Hak, Pendais
Unknown Affiliation

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

TRADISI KASAMBU DALAM MASYARAKAT MUNA DI DESA KONTUKOWUNA KECAMATAN KONTUKOWUNA KABUPATEN MUNA Fitriani, Fitriani; Hak, Pendais
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 2, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.674 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v2i2.8440

Abstract

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk menjelaskan latar belakang tradisi Kasambu di Desa Kontukowuna Kecamatan Kontukowuna Kabupaten Muna; (2) Untuk menguraikanproses pelaksanaan tradisi Kasambu di Desa Kontukowuna Kecamatan Kontukowuma Kabupaten Muna; dan (3) Untuk menguraikan  nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi Kasambu di Desa Kontukowuna Kecamatan Kontukowuma Kabupaten Muna.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Latar belakang tradisi Kasambu di Desa Kontukowuna Kecamatan Kontukowuna Kabupaten Muna adalah sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena akan dikaruniai seorang anak yang merupakan rezeki dari Allah SWT. Selain itu masyarakat Muna percaya dengan adanya tradisi Kasambu yang dapat menghilangkan perasaan takut dan waspada pada calon istri yang sedang  hamil untuk memperlancar proses kelahiran sang bayi yang menjadi  berkah bagi bayi dan orang tua; (2) Proses pelaksanaan tradisi Kasambu di Desa Kontukowuna Kecamatan Kontukowuna Kabupaten Muna yaitu: (a) Tahapan persiapan Kandulua (bantal), Piso (pisau), Doi (uang), Kalei Siladja (pisang raja), Ghoti (nasi),  Lapa (lapa-lapa), Katupa (ketupat), Ghunteli Manu Kampo (telur ayam kampung), Wadhe (wajik), Susuru (cucur), Kaholeno Kalei manuru (pisang goreng bugis), Kue Sirikaea (kue sirsak); (b) Tahapan pelaksana yaitu: 1) Kakadiu (dimandikan) 2) Detunu dupa bheka basano Haroa (bakar dupa serta pembacaan Haroa). 3) Dopointaralima modhi bhe moghanebhe robhinemeangkafino adhatino kasambu (jabat tangan Pak Imam antara suami istri yang mengikuti tradisi Kasambu). 4) Dopointara lima modhi bhe Sando bhe mie maino (jabat tangan Pak Imam dan Sando serta orang-orang yang datang. 5) Keteino doi (simpan uang). 6) Kasambuhi (penyuapan) seperti ghuntelin (telur), manu (ayam), Lapa (lapa‑lapa), Kaholeno Kaleimanuru (pisang goreng bugis), Wadhe (wajik), Susur (cucur), Kue sirikaea (kue sirsak). 7) Kasambuhino  ghunteli (penyuapan telur). 8) Kasambuhino lapa bhe manuno (penyuapan lapa-lapa dan ayam terhadap anak yang mendampingi). 9) Kasambuhin kaleno kalei manuru (penyuapan pisang goreng). 10) Kasambuhino wadhe (penyuapan wajik). 11) Kasambuhino susuru (penyuapan cucur). 12) Kasambuhino kue sirikae (penyuapan kue sirsak). 13) Kasambuhino kue sirikae (penyuapan kue sirsak terhadap anak yang mendampingi). 14) Kasungkinokandulua (bantal yang dicungkil); dan (3) Nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi Kasambu di Desa Kontukowuna Kecamatan Kontukowuma Kabupaten Muna terdiri dari nilai religius, nilai jujur, nilai disiplin, nilai kerja keras,nilai rasa ingin tahu, nilai peduli lingkungan, dan nilai tanggung jawab.
INDEKS KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI KOTA KENDARI DITINJAU DARI ASPEK HUBUNGAN SOSIAL, HUBUNGAN KEAGAMAAN, NILAI DAN PERAN PEMERINTAH Abas, Muh.; Hak, Pendais
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.222 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v1i1.7350

Abstract

ABSTRAK Fakta kebergaman agama dan kepercayaan masyarakat adalah sebuah keniscayaan di Indonesia. Keberagaman ini disatu sisi bisa menjadi sumber kekuatan dan potensi bangsa dalam membangun sebuah peradaban manusia, namun disisi lain jika tidak dikelola dan dirawat dengan baik bisa menjadi sumber konflik yang justeru dapat menghancurkan kemanusiaan itu sendiri. Tentunya itu juga bertentangan dengan fitra yang melandasi mengapa manusia harus beragama di bumi ini. Untuk itu, cerita konflik selalu melahirkan berbagai bentuk analisa dan paradigma bagi siapapun yang menyorotnya. Di kota Kendari dapat dimasukan sebagai kota yang multi kultur dan agama. Beberapa data yang diperoleh saat ini ada lima agama yang memiliki penganut dan tersebar pada 10 kecamatan yang ada di kota Kendari yaitu Islam, Katolik, Kristen, Hindu dan Budha. Secara teoritis sosiologis keberagaman (pluralitas) pasti menyimpan potensi konflik sehingga dalam konteks hubungan umat beragama sangat tergantung dari pola komunikasi dan toleransi yang dibangun oleh masing-masing umat beragama. Melalui penelitian penggambungan antara kuantitatif dan kualitatif yang dipusatkan di 2 kecamatan yaitu Kadia dan Kecamatan Mandonga dengan jumlah responden 130 orang yang diambil dari unsur-unsur umat beragama, diperoleh hasil bahwa Kota Kendari termasuk daerah yang memiliki tingkat toleransi yang kuat namun disisi lain pada tingkatan grashroot dan aspek-aspek tertentu  masih menyimpan masalah dan ketegangan walaupun memang tidak meluas dan terkuak. Dari 4 aspek yang dilihat yaitu hubungan sosial, hubungan keagamaan, nilai yang melandasi hubungan kerukunan, dan peran pemerintah menunjukan hubungan keagamaan masih rendah yaitu indeks 2,7 sedangkan hubungan sosial dan peran pemerintah relatif baik yang berada pada indeks 3,0, akan tetapi belum berada pada posisi maksimal. Dengan demikian diperlukan upaya dan penguatan kerukunan sebagai bentuk preventif aproach dan perawatan kerukunan umat beragama di Kota Kendari. Kata Kunci:   Umat Beragama, Potret dan Kerukunan
PENGUATAN KERUKUNAN MAHASISWA MELALUI INTEGRASI KONSEP KERUKUNAN ANTAR AGAMA DAN ETNIK KEDALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH PENDIDIKAN MULTI KULTURAL PADA MAHASISWA PENDIDIKAN SOSIOLOGI FKIP UHO Hak, Pendais
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 2, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (594.642 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v2i1.8454

Abstract

ABSTRAK Paper ini diringkas dari hasil penelitian yang menfokuskan kajian dengan rumusan masalah apakah pembelajaran mata kuliah pendidikan multi kultural berbasis kerukunan antar agama dan etnik dapat menguatkan kerukunan mahasiswa pendidikan sosiologi FKIP Universitas Halu Oleo?. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun 2016/2017 semester III pada mahasiswa pendidikan sosiologi FKIP Universitas Halu Oleo. Jumlah mahasiswa sebanyak 42 orang. Jenis penelitian ini termasuk dalam kategori Classroom Action Research atau penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan demikian prosedur yang dilakukan adalah mengacu pada prosedur kegiatan dalam penelitian jenis PTK yang meliputi beberapa langka atau prosedur yaitu; pertama, tahap perencanaan berupa penyiapan bahan ajar dan Satuan Acara Perkuliahan (SAP). Kedua, tahap pelaksanaan. Pelaksanaan perkuliahan dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan dengan perkuliahan didesain dengan pola diskusi kelompok dan praktek. Ketiga, tahap evaluasi yaitu untuk mengukur sejauhmana hasil PTK tersebut dalam pandagan atau persepsi mereka tentang kerukunan. Keempat, tahap refleksi. Karena dalam penelitian hanya dilakukan sebelum dan setelah penelitian. Sebelum kegiatan perkuliahan dilakukan langsung diberikan angket untuk mengukur persepsi mahasiswa tentang kerukunan dengan 4 variabel. Setelah kegiatan perkuliahan sebanyak 8 kali pertemuan langsung diberikan lagi evaluasi. Sehingga refleksi yang dilakukan yaitu untuk melihat hal-hal yang berdampak dan hal-hal apa yang harus direkomendasikan. Hasil penelitian ini menunjukan Kegiatan pembelajaran dengan melalui integrasi konsep kerukunan antar agama dan etnik dalam pembelajaran pada mahasiswa pendidikan sosiologi FKIP Universitas Halu Oleo sangat berdampak pada penguatan kerukunan mahasiwa hal ini ditunjukan dengan hasil indeks yang mengalami peningkatan jika dibandingkan antara sebelum dan setelah perkuliahan. Masalah mendasar dari belum tingginya index kerukunan mahasiswa (belum mencapai nilai indekx tinggi 3,5-4,0) karena sikap dan pandangan ekslusifisme baik dari sudat pandang pemahaman agama maupun sikap primordial etnik yang sudah terbangun dalam alam pikiran mahasiswa. Sehingga kondisi ini membutuhkan proses yang lebih lama dan tentunya juga harus didukung oleh bentuk-bentuk intervensi yang lain baik secara formal maupun non formal. Tetapi jika mahasiswa terus bergelut dengan kelompok yang mendoktrinkan paham kearah yang lebih ekslussif, bahkan radikal maka hal ini bisa tetap mendormg pemahaman yang tertutup lagi (ekslusif). Sehingga kegiatan dan program seperti ini harus dudukung dengan bentuk internalisasi dan dukungan dari pihak lain baik itu kalangan akademisi, tokoh agama, tokoh adat, dan maupun pemerintah.  Kata Kunci: Internalisasi Nilai, Pembelajaran, dan Penguatan Kerukunan
RITUAL DALAM TRADISI PERTANIAN (GALU) PADA MASYARAKAT DESA BONE TONDO KECAMATAN BONE KABUPATEN MUNA (1979-2017) HARNITA, HARNITA; Anwar, H.; Hak, Pendais
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v3i2.12072

