Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Intratekstualitas Al-Qur'an: Analisis Konsep Munasabah Al-Qur'an dalam Pandangan Said Hawwa Kamridah , Kamridah; Harun, Makmur; Hidayatullah, Istnan; Saude
Jurnal Diskursus Islam Vol 12 No 2 (2024): August
Publisher : Program Pascasarjana, UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdi.v12i2.52192

Abstract

Pengetahuan sebagian mufassir terhadap urgensi ilmu munasabat al-Qur'an dewasa ini, masih tergolong rendah. Padahal ayat-ayat al-Qur'an merupakan satu kesatuan yang utuh. Ilmu munasabat sebagai salah satu perangkat ilmu tafsir akan sangat membantu dalam menyikapi ayat-ayat al-Qur'an. Munasabat al-Qur'an yang dimaksud di sini adalah korelasi berbagai ayat atau surah dengan ayat atau surah yang lain dalam al-Qur'an. Korelasi ini terjadi karena adanya hubungan atau persesuaian antara makna umum dan khusus, atau hubungan pertalian (talazun), seperti hubungan dengan sebab akibatnya, illat dan ma’lumnya atau antara dua hal yang sama maupun antara dua hal yang kontradiksi. Para ulama sering membicarakan tentang munasabat sehingga lahir beberapa konsep seperti al-thiwal, al-miin, dan al-mufashshal. Namun demikian tidak seorangpun dari mereka menurut Said Hawwa, yang membicarakan tentang munasabat secara sempurna dan mencakup. Di zaman Said Hawwa banyak muncul berbagai pertanyaan tentang hubungan antara berbagai ayat dan surah dalam al-Qur'an. Pertanyaan ini kemudian dicoba dielaborasi oleh Said Hawwa dalam kitabnya. Dan terbukti bahwa pembahasan tentang munasabat ini memunculkan uraian-uraian baru terhadap kajian-kajian yang sudah ada sebelumnya. Kitab al-asas fi tafsir tergolong sebagai kitab tafsir modern. Didalamnya ditemukan berbagai model-model munasabah seperti: a) munasabat kalimat dengan kalimat dalam satu ayat; b) munasaba ayat dengan ayat dalam satu surah; c). munasabah surah dengan surah yang lain dalam al-Qur'an. Sumbangan beliau dalam ilmu munasabat menunjukkan kemampuannya dalam melihat keseluruhan ayat-ayat al-Qur'an yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Uraian-uraian beliau sekaligus menepis anggapan bahwa berbagai ayat dalam al-Qur'an tidak memiliki relevansi dan keterkaitan baik dari segi makna maupun dari sehi bahasa. Said Hawwa dalam komentarnya menyatakan bahwa para ulama umumnya memahami al-Qur'an secara tekstual saja sehingga mereka tidak dapat memberikan pemahaman yang syamil (komprehensif) terhadap ayat-ayat yang tersebar diberbagai surah dalam al-Qur'an. Dua hal yang harus dicermati oleh para mufasir bahwa ketika mereka ingin mendekati (menafsirkan) al-Qur'an yaitu: pertama sebagai mufassir penafsiran dan penjelasan yang dilakukan harus dituangkan dalam bentuk kitab. Kedua, untuk mewujudkan tujuan tersebut maka mufassir harus memiliki usaha khusus (kreativitas) termaasuk kemampuannya dalam menelusuri ratusan halaman dari literatur-literatur tafsir yang sudah ada sebelumnya. Penulis dalam hal ini mencoba untuk menampakkan keunggulan-keunggulan al-Asas fi al-tafsir yang kaya dengan data-data historis yang banyak mengacu pada berbagai karya atau kitab tafsir yang membahas tentang munasabah yang ada sebelumnya, tetapi tetap memunculkan penafsiran-penaafsiran yang berbeda.