Darmayanti, Dila
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ADAT PERKAWINAN SUKU MORONENE DI DESA LANGKEMA KECAMATAN KABAENA SELATAN KABUPATEN BOMBANA DALAM PERSPEKTIF SEJARAH Darmayanti, Dila; Mursidin T, Mursidin T
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 5, No 3 (2020): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v5i3.15675

Abstract

ABSTRAK: Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk menjelaskan proses pelaksanaan adat perkawinna Suku Moronene di Desa Langkema Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana dalam perspektif sejarah. (2) Untuk menjelaskan perubahan adat perkawinan Suku Moronene di Desa Langkema Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana dalam perspektif sejarah. (3) Untuk menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam adat perkawinan Suku Moronene di Desa Langkema Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana dalam perspektif sejarah. Jenis dan pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsuddin yang terdiri atas pengumpulan data (heuristik), kritik data (verifikasi data), dan penulisan sejarah (historiografi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Proses pelaksanaan adat perkawinan Suku Moronene di Desa Langkema Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana terdiri dari 3 tahap yaitu: 1) Podioha ninyapi (pelamaran), dalam tahap ini terbagi menjadi 2 bagian yang pertama, modio hartia (menyampaikan maksud) dan kedua mongapi (melamar). 2) Pontangkia hamopompetukanaiha (membawa bahan makanan dan penanyaan). Tahap ini terbagi menjadi 4 bagian, yang pertama waktu pelaksanaan pontangkia, kedua pontangkia (membawa bahan makanan), ketiga pompetukanaiha (penanyaan), keempat totolea (penentuan mahar). Dan terakhir tahap ke 3) Lumanga (penyerahan mahar adat/benda adat), tata cara pelaksanaan lumanga, pertama morongo kompe, kedua mesua bolo raha (masuk dalam rumah pengantin perempuan), ketiga montunu peahu (membakar rokok), keempat tuduako langa (penyerahan benda adat), kelima akad nikah, keenam molangarako (membawa pengantin perempuan kerumah pengantin pria) dan terakhir mohuletako alo (pasangan pengantin kembali kerumah pengantin perempuan). 2). Perubahan adat perkawinan Suku Moronene di Desa Langkema yaitu: (a) Disepakati adanya Rumpantole (adat dipersingkat) yaitu Pompetukanaiha dan Lumanga dapat dilaksanakan dalam waktu/hari yang sama. Sedangkan sebelumnya antara Pompetukanaiha dan Lumanga jarak waktunya sampai 7 tahun. (b) Pada saat Modio Ninyapi ada bungkusan yang ditampilkan. Bungkusan tersebut memakai kertas putih polos yang ikatannya terbuat dari daun agel yang diberi warna kasumba merah, setelah diadakannya seminar tahun 2006 kesepakatan itu dirubah, bungkusan yang diikat pakai daun agen itu dirubah dengan menggunakan benang wol berwarna merah.  3). Nilai-nilai yang terkandung dalam adat perkawinan Suku Moronene di Desa Langkema adalah: (1) Nilai religius (agama) adalah suatu nilai yang terkait dengan keberadaan manusia itu sebagia hamba Allah. (2) Nilai kekeluargaan yaitu setiap kegiatan yang melibatkan keluarga melalui kerja sama. (3) Nilai pendidikan yaitu nilai yang dapat meningkatkan kecerdasan dalam meraih sukses. (4) Nilai estetika yaitu dipandang dari segi keindahan. Kata Kunci: Perkawinan, Masyarakat dan Sejarah.      ABSTRACT: The objectives of this study are: 1) To describe the process of implementing the chamomose tradition in Gu Timur Village, Lakudo District, Central Buton Regency, 2) To explain the symbolic meaning in the chamomose tradition in Gu Timur Village, Lakudo District, Central Buton Regency, 3) To explain the value -values contained in the chamomose tradition in Gu Timur Village, Lakudo District, Central Buton Regency. The method used in this research is the historical research method according to Helius Sjamsuddin with the following steps: 1) Source collection (heuristics), 2) Source criticism (verification), 3) Historical writing (historiography). The results of this study indicate that: 1) The process of implementing the chamomose tradition in Gu Timur Village, Lakudo District, Central Buton Regency consists of; a) The preparation stage, namely the tools used in the implementation of the chamomose tradition are: (1) Gendang (double dhawa), made of goat or cow skin, (2) Mbilolo (gong), made of brass used to accompany chamomose events, (3) Dhawa-dhawa, is a traditional musical instrument installed near the mbilolo, (4) Ndengu-ndengu, a traditional musical instrument made of brass consisting of three pieces. b) The implementation stage, namely; (1) When the chamomose tradition starts at 8:00 p.m. until finished, (2) Kalampi is the clothes worn by the chamomose participants, (3) Pu'uno lambu is the organizer of the chamomose tradition, 4) Fopangano is a participant who sits in the chamomose and sower event drum. 2) The symbolic meaning contained in the chamomose tradition in Gu Timur Village, Lakudo District, Central Buton Regency, which is as a unifying tool to foster a close relationship in Gu Timur Village. 3) The values contained in the chamomose tradition in Gu Timur Village, Lakudo District, Central Buton Regency consist of; a) Spiritual value, which is implemented according to religious rules, b) Ethical values, namely a form of good attitude so that they always live side by side and help each other and, c) Aesthetic values, namely giving beauty to all participants who follow the kamomose tradition  Keywords: Tradition, Chamomose, Finding a Match, Gu Timur Village
ADAT PERKAWINAN SUKU MORONENE DI DESA LANGKEMA DALAM PERSPEKTIF SEJARAH Darmayanti, Dila; Hak, Pendais
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 6, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v6i1.19228

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini adalah: Untuk menjelaskan proses pelaksanaan, perubahan dan nilai adat perkawinna Suku Moronene di Desa Langkema Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana dalam perspektif sejarah. Jenis penelitian ini adalah penelitian sejarah dengan pendekatan antropologis, metode yang digunakan adalah metode sejarah yang terdiri atas (heuristik), verifikasi data, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Proses pelaksanaan adat perkawinan Suku Moronene di Desa Langkema terdiri dari 3 tahap yaitu: 1) Podioha ninyapi (pelamaran), dalam tahap ini terbagi menjadi 2 bagian yang pertama, modio hartia (menyampaikan maksud) dan kedua mongapi (melamar). 2) Pontangkia hamopompetukanaiha (membawa bahan makanan dan penanyaan). Tahap ini terbagi menjadi 4 bagian, yang pertama waktu pelaksanaan pontangkia, kedua pontangkia (membawa bahan makanan), ketiga pompetukanaiha (penanyaan), keempat totolea (penentuan mahar). Dan terakhir tahap ke 3) Lumanga (penyerahan mahar adat/benda adat), tata cara pelaksanaan lumanga, pertama morongo kompe, kedua mesua bolo raha (masuk dalam rumah pengantin perempuan), ketiga montunu peahu (membakar rokok), keempat tuduako langa (penyerahan benda adat), kelima akad nikah, keenam molangarako (membawa pengantin perempuan kerumah pengantin pria) dan terakhir mohuletako alo (pasangan pengantin kembali kerumah pengantin perempuan).  2). Perubahan adat perkawinan Suku Moronene di Desa Langkema yaitu: (a) Disepakati adanya Rumpantole (adat dipersingkat) yaitu Pompetukanaiha dan Lumanga dapat dilaksanakan dalam waktu/hari yang sama. Sedangkan sebelumnya antara Pompetukanaiha dan Lumanga jarak waktunya sampai 7 tahun. (b) Pada saat Modio Ninyapi ada bungkusan yang ditampilkan. Bungkusan tersebut memakai kertas putih polos yang ikatannya terbuat dari daun agel yang diberi warna kasumba merah, setelah diadakannya seminar tahun 2006 kesepakatan itu dirubah, bungkusan yang diikat pakai daun agen itu dirubah dengan menggunakan benang wol berwarna merah.  3). Nilai-nilai yang terkandung dalam adat perkawinan Suku Moronene di Desa Langkema adalah: (1) Nilai religius (agama) adalah suatu nilai yang terkait dengan keberadaan manusia itu sebagia hamba Allah. (2) Nilai kekeluargaan yaitu setiap kegiatan yang melibatkan keluarga melalui kerja sama. (3) Nilai pendidikan yaitu nilai yang dapat meningkatkan kecerdasan dalam meraih sukses. (4) Nilai estetika yaitu dipandang dari segi keindahan. Kata Kunci: Perkawinan, Masyarakat dan Sejarah. ABSTRACT: The objectives of this study are: To explain the process of implementation, change and the customary values of the Moronene tribe of marriage in Langkema Village, Kabaena Selatan District, Bombana Regency from a historical perspective. This type of research is historical research with an anthropological approach, the method used is the historical method consisting of (heuristics), data verification, and historiography. The results showed that: 1) The process of implementing the Moronene tribe's marriage customs in Langkema Village consists of 3 stages, namely: 1) Podioha ninyapi (application), in this stage it is divided into 2 parts, the first, modio hartia (conveying intent) and the second mongapi (apply). 2) Pontangkia hamopompetukanaiha (bring groceries and questions). This stage is divided into 4 parts, the first is the pontangkia implementation, the second is the pontangkia (bringing food ingredients), the third is pompetukanaiha (questions), the fourth is totolea (determining the dowry). And finally the third stage) Lumanga (handover of a customary dowry / customary object), the procedure for implementing the lumanga, first morongo kompe, second mesua bolo raha (entering the house of the bride), third montunu peahu (burning cigarettes), fourth tuduako langa (submission customary objects), the five marriage contracts, the six molangarako (bringing the bride to the groom's house) and finally the mohuletako alo (the bride and groom returning to the bride's house). 2). Changes in the marriage custom of the Moronene Tribe in Langkema Village, namely: (a) It is agreed that a Rumpantole (abbreviated tradition), namely Pompetukanaiha and Lumanga, can be carried out within the same time / day Whereas previously between Pompetukanaiha and Lumanga the time gap was up to 7 years. (b) At the time of Modio Ninyapi a package was displayed. The package used plain white paper tied with agel leaves colored with red kasumba. After the 2006 seminar the agreement was changed, the package tied with agent leaves was changed using red wool yarn. 3). The values contained in the marriage customs of the Moronene Tribe in Langkema Village are: (1) Religious value (religion) is a value related to human existence as a servant of God. (2) Family values, namely any activity that involves the family through cooperation. (3) The value of education is the value that can increase intelligence in achieving success. (4) Aesthetic value, namely in terms of beauty.  Keywords: Marriage, Society and History.