Abstract

ABSTRAK: Tujuan utama dalam penelitian ini mengetahui  latar belakang pelaksanaan kegiatan Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna, mendeskripsikan ritual-ritual apa saja yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna, mendeskripsikan proses kegiatan ritual dalam Tradisi Pertanian pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna dan mendeskripsikan perubahan yang terjadi saat ini dalam proses Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsuddin yang terdiri atas: (1) Heuristik (pengmpulan sumber), (2) Kritik sumber (verifikasi), (3) Historiografi (penulisan sejarah).Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Latar belakang pelaksanaan ritual dalam tradisi pertanian pada masyarakat Desa Bone Tondo adalah dalam bercocok tanam (degalu) masyarakat Desa Bone Tondo memiliki keyakinan bahwa hutan di Muna banyak dihuni oleh makhluk ghaib yang berpotensi mengganggu kehidupan masyarakat. Maka secara intensif masyarakat melakukan hubungan komunikasi dengan melalui upacara yang tradisional yang dimana harus dilakukan sebelum bercocok tanam. Dengan maksud mendapatkan keselamatan dalam kegiatan perladangan terhindar dari marabahaya serta hasil panen yang melimpah. Ritual dilakukan karena adanya pantangan dan larangan yang apabila jika tidak dipatuhi akan menimbulkan dampak negatif. (2) Ritual-Ritual yang dilakukan dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo ritual pembukaan lahan kawasan hutan baru yaitu desolo. Ritual kaago-ago yang dilakukan saat lahan sudah bersih dan siap untuk ditanamkan, ritual dilakukan untuk memindahkan makhluk ghaib, permohonan dan sebagai rasa syukur. Ritual kasambuno wite (deghoti wite) dan ritual kafematai, (3) Proses pelaksanaan Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo yaitu semua proses ritual dilakukan pada hari baik yang dipimpin oleh dukun (parika), menyiapkan alat dan bahan (sesajian) yang dibutuhkan tiap-tiap upacara ritual yang akan dilaksanakan. (4) Perubahan yang terjadi saat ini dalam proses pelaksanaan Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada masyarakat Desa Bone Tondo, dapat dilihat pada ritual kaago-ago, dimana saat ini sabagian ritual tersebut tidak lagi dijalankan. Perubahan-perubahan lain adalah terkait dengan konsistensi ritual yang sebagian masih ada yang melakukan secara utuh namun ada juga yang hanya menjalankan 2 atau 3 ritual saja. Kata Kunci: latarbelakang, jenis, proses dan perubahan, galu ABSTRACT: The main objective in this study is to find out the background of the implementation of Ritual activities in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community, Bone District of Muna District, describing the rituals performed in the implementation of ritual activities in the Agricultural Tradition (Galu) of the Village Community Bone Tondo, Bone District, Muna Regency, describes the process of ritual activities in the Agricultural Tradition of the Bone Tondo Village Community, Bone District Muna District and describes the changes that occur currently in the Ritual process in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community, Bone District, Muna Regency. The method used in this study is the historical method according to Helius Sjamsuddin which consists of: (1) Heuristics (collection of sources), (2) Criticism of sources (verification), (3) Historiography (history writing). The results of the study show that: (1 ) The background of ritual implementation in the agricultural tradition of the Bone Tondo Village community is in farming (degalu). Bone Tondo Village community has the belief that the forests in Muna are inhabited by unseen creatures that have the potential to disrupt people's lives. So the community intensively communicates through traditional ceremonies which must be carried out before planting. With the intention of obtaining safety in farming activities to avoid danger and abundant harvests. The ritual is carried out because of restrictions and prohibitions which if not obeyed will cause a negative impact. (2) Rituals carried out in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community in the ritual of opening a new forest area, namely desolo. Kaago-ago rituals are carried out when the land is clean and ready to be planted, rituals are performed to remove supernatural beings, requests and as gratitude. Kasambuno wite rituals (deghoti wite) and kafematai rituals, (3) The process of implementing Rituals in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community, namely all ritual processes carried out on a good day led by a shaman (parika), preparing tools and materials (offerings) ) required each ritual ceremony that will be carried out. (4) Changes that occur at this time in the process of carrying out the Ritual in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village community, can be seen in the kaago-ago ritual, where at present the ritual portion is no longer carried out. Other changes are related to the consistency of the ritual, some of which still do the whole, but there are also those who only carry out 2 or 3 rituals. Keywords: Background, type, process and change, galu
ETNOPEDAGOGI DALAM MASYARAKAT MORONENE DI DESA LAMOARE KECAMATAN POLEANG TENGGARA KABUPATEN BOMBANA Eminarti, Eminarti; Hak, Pendais
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.285 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v4i2.9837

Abstract

ABSTRAK: Tujuan utama penelitian ini adalah, 1) untuk mendeskripsikan budaya moronene yang mengandung nilai-nilai pendidikan 2) untuk mendeskripsikan bentuk etnopedagogi yang dikembangkan pada masyarakat moronene 3) untuk mendeskripsikan bentuk pengembangan etnopedagogi di dalam pembelajaran.Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi, teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan pengamatan. Analisis data dilakukan melalui model interaktif yang terdiri dari a) reduksi, b) penyajian data, c) penarikan kesimpulan (3) Validitasi data yang terdiri dari a) perpanjangan pengamatan b) triangulasi, triangulasi sumber, triangulasi teknik.Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) kearifan lokal moronene yang mengandung nilai-nilai pendidikan adalah berupa (a) Kaolifi yang disampaikan secara tersirat (b) lagu (c) cerita rakyat (d) kada (e) permainan tradisional (f) teka-teki (g) pantun. (2) Bentuk etnopedagogi yang dikembangkan pada masyarakat moronene ialah (a) saat istri hamil, (b) saat baru melahirkan (c) saat menidurkan anak (d) saat membangunkan anak (e) saat memandikan anak (f) saat mengajarkan anak mengaji dan sholat (g) mengajari cara bertutur kata, dan lewat didepan orang lain. (3) Bentuk pengembangan etnopedagogi di dalam pembelajaran, ialah berupa kata-kata bijak yang merupakan kearifan lokal masyarakat moronene yang diajarkan kepada peserta didik ialah (a) mofeu kamoicoa hai lufuno miano, (berbuat baik kepada semua orang), (b) kitasi nda’ta persao balasino hapa nda nifeu’nto (kita sendiri yang mendapatkan balasan perbuatan yang dilakukan) (c) miano moico da ni’onto yo guano da jujuru. (orang yang baik,dilihat dari perkataannya yang jujur). KataKunci: Budaya, Bentuk, Pengembangan, Etnopedagogi.
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS 〖XI〗^B IPS DI SMA NEGERI 2 PARIGI Indomanan, Nurfadila; Mursidin T, H.; Hak, Pendais
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v3i1.11990

Abstract

ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk meningkatkan aktivitas mengajar guru Sejarah kelas IPS di SMA Negeri 2 Parigi melalui model pembelajaran kooperatif Tipe Make A Match. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah di kelas IPS di SMA Negeri 2 Parigi model pembelajaran kooperatif Tipe Make A Match. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah di kelas IPS di SMA Negeri 2 Parigi melalui model pembelajaran kooperatif Tipe Make A Match. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Make A Match. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, (4) Refleksi. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IPS SMA Negeri 2 Parigi dengan jumlah siswa 21 peserta didik, yang terdiri dari 15 peserta didik laki-laki dan 6 peserta didik perempuan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan peningkatan pada aktivitas mengajar guru, aktifitas belajar siswa dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Aktivitas mengajar guru pada siklus I mencapai persentase keberhasilan 64,28% meningkat pada siklus II menjadi 92,85%, aktifitas belajar siswa dari siklus I mencapai persentase keberhasilan 54,54% meningkat pada siklus II dengan persentase keberhasilan mencapai 90,90%, kemudian hasil belajar siswa dari siklus I mencapai persentase ketuntasan yang diperoleh 47,61%, pada siklus II meningkat dengan persentase ketuntasan 85,71% atau sebanyak 18 dari 21 siswa yang tuntas (mencapai nilai KKM) secara individual dengan mendapat nilai ?75. Kata Kunci: Kooperatif Tipe Make A Match, Hasil Belajar SiswaABSTRAC: The purpose of this study is to improve teaching activities of the class history teacher (XI) ^ B IPS in SMA Negeri 2 Parigi through the cooperative learning model Type Make A Match. To increase student learning activities on the history subject in class (XI)^ B IPS in SMA Negeri 2 Parigi Cooperative learning model Type Make A Match. To improve student learning outcomes in the subject of History in the class (XI) ^ B IPS in SMA Negeri 2 Parigi through the cooperative learning model Type Make A Match. This type of research is Classroom Action Research (CAR) by applying the Make A Match cooperative learning model. This research was conducted in two cycles. This research consists of several stages, namely: (1) Planning, (2) Implementation, (3) Observation, (4) Reflection. The subjects of this study were the teacher and students of class XI IPS B Public High School 2 Parigi with a total of 21 students, consisting of 15 male students and 6 female students. Based on the results of the study showed an increase in teacher teaching activities, student learning activities and student learning outcomes from cycle I to cycle II. Teacher teaching activities in the first cycle reached a percentage of success 64.28% increased in the second cycle to 92.85%, student learning activities from the first cycle reached a percentage of success 54.54% increased in the second cycle with a percentage of success reaching 90.90%, then student learning outcomes from the first cycle reached the percentage of completeness obtained 47.61%, in the second cycle increased with a percentage of completeness 85.71% or as many as 18 of 21 students who completed (reaching KKM scores) individually by getting a value of ?75. Keywords: Cooperative Type Make A Match, Student Learning Outcomes
ANAK PUTUS SEKOLAH STUDI KASUS DI DESA LAMBELU KECAMATAN PASIKOLAGA KABUPATEN MUNA Murtia, Murtia; Hak, Pendais
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 4, No 4 (2019): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (786.981 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v4i4.12876

