Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Hal Hal Mengasihi Sesama dan Musuh: Refleksi Dari Lukas 6:27-36 terhadap Konteks Dialog Beragama Togatorop, Andri; Winanto, Oey Natanael; Lumingkewas, Marthin Steven
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 5 No 2 (2024): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.5 No.2 (October 2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/jrsc.v5i2.200

Abstract

This article discusses the concept of love within the context of Christian teachings, specifically in the relationships among people living in pluralistic societies. "Agape," the Greek term for love, represents the unconditional love that God has for humanity. This love is seen as the foundation of Jesus' teachings, emphasizing the importance of loving one’s neighbor, including one’s enemies, as a reflection of God's love. In a diverse society like Indonesia, the principle of love plays a crucial role in addressing potential religious and cultural conflicts, as differences often serve as sources of tension. Christians are called to be agents of love, not only toward fellow believers but toward all of humanity. Loving unconditionally can break down walls of hostility and prevent cycles of revenge. This article also highlights the importance of a proper understanding of love as a selfless act, demonstrated by Jesus, which inspires peace and unity within society. Through love manifested in concrete actions, Christians become reflections of God’s love in a diverse environment. Love practiced without discrimination serves as a unifying force that transcends differences in ethnicity, race, or religion and strengthens social integration to foster peace and harmony. This research contributes by emphasizing the role of unconditional love as a Christian solution for breaking down barriers of difference and conflict in plural societies, thereby promoting social harmony and peace. Artikel ini membahas konsep kasih dalam konteks ajaran Kristen, khususnya dalam relasi antara umat manusia yang hidup dalam masyarakat plural. Kasih, yang berasal dari kata Yunani "Agape," mencerminkan kasih tanpa syarat yang dimiliki Allah bagi manusia. Kasih ini dipandang sebagai dasar ajaran Yesus, yang menekankan pentingnya mengasihi sesama, termasuk musuh, sebagai cerminan kasih Allah. Dalam masyarakat yang beragam seperti Indonesia, prinsip kasih memiliki peran penting dalam mengatasi potensi konflik antaragama dan budaya, karena perbedaan sering kali menjadi pemicu ketegangan. Orang Kristen dipanggil sebagai agen kasih, tidak hanya untuk sesama umat beragama, tetapi juga bagi seluruh umat manusia. Mengasihi tanpa syarat dapat meruntuhkan tembok permusuhan dan menghindarkan balas dendam. Artikel ini juga menyoroti pentingnya pemahaman yang benar akan kasih sebagai suatu tindakan tanpa pamrih yang ditunjukkan Yesus, yang menginspirasi perdamaian dan persatuan dalam masyarakat. Melalui kasih yang diwujudkan dalam tindakan nyata, orang Kristen menjadi cerminan kasih Allah dalam lingkungan masyarakat yang majemuk. Kasih, yang dijalankan tanpa diskriminasi, berfungsi sebagai kekuatan pemersatu yang melampaui perbedaan suku, ras, atau agama, serta memperkokoh integrasi sosial demi mewujudkan kedamaian dan kerukunan hidup. Penelitian ini memberikan kontribusi dengan menekankan peran kasih tanpa syarat sebagai solusi Kristen untuk meruntuhkan sekat-sekat perbedaan dan konflik dalam masyarakat plural, guna mewujudkan perdamaian dan kerukunan sosial.
Did Sarah Know? Unveiling the Isaac's Sacrifice Eppang, Paulus; Sugihyono, Sugihyono; Hariyanto, Hariyanto; Winanto, Oey Natanael
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 10, No 1 (2025): Oktober 2025 (In Progress)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v10i1.1929

Abstract

This study investigates the question of whether Sarah was aware of God’s command to Abraham to sacrifice their son, Isaac. Although Genesis 22 does not explicitly mention Sarah’s awareness, this paper argues that the emotional, spiritual, and practical unity between Abraham and Sarah—consistently depicted throughout the biblical narrative—strongly implies her knowledge and joint participation. The account of Abraham and Sarah’s extensive spiritual journey, beginning in Mesopotamia, continuing through Haran, and culminating in Canaan, is reexamined through a close textual reading and contextual interpretation. Methodologically, the study employs a qualitative approach, utilizing hermeneutical analysis and Hebrew narrative criticism to interpret the biblical text and uncover the dynamics of the events described. The finding suggest that Abraham indeed informed Sarah, and that she knowingly shared in both the suffering and the faith required to endure this divine test alongside him.
Kerukunan Beragama di Tengah Perbedaan Agama-Agama dan Moderasi Beragama di Indonesia: Suatu Perspektif Teologis: Religious Harmony Amid Religious Differences and Religious Moderation in Indonesia: A Theological Perspective Sinaga, Andri Vincent; Mussu, Ronald Engelhard; Winanto, Oey Natanael
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 6 No 1 (2025): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.6 No.1 (April 2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/jrsc.v6i1.230

Abstract

This study addresses the erosion of religious harmony and tolerance in Indonesia, caused by various factors, including religiously motivated conflicts and radicalism. Despite government efforts to promote a harmonious religious life through regulations, conflicts persist, leading to discomfort and disharmony. This research employs a qualitative method with a literature review approach and document analysis, focusing on government regulations, the concept of religious harmony, and theological perspectives from various religions on interfaith harmony. The study finds that the essence of religious harmony lies in mutual recognition, respect, and tolerance of different beliefs and practices. The goal of religious harmony is to establish peaceful relationships, mutual respect, and support for the existence of other religious communities. The concept of Tri Kerukunan Umat Beragama (Threefold Religious Harmony) includes internal religious harmony, interfaith harmony, and harmony between religious communities and the government. Factors contributing to religious conflicts include exclusivist attitudes, rejection of differences, and intolerance. The government has established the Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) to address these issues. Theological perspectives from various religions (Christianity, Islam, Hinduism, Buddhism, and Confucianism) support the concept of religious harmony and moderation as paths to achieving peace. The implementation of religious moderation, which balances exclusivity and inclusivity, is crucial for fostering religious harmony and tolerance in Indonesia’s plural and multicultural society. This research contributes by providing a theological and practical framework for promoting peace and tolerance in Indonesia. Penelitian ini membahas erosi kerukunan dan toleransi antar umat beragama di Indonesia, yang disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk konflik yang berlatar agama dan radikalisasi. Meskipun pemerintah telah berupaya mempromosikan kehidupan beragama yang harmonis melalui peraturan, konflik tetap terjadi, yang menyebabkan ketidaknyamanan dan ketidakharmonisan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur dan analisis dokumen, yang berfokus pada peraturan pemerintah, konsep kerukunan beragama, dan pandangan teologis dari berbagai agama mengenai kerukunan antar umat beragama. Penelitian ini menemukan bahwa esensi kerukunan beragama terletak pada saling mengakui, menghargai, dan mentolerir perbedaan keyakinan dan praktik beragama. Tujuan kerukunan beragama adalah membangun hubungan yang damai, saling menghormati, dan mendukung keberadaan komunitas agama lain. Konsep Tri Kerukunan Umat Beragama mencakup kerukunan internal umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah. Faktor-faktor yang menyebabkan konflik antar umat beragama meliputi sikap eksklusif, penolakan terhadap perbedaan, dan intoleransi. Pemerintah telah membentuk Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) untuk menangani masalah-masalah ini. Pandangan teologis dari berbagai agama (Kristen, Islam, Hindu, Buddha, dan Konghucu) mendukung konsep kerukunan beragama dan moderasi beragama sebagai jalan menuju perdamaian. Implementasi moderasi beragama, yang menyeimbangkan eksklusivitas dan inklusivitas, sangat penting untuk mewujudkan kerukunan dan toleransi antar umat beragama di masyarakat Indonesia yang plural dan multikultural. Penelitian ini memberikan kontribusi dengan menyediakan kerangka teologis dan praktis untuk mempromosikan perdamaian dan toleransi di Indonesia.
Realitas dan problematika kemajemukan agama di Indonesia: upaya merajut pluralitas agama Winanto, Oey Natanael; Hana, Jelita Wori; Margiat, Daud; Panggabean, Ronio Otniel
Davar : Jurnal Teologi Vol 6, No 1 (2025): Juni
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v6i1.213

Abstract

ABSTRACT This research highlights the uniqueness of Indonesia's religious diversity. Indonesia comprises various ethnicities, cultures, religions, and beliefs, a reality that must be recognized and respected in national life. As a reality, religious plurality in Indonesian society is evident in the various religions practiced and embraced by Indonesians, as well as the various schools of thought and religious institutions within each religious community. This research aims to examine religious plurality in Indonesian society, along with its respective phenomena and challenges. How can religious communities in Indonesia accept the reality of plurality and resolve its problems? This research employs a qualitative method, focusing on observations based on actual events and emphasizing the quality of the entity. This study collects and analyzes relevant literature related to the reality and challenges of religious pluralism in Indonesia. The results of this study indicate that religious plurality in Indonesia is a historical fact that has become an inseparable part of Indonesian history. Therefore, this situation must be recognized and accepted by all religious communities in Indonesia. This approach is expected to foster a more harmonious and tolerant Indonesian society. Keywords: Religious Plurality, Reality, Problems. ABSTRAKPenelitian ini menyoroti keragaman agama di Indonesia yang memiliki keistimewaan. Negara Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya, agama dan kepercayaan dengan pluralitas yang merupakan realitas yang harus diakui dan dihargai dalam kehidupan berbangsa. Sebagai sebuah realitas, pluralitas keagamaan dalam kehidupan masyatakat Indonesia dilihat pada berbagai agama yang hidup dan dianut oleh masyarakat Indonesia serta berbagai aliran pemahaman dan lembaga keagamaan di dalam masing-masing intern umat beragama itu sendiri. Penelitian ini bertujuan mengkaji pluralitas keagamaan dalam kehidupan masyarakat Indonesia dengan fenomena dan problematika masing-masing. Bagaimanakah umat beragama di Indonesia dapat menerima realitas pluralitas dan menyelesaikan problematikanya? Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang berfokus pada pengamatan berdasarkan peristiwa yang terjadi dan lebih menekankan pada kualitas entitasnya. Dengan mengumpulkan dan menganalisis berbagai literatur yang relevan terkait dengan realitas dan problematika kemajemukan agama di Indonesia. Hasil kajian menunjukkan bahwa pluralitas keagamaan di Indonesia merupakan sebuah fakta sejarah yang sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sejarah bangsa indonesia, maka keadaan ini harus disadari dan diterima semua umat beragama di Indonesia. Pada pendekatan ini diharapkan dapat membentuk masyarakat Indonesia lebih haromonis dan toleran dalam beragama. Kata Kunci : Pluralitas Keagamaan, Realitas, Problematika.