Jaya CK, I Gusti Ngurah Agung
Institut Seni Indonesia Denpasar

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Dominasi Patra Punggel Sebagai Hiasan Dekorasi Pada Bangunan Wadah Di Badung I Gusti Ngurah Agung Jaya CK; I Wayan Sukarya
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 8 No. 2 (2020): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4871.013 KB) | DOI: 10.31091/sw.v8i2.1193

Abstract

Patra punggel adalah bentuk ornament Bali, yang lebih dominan di terapkan pada bangunan wadah yang ada di Bali. Patra punggel bila dipisah-pisahkan, akan menjadi bentuk dekorasi yang bermotif monotun, yang disebut dengan keketusan, yang biasanya digunakan untuk menghias bagian pepalihan yang memanjang. Jika patra punggel digabungkan dengan bentuk muka, topeng, yang berbentuk manusia atau binatang, akan menjadi ornament kekarangan, yang biasanya digunakan untuk mendekorasi bentuk pepalihan segi empat, segi empat panjang, atau menhias pada bagian sudut dari bangunan wadah atau bangunan suci. Patra punggel adalah kumpulan bentuk motif, menjadi satu kesatuan yang harmonis, jumlahnya lima bentuk karakter motif, diantaranya: Ada yang disebut dengan janggar ayam, yang bentuknya melingkar, mengambil bentuk tanaman paku yang muda, Ada yang disebut dengan batu poh, yang bentuknya mengambil bentuk biji mangga, ada pula yang disebut kuping guling, yang mengambil bentuk telinga babi yang dipanggang, ada bentuk ampas nangka yang mengambil bentuk ari dari buah nangka, ada pula bentuk pepusuhan, adalah mengambil bentuk tunas muda dari tumbuhan yang masih muda, ada bentuk util atau ikut celedu, mengambil bentuk ekor kala jengking, yang penuh dengan racun pada ujung ekornya. Bentuk janggar ayam, batu poh, kuping guling, ampas nangka, pepusuhan dan ikut celedu, menjadi satu kesatuan yang harmonis disebut patra punggel. Bentuk patra punggel ini mendominasi dekorasi pada bangunan wadah, yang digunakan sebagai tempat menaruh jenazah, yang nantinya diusung dibawa kekuburan, sebagai bagian dari sarana upacara ngaben di Bali. Pepalihan adalah suatu bentuk yang menyerupai anak tangga yang disusun secara beraturan sebanyak tiga tingkatan yang diulang-ulang baik susunannya naik maupun turun, terbalik maupun mendatar. Dimana fungsi dari pepalihan ini untuk membentuk suatu menara yang makin mengecil, menyerupai menara tower. Kegunaannya pepalihan untuk merekatan atau menempelkan beberapa ragam hias yang memberikan kesan megah berwibawa bagi seseorang telah meninggal yang akan diaben/dibakar. Makin rumit ragam hias yang digunakan, ini akan menampilkan keluarga yang meninggal orang berkasta. Bangunan wadah adalah bangunan yang mengambil bentuk pepalihan, pada bagian atasnya mempunyai atap atau tidak menggunakan atap, tergantung pemesannya, berfungsi untuk menaruh jenazah, sebagai simbol kendaraan memuju kealam lain, bangunan wadah digotong diarak menuju kekuburan, sesampainya di kuburan bangunan wadah dibakar, juga jenazah dibakar sebagai symbol pengembalian unsur-unsur alam atau unsur panca maha bhuta (air,tanah, api,angkasa, udara). Luaran Penelitian yang ingin dicapai salah satunya artikel pada jurnal nasional terakreditasi (terindek sinta), dan Satu buah buku hasil penelitian ber-isbn. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dimana data yang didapat, kebanyakan diambil dari hasil observasi, wawacara dan dokumentasi, dengan nara sumber dari para seniman, Ketua adat istiadat, Kepala desa dan masyarakat pengguna dari bangunan wadah.
Pelatihan Menggambar Ornamen Tradisional Bali di Panti Asuhan Yayasan Dharma Jati II Penatih Denpasar Mercu Mahadi; I Nyoman Ngidep Wiyasa; I Gusti Ngurah Agung Jaya CK
Segara Widya : Jurnal Penelitian Seni Vol. 10 No. 2 (2022): Nopember
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (776.219 KB) | DOI: 10.31091/sw.v10i2.2153

Abstract

Pada Program Pengabdian Kepada Masyarakat ini yang dijadikan sebagai mitra adalah Yayasan Dharma Jati II yaitu sebuah Panti Asuhan Hindu yang membina anak-anak yatim piatu, miskin dan anak terlantar yang beralamat di Jalan Trengguli no. 80 Desa Penatih Denpasar Bali. Tujuan dari program ini adalah untuk memberi solusi dari salah satu masalah yang sedang dihadapi oleh yayasan tersebut,yakni mengenai masalah yang terkait dengan kegiatan pengembangan diri diluar kegiatan formal.Terkait dengan masalah tersebut, maka dalam pengabdian ini berupaya untuk berkontribusi dengan menawarkan suatu solusi, yaitu memberi pelatihan tentang menggambar Ornamen tradisional Bali. Metoda pelatihan dilakukan dengan metode porposive sampling dengan menentukan sebanyak 10 orang peserta. Pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini dilakukan didukung dengan metode penyampaian pengetahuan atau transfer of knowledge yakni: (1) Ceramah yaitu metode menyampaikan materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada peserta didik pada waktu dan tempat tertentu, dilakukan untuk menyampaikan materi pelatihan mengenai pengertian Ornamen, fungsi dan alat yang diperlukan; (2) Metode demonstrasi adalah penyajian pelajaran dengan memperagakan kepada peserta pelatihan tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan;(3) Observasi yaitu dengan mengamati hasil gambar yang dibuat serta untuk memantau perkembangan para peserta selama mengikuti pelatihan;(4) Metode Wawancara, dilakukan untuk menggali informasi tentang pengetahuan peserta pelatihan,sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Diharapkan setelah mengikuti pelatihan tersebut mereka dapat membuat gambar ornamen tradisional Bali sebagai bekal pengetahuan dalam menjalani kehidupan di masa depan. Adapun Target Luaran publikasi, yaitu berupa artikel yang akan dipublikasikan pada jurnal ilmiah, Video kegiatan akan diunggah ke youtube dan terdaftar pada HKI.