Abstract

ABSTRAK: Permasalahan yang dikaji dalam Penelitian ini adalah; 1) apakah penyebab anak putus sekolah di Desa Lambelu Kecamatan Pasikolaga Kabupaten? 2) bagaimana upaya mengatasi anak putus sekolah di Desa Lambelu Kecamatan Pasikolaga Kabupaten Muna? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif dengan tahapan-tahapan sebagai berikut; 1) Observasi 2) wawancara 3) Dokumentasi. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini yaitu menggunakan konsep teori perubahan sosial, konsep pendidikan, konsep pendidikan formal, konsep putus sekolah, dan faktor-faktor penyebab anak putus sekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; 1. penyebab anak putus sekolah yang terjadi di Desa Lambelu yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor internal yang berasal dari diri anak  yaitu; kurangnya minat anak untuk sekolah dan rendahnya motivasi anak merupakan penyebab anak putus sekolah di Desa Lambelu Kecamatan Pasikolaga Kabupaten Muna. b. Faktor eksternal yang berasal dari luar diri anak yaitu; Kondisi ekonomi orang tua, lingkungan pergaulan yang kurang baik, dan Perkawinan Usia Muda. 2. upaya mengatasi anak putus sekolah di Desa Lambelu Kecamatan Pasikolaga Kabupaten Muna dalam penelitian ini adalah : 1) Adanya upaya orang tua dalam memberikan motivasi bagi anaknya untuk melanjutkan pendidikan, 2) Adanya upaya dari sekolah untuk memperhatikan pendidikan siswa dan bahkan diayomi atau mendekatkan diri dan memberikan arahan serta dukungan akan arti pentingnya pendidikan dan upaya pemerintah yaitu dengan memberikan bantuan PIP dan BOS serta bekerja sama dengan pemerintah desa untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, orang tua siswa tentang pentingnya pendidikan. Kata Kunci : Upaya, Penyebab, Metode, Anak putus sekolah ABSTRACT: The problems examined in this study are; 1) what is the cause of children dropping out of school in Lambelu Village, Pasikolaga District, Regency? 2) how to deal with school dropouts in Lambelu Village, Pasikolaga District, Muna Regency? The method used in this research is a qualitative descriptive approach with the following stages; 1) Observation 2) interview 3) Documentation. Literature review in this study is to use the concept of social change theory, the concept of education, the concept of formal education, the concept of dropping out of school, and the factors causing dropouts. The results of this study indicate that; 1. causes of school dropouts that occur in Lambelu Village are internal and external factors. a. Internal factors originating from the child, namely; lack of children's interest in schooling and low motivation of children are the causes of school dropouts in Lambelu Village, Pasikolaga District, Muna Regency. b. External factors originating from outside the child, namely; The economic condition of parents, unfavorable social environment, and Early Marriage. 2. efforts to overcome dropout children in Lambelu Village, Pasikolaga District, Muna Regency in this study are: 1) There is an effort by parents to provide motivation for their children to continue their education, 2) There is an effort from schools to pay attention to the education of students and even protect them or get closer and provide direction and support for the importance of education and government efforts, namely by providing PIP and BOS assistance and working with village governments to provide understanding to the community, students' parents about the importance of education. Keywords: Efforts, Causes, Methods, Children dropping out of school
TRADISI MOSEHE MESOSAMBAKAI PADA MASYARAKAT TOLAKI MEKONGGA DI KECAMATAN WUNDULAKO KABUPATEN KOLAKA (1960-2018) Aprilia, Aas Putri; Hak, Pendais
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v5i2.15459

