Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Smartphone Camera as a Marketing Icon: Roland Barthes' Analytical Approach to Advertising Strategies putra, Yuda syah; Riana, Irpan
Jurnal Ilmiah Publipreneur Vol. 11 No. 2 (2023): Jurnal Ilmiah Publipreneur
Publisher : Politeknik Negeri Media Kreatif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46961/jip.v11i2.978

Abstract

ABSTRACT                                                      This article delves into the role of smartphone cameras as marketing icons through the analysis of Roland Barthes' perspective on advertising strategies. The primary focus is to explore how smartphone cameras serve not only as functional tools but also as cultural symbols influencing consumer perceptions. The main objective of this article is to elucidate the marketing strategies of smartphone cameras through Barthes' conceptual framework, identifying signs and symbols used in advertisements, and investigating their impact on modern consumer culture. The article also aims to provide in-depth insights into how positive and emotional images are crafted to reinforce the position of smartphone cameras as marketing icons. The research methodology employs Roland Barthes' analytical approach, particularly the concept of semiotics, to dissect the advertising structure of smartphone cameras. Case studies are used to provide concrete and comprehensive examples of how marketing strategies are implemented in smartphone camera advertisements. The analysis results indicate that smartphone cameras are not merely utilized as technological tools but are also constructed as symbols of status and self-expression. Advertising strategies successfully create myths surrounding smartphone cameras, influencing consumer perceptions and shaping a positive image deeply rooted in consumer culture. In conclusion, it can be inferred that smartphone camera marketing goes beyond technical features, leveraging symbolic concepts to create a deeper allure. This conclusion underscores the importance of understanding semiotic aspects in advertising to unearth broader implications related to consumer culture and the dynamics of marketing technological products. 
FOTO RERUNTUHAN RADIO MALABAR GUNUNG PUNTANG (FOTOGRAFI SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI UNTUK MEMPROMOSIKAN CAGAR BUDAYA) Riana, Irpan; Putra, Yuda Syah
Jurnal Ilmiah Publipreneur Vol. 11 No. 2 (2023): Jurnal Ilmiah Publipreneur
Publisher : Politeknik Negeri Media Kreatif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46961/jip.v11i2.979

Abstract

Penelitian ini mengeksplorasi peran fotografi sebagai alat komunikasi dalam konteks promosi cagar budaya, dengan fokus pada Reruntuhan Radio Malabar Gunung Puntang. Mengadopsi pendekatan kualitatif dan studi kasus, penelitian ini menganalisis secara mendalam karya-karya fotografi yang menggambarkan keindahan dan nilai sejarah reruntuhan tersebut. Hasil analisis visual mengungkapkan bahwa fotografi tidak hanya mengabadikan keadaan fisik, tetapi juga menciptakan narasi visual yang memikat. Penggunaan komposisi yang baik, pencahayaan yang cerdas, dan fokus pada elemen estetik berhasil meningkatkan daya tarik foto-foto tersebut. Temuan dari wawancara dengan masyarakat dan pengunjung menunjukkan bahwa fotografi mampu merangsang kesadaran, apresiasi, dan keterlibatan emosional terhadap cagar budaya. Strategi visual yang efektif, termasuk penggunaan media sosial sebagai saluran distribusi, juga terbukti dapat memperluas jangkauan pesan promosi cagar budaya. Penelitian ini memberikan kontribusi bagi pengembangan strategi komunikasi visual yang lebih inovatif dan berdampak positif dalam pelestarian dan peningkatan apresiasi terhadap warisan budaya di Indonesia. Dengan demikian, fotografi bukan hanya sebagai alat dokumentasi, tetapi juga sebagai medium yang dapat memberdayakan kesadaran masyarakat dan mendukung upaya pelestarian cagar budaya di tengah arus perkembangan teknologi dan perubahan sosial. 
KASUNDAAN DALAM MOTIF BATIK RAGEN PANGANTEN Riana, Irpan; Putra, Yuda Syah
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 11 No 1 (2023): INOVASI DAN APLIKASI PADA KARYA VISUAL
Publisher : Jurusan Seni Rupa ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/atrat.v11i1.2510

Abstract

The Ragen Panganten Batik motif is one of the Batik motifs created by Rd. Lalam Wiranatakusumah, produced by Batik Komar. The motif was reconstructed based on the ancient manuscript of Siksakandang Kares and the culture of the Sundanese people. In Ragen Panganten's batik motif, it has Kasundaan meaning and identity. Ragen Panganten's batik motif consists of various decorations, such as the stylization of the Julang bird, Wijayakusumah plants and Binokasih's crown, to the colors used that reflect Kasundaan's identity. The meaning that comes from the Ragen Panganten motif is a symbol of marriage. The Ragen Panganten Batik motif, which according to Sundanese cosmology has symbols of emptiness and content, encompasses a paradoxical dualistic nature. In addition, the Ragen Panganten batik motif is always based on a triangular shape or pattern. The significance of the triangular shape in Sundanese society is closely related to the tritangtu pattern, the life concept of the Sundanese people. Keywords: Kasundaan, Batik, Ragen Panganten, Rd. Lalam ------------------------------------------------------------------------------------ Motif Batik Ragen Panganten merupakan salah satu motif Batik yang dibuat oleh Rd. Lalam Wiranatakusumah, yang di produksi oleh Batik Komar. Motif tersebut direkonstruksi berdