Remaja merupakan kelompok usia yang sedang mengalami masa transisi penting dalam berbagai aspek perkembangan, baik fisik, emosional, maupun sosial. Masa ini ditandai dengan berbagai tekanan, mulai dari tuntutan akademik, pergaulan sosial, hingga pencarian jati diri. Jika tekanan tersebut tidak ditangani dengan baik, dapat menimbulkan stres yang berkelanjutan dan berisiko menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Laporan UNICEF dan BKKBN juga mengungkapkan bahwa hampir 50% remaja Indonesia merasa stres berat akibat tekanan sosial, akademik, dan kritik dari lingkungan. Sayangnya, masih rendahnya literasi kesehatan mental dan tingginya stigma menjadi penghalang utama bagi remaja dalam mencari pertolongan yang tepat (IDN Times, 2024). Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan quasi eksperimen menggunakan desain pre-test dan post-test with control group. Sampel penelitian ini remaja usia 13–18 tahun yang berdomisili di Desa Bangun Rejo. total sebanyak 30 responden (15 kelompok intervensi, 15 kelompok kontrol) dengan Uji Paired Sample T-Test. Hasil uji Paired Sample T-Test. Pada kelompok intervensi, nilai p sebesar 0,000 (p < 0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pre-test dan post-test. Sementara itu, kelompok kontrol memiliki nilai p sebesar 0,081 (p > 0,05), menandakan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Hasil uji Paired Sample T-Test. Pada kelompok intervensi, nilai p sebesar 0,000 (p < 0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pre-test dan post-test. Sementara itu, kelompok kontrol memiliki nilai p sebesar 0,081 (p > 0,05), menandakan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Disarankan untuk menggunakan aplikasi secara konsisten dan disertai refleksi pribadi agar manfaatnya optimal.