Abstract

ABSTRAK: Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk menguraikan latar belakang pelaksanaan tradisi Mosehe Mesosambakai pada masyarakat Tolaki Mekongga di Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka, (2) Untuk menjelaskan proses pelaksanaan tradisi Mosehe Mesosambakai pada masyarakat Tolaki Mekongga di Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka, (3) Untuk menjelaskan perubahan yang terjadi dalam tradisi Mosehe Mesosambakai pada masyarakat Tolaki Mekongga di Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka (4) Untuk menguraikan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Mosehe Mesosambakai pada masyarakat Tolaki Mekongga di Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2019 sampai dengan Januari 2020. Adapun prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada metode sejarah menurut Helius Sjamsuddin dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Heuristik (pengumpulan sumber) yang dilakukan melalui teknik penelitian kepustakaan (library research), pengamatan (observasi), wawancara (interview), dan studi dokumen. (b) Kritik Sumber, yang dilakukan melalui kritik eksternal (kritik luar) dan kritik internal (kritik dalam). (c) Historiografi, yang dilakukan melalui penafsiran (interpretasi), penjelasan (eksplanasi), dan penyajian (ekspose). Dalam tinjauan pustaka penulis menggunakan konsep tradisi, konsep kebudayaan, konsep nlai dan unsur budaya, konsep masyarakat dan konsep Mosehe Mesosambakai.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Latar belakang pelaksanaan tradisi Mosehe yaitu didasari oleh mombetudaria (sumpah) sehingga sumpah itu harus ditawarkan melalui tradisi mosehe.  Latar belakang pelaksanaan tradisi Mesosambakai terjadi pada anak raja yang lahir dalam keadaan tidak memiliki tulang belulang, setelah dilaksanakan tradisi Mesosambakai maka anak raja tersebut tumbuh menjadi anak yang normal. (2) Proses pelaksanaan tradisi Mosehe Mesosambakai terdiri atas: a) Tahap persiapan b) Tahap pelaksanaan dan c) Tahap penutup. (3) Perubahan yang terjadi dalam tradisi mosehe pada zaman dulu pelaksaanaan tradisi Mosehe dilaksanakan jika ada orang yang pernah mengeluarkan sumpah perubahan yang terjadi pada zaman sekarang tradisi ini dilaksanakan tidak hanya orang yang mempunyai sumpah, namun dilaksanakannya untuk mensucikan diri jika seseorang tersebut tanpa menyadari pernah berkata-kata menyakiti perasaan orang lain. Sedangkan perubahan yang terjadi pada tradisi mesosambakai yaitu pada zaman dulu anak yang keturunan bangsawan (anakia) dalam pelaksanaannya didudukan di atas bantal sedangkan dari masyarakat biasa tidak menggunakan bantal. (4) Nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi Mosehe Mesosambakai yaitu: a) Nilai etika b) Nilai pendidikan c) Nilai religius. Kata Kunci: Tradisi, Mosehe Mesosambakai, Tolaki Mekongga        ABSTRACT: The objectives of this study are: (1) To describe the background of the implementation of the Mosehe Mesosambakai tradition in the Tolaki Mekongga community in Wundulako District, Kolaka Regency, (2) To explain the process of implementing the Mosehe Mesosambakai tradition in the Tolaki Mekongga community in Wundulako District, Kolaka Regency, (3) To explain the changes that have occurred in the Mosehe Mesosambakai tradition in the Tolaki Mekongga community in Wundulako District, Kolaka Regency (4) To describe the values contained in the Mosehe Mesosambakai tradition in the Tolaki Mekongga community in Wundulako District, Kolaka Regency. This research was carried out from December 2019 to January 2020. The research procedure used in this study refers to the historical method according to Helius Sjamsuddin with the following steps: (a) Heuristics (source collection) which is carried out through library research techniques (library research), observation (observation), interview (interview), and document study. (b) Source Criticism, which is done through external criticism (outside criticism) and internal criticism (internal criticism). (c) Historiography, which is done through interpretation (interpretation), explanation (explanation), and presentation (exposure). In the literature review the author uses the concept of tradition, the concept of culture, the concept of value and cultural elements, the concept of society and the concept of Mosehe Mesosambakai. The results showed that: (1) The background for the implementation of the Mosehe tradition is based on the mombetudaria (oath) so that the oath must be offered through the mosehe tradition. The background for the implementation of the Mesosambakai tradition occurs in the king's son who was born without bones, after the Mesosambakai tradition was carried out, the king's son grew into a normal child. (2) The process of implementing the Mosehe Mesosambakai tradition consists of: a) the preparation stage b) the implementation stage and c) the closing stage. (3) Changes that occur in the mosehe tradition in the past, the implementation of the Mosehe tradition is carried out if someone has issued an oath, changes that occur today, this tradition is carried out not only for people who have an oath, but they are carried out to purify themselves if that person is unaware that words hurt other people's feelings. Meanwhile, the changes that occurred in the mesosambakai tradition were that in ancient times, children of noble descent (anakia) were placed on a pillow while ordinary people did not use a pillow. (4) The values contained in the implementation of the Mosehe Mesosambakai tradition are: a) Ethical values b) Educational values c) Religious values.  Keywords: Tradition, Mosehe Mesosambakai, Tolaki Mekongga
INTERAKSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI DESA SUKA DAMAI KECAMATAN TIWORO TENGAH KABUPATEN MUNA BARAT munawir, munawir; Hak, Pendais
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 5, No 3 (2020): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v5i3.15673

