Permasalahan stunting masih menjadi problema utama di Indonesia. Upaya penanggulangan stunting dapat dilakukan dengan intervensi gizi sensitif dengan pelaksanaan STBM. STBM berkait dengan lingkungan. Lingkungan dengan peilaku dan hygiene sanitasi yang buruk menimbulkan penyakit infeksi. Penyakit infeksi yang terus menerus tidak tangani dengan tuntas dapat yang meningkatkan kasus stunting di masyarakat. Puskesmas merupakan inovator dalam upaya mengurangi kasus stunting sekaligus penggerak terlaksananya STBM. Tujuan dari penelitian ini memperoleh gambaran peran puskesmas dalam mengajak masyakat melakukan perilaku hidup bersih dan sehat melalui program STBM sehingga dapat menekan kenaikan kasus stunting. Jenis penelitian ini deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan indepth interview pada informan yang dipilih secara purposive sesuai kebutuhan penelitian. Data disajikan dalam bentuk narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam upaya melaksanakan STBM untuk mengurangi stunting, nutrisionist dan sanitarian di puskesmas berkolaborasi dalam mewujudkan program inovasi penanggulangan stunting melalui STBM di masyarakat. Puskesmas juga memantau, berkoordinasi dengan masyarakat dan kader terkait pelaksanaan lima pilar STBM. Pihak puskesmas telah mengajak masyarakat untuk menganalisa kondisi sanitasi lingkungannya melalui tahap pemicuan sehingga masyarakat dapat mengambil tindakan untuk meninggalkan kebiasaan buruknya. Simpulan bahwa puskesmas memiliki peran penuh atas keberhasilan program STBM dalam mengurangi kasus stunting.