarction (SBI) diyakini menjadi salah satu mekanisme utama yang mendasari terjadinya gangguan ini. Sudah dilaporkan juga bahwa hipoksia serebri akan menimbulkan peningkatan kadar glutamat ektraseluler sehingga bersifat neurotoksisitas dan menimbulkan kematian sel. Tujuan: Menganalisis  kadar serum glutamat pada pasien Fibrilasi Atrial (FA) dengan gangguan kognitif.  Metode: Penelitian dengan disain potong lintang dilakukan di Poliklinik Kardiologi dan Neurologi RS DR M Djamil Padang serta Laboratorium Biomed Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Pemeriksaan kadar glutamat serum dilakukan dengan metode Elisa dan pemeriksaan fungsi kognitif dengan test neuropsikologi Montreal Cognitive Assestment versi Indonesia (MoCA-Ina). Perbedaan kadar glutamat serum pada kelompok FA dengan gangguan kognitif dan kelompok FA tanpa gangguan kognitif diuji dengan t test bila distribusi data normal dan test Mann Whitney bila data tidak terdistribusi normal. Hubungan antara kadar glutamat dengan kejadian gangguan kognitif dilakukan dengan uji Chi-square, setelah dicari dulu nilai cut off point untuk kadar glutamat serum. Uji dikatakan bermakna bila nilai p < 0,05. Hasil: Kadar glutamat serum kelompok FA dengan ganggan kognitif lebih tinggi dari kelompok FA tanpa gangguan kognitif. Pasien FA yang mempunyai kadar glutamat tinggi ( > 29,5µMol/L) beresiko mengalami gangguan kognitif 10,2 kali lebih tinggi dari penderita yang mempunyai kadar glutamat normal (< 29,5 µMol). Simpulan: Ada hubungan antara kadar glutamat serum dengan terjadinya gangguan kognitif pada penderita FA.Kata kunci: fibrilasi atrial, fungsi kognitif, glutamat, silent brain infarction
Comparison of right ventricular global longitudinal strain between pacemaker lead position in patients with permanent pacemaker Fakhri, Muhamad; Rasyid, Hauda El; Yanni, Mefri; Machmud, Rizanda
Jurnal Kardiologi Indonesia Vol 46 No 2 (2025): April - June, 2025
Publisher : The Indonesian Heart Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30701/ijc.1592

Abstract

Background: The implantation of a permanent pacemaker (PPM) can reduce right ventricular function. Echocardiography using speckle tracking can detect a decreasing in right ventricular function earlier. The value of right ventricular global longitudinal strain (RVGLS) based on the location of the pacemaker lead between the apex and non-apex was currently unknown, although the placement of the correct pacemaker lead location was very important for evaluating right ventricular dysfunction to prevent right heart failure. This study aims to determined the comparison of RVGLS between pacemaker lead position in patients with permanent pacemaker. Methods: This study was a nested case-control study to assess the comparison of RVGLS between pacemaker lead position in patients with permanent pacemaker, who were divided into the right ventricular apex group (RVA) and the non-right ventricular apex group (NRVA). This study used data from the pacemaker registry and medical records of patients who had undergone pacemaker implantation since June 2021. The shapiro-wilk normality test was performed before analyzing all numerical data, followed by an independent t-test or Mann-Whitney test to determine the differences between groups. Results: In this study, there were 38 patients with permanent pacemakers, consisting of 18 samples with RVA group and 20 samples with NRVA group. In this study, no significant differences were found in age, sex, diagnosis, comorbidities, therapy, pacemaker mode, baseline QRS duration, pacing burden, puncture site, and initial echocardiography between of two groups. There was a significant difference in paced QRS duration between the RVA and RVNA groups (160 + 20 ms vs 140 + 28 ms, p=0.024). Based on statistical analysis, there was a significant difference in the value of RVGLS in the RVA group compared to the RVNA group (-14.87+4.48% vs -18.40+3.21%, p=0.015). Conclusion: The position of the apex right ventricular lead resulted in a lower value of RVGLS compared to the position of the non-apex right ventricular lead.