Abstract

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan menguraikan proses interaksi antar umat beragama di Desa Suka Damai Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat. Mendeskripsikan bentuk-bentuk interaksi antar umat beragama di Desa Suka Damai Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat dan menyebut faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terjadinya interaksi sosial antar umat beragama di Desa Suka Damai Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat. Metode penelitian ini merupakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian kualitatif dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Teknik Pengumpulan data tediri dari beberapa bagian yaitu: wawancara, observasi langsung, dan dokumentasi. 2) Teknik analisis data. 3) Validasi data. Proses interaksi dimulai semenjak kedatangan warga transmigrasi di Desa Suka Damai pada tahun 1983 dimana dilatarbelakangi oleh perbedaan agama, budaya serta suku. Perbedaan tersebut memiliki pengaruh dalam menjalin hubungan dan melakukan pola interaksi sosial yang dilakukan dengan cara sosialisasi, adaptasi, akomodasi, akulturasi, asimilasi. Bentuk-bentuk interaksi antar umat beragama di Desa Suka Damai dapat dilihat pada bidang sosial, bidang ekonomi, bidang pertanian serta budaya. Di antara mereka terjadi relasi sosial disosiatif berupa terjadinya konflik, meskipun konflik tersebut terjadi, tetapi tidak berakibat atau berdampak besar karena terselesaikan bersama tokoh agama. Faktor-faktor pendorong interaksi antar umat beragama di Desa Suka Damai adalah Komunikasi dengan melakukan imitasi dengan mengikuti cara pengelolaan lahan pertanian dan bercocok tanam. Faktor bahasa atau meniru dialek masing-masing kelompok masyarakat, misalnya masyarakat menggunakan dialek dan bahasa Bali, Jawa, Bajo, Muna serta simpati yang sangat tinggi antar umat beragama di mana saling mengunjungi antara satu dengan yang lain ketika terkena musibah seperti sakit, meninggal dunia sehingga ada kesadaran yang tinggi akan pentingnya kebersamaan antar umat beragama di Desa Suka Damai. Kata Kunci: Interaksi, Bentuk Umat, Beragama  ABSTRACT: This study aims to describe the process of interaction between religious communities in Suka Damai Village, Tiworo Tengah District, West Muna Regency. Describe the forms of interaction between religious communities in Suka Damai Village, Tiworo Tengah District, West Muna Regency and mention what factors influence the social interaction between religious communities in Suka Damai Village, Tiworo Tengah District, West Muna Regency. This research method is a qualitative descriptive research method. Qualitative research methods with the following stages: 1) Data collection techniques consist of several parts, namely: interviews, direct observation, and documentation. 2) data analysis techniques. 3) Data validation. The interaction process began when the transmigrants arrived in Suka Damai Village in 1983, which was motivated by differences in religion, culture and ethnicity. These differences have an influence in establishing relationships and carrying out patterns of social interaction by means of socialization, adaptation, accommodation, acculturation, assimilation. The forms of interaction between religious communities in Suka Damai Village can be seen in the social, economic, agricultural and cultural fields. Between them there was a dissociative social relationship in the form of a conflict, even though the conflict occurred, but it did not have a big result or impact because it was resolved with religious leaders. The driving factors for interaction between religious communities in Suka Damai Village are communication by imitating by following the way of managing agricultural land and cultivating crops. The language factor or imitates the dialect of each community group, for example the community uses the Balinese, Javanese, Bajo, Muna dialect and very high sympathy between religious communities where they visit one another when they are hit by a disaster such as illness, death so there is a high awareness of the importance of togetherness between religious communities in the Suka Damai Village.  Keywords: Interaction, Form of Ummah, Religion
RITUAL DALAM TRADISI PERTANIAN (GALU) PADA MASYARAKAT DESA BONE TONDO KECAMATAN BONE KABUPATEN MUNA (1979-2017) Harnita, Harnita; Anwar, Anwar; Hak, Pendais
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v3i2.13180

Abstract

ABSTRAK: Tujuan utama dalam penelitian ini mengetahui  latar belakang pelaksanaan kegiatan Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna, mendeskripsikan ritual-ritual apa saja yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna, mendeskripsikan proses kegiatan ritual dalam Tradisi Pertanian pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna dan mendeskripsikan perubahan yang terjadi saat ini dalam proses Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsuddin yang terdiri atas: (1) Heuristik (pengmpulan sumber), (2) Kritik sumber (verifikasi), (3) Historiografi (penulisan sejarah).Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Latar belakang pelaksanaan ritual dalam tradisi pertanian pada masyarakat Desa Bone Tondo adalah dalam bercocok tanam (degalu) masyarakat Desa Bone Tondo memiliki keyakinan bahwa hutan di Muna banyak dihuni oleh makhluk ghaib yang berpotensi mengganggu kehidupan masyarakat. Maka secara intensif masyarakat melakukan hubungan komunikasi dengan melalui upacara yang tradisional yang dimana harus dilakukan sebelum bercocok tanam. Dengan maksud mendapatkan keselamatan dalam kegiatan perladangan terhindar dari marabahaya serta hasil panen yang melimpah. Ritual dilakukan karena adanya pantangan dan larangan yang apabila jika tidak dipatuhi akan menimbulkan dampak negatif. (2) Ritual-Ritual yang dilakukan dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo ritual pembukaan lahan kawasan hutan baru yaitu desolo. Ritual kaago-ago yang dilakukan saat lahan sudah bersih dan siap untuk ditanamkan, ritual dilakukan untuk memindahkan makhluk ghaib, permohonan dan sebagai rasa syukur. Ritual kasambuno wite (deghoti wite) dan ritual kafematai, (3) Proses pelaksanaan Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo yaitu semua proses ritual dilakukan pada hari baik yang dipimpin oleh dukun (parika), menyiapkan alat dan bahan (sesajian) yang dibutuhkan tiap-tiap upacara ritual yang akan dilaksanakan. (4) Perubahan yang terjadi saat ini dalam proses pelaksanaan Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada masyarakat Desa Bone Tondo, dapat dilihat pada ritual kaago-ago, dimana saat ini sabagian ritual tersebut tidak lagi dijalankan. Perubahan-perubahan lain adalah terkait dengan konsistensi ritual yang sebagian masih ada yang melakukan secara utuh namun ada juga yang hanya menjalankan 2 atau 3 ritual saja. Kata Kunci: latarbelakang, jenis, proses dan perubahan, galu ABSTRACT: The main objective in this study is to find out the background of the implementation of Ritual activities in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community, Bone District of Muna District, describing the rituals performed in the implementation of ritual activities in the Agricultural Tradition (Galu) of the Village Community Bone Tondo, Bone District, Muna Regency, describes the process of ritual activities in the Agricultural Tradition of the Bone Tondo Village Community, Bone District Muna District and describes the changes that occur currently in the Ritual process in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community, Bone District, Muna Regency. The method used in this study is the historical method according to Helius Sjamsuddin which consists of: (1) Heuristics (collection of sources), (2) Criticism of sources (verification), (3) Historiography (history writing). The results of the study show that: (1 ) The background of ritual implementation in the agricultural tradition of the Bone Tondo Village community is in farming (degalu). Bone Tondo Village community has the belief that the forests in Muna are inhabited by unseen creatures that have the potential to disrupt people's lives. So the community intensively communicates through traditional ceremonies which must be carried out before planting. With the intention of obtaining safety in farming activities to avoid danger and abundant harvests. The ritual is carried out because of restrictions and prohibitions which if not obeyed will cause a negative impact. (2) Rituals carried out in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community in the ritual of opening a new forest area, namely desolo. Kaago-ago rituals are carried out when the land is clean and ready to be planted, rituals are performed to remove supernatural beings, requests and as gratitude. Kasambuno wite rituals (deghoti wite) and kafematai rituals, (3) The process of implementing Rituals in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community, namely all ritual processes carried out on a good day led by a shaman (parika), preparing tools and materials (offerings) ) required each ritual ceremony that will be carried out. (4) Changes that occur at this time in the process of carrying out the Ritual in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village community, can be seen in the kaago-ago ritual, where at present the ritual portion is no longer carried out. Other changes are related to the consistency of the ritual, some of which still do the whole, but there are also those who only carry out 2 or 3 rituals. Keywords: Background, type, process and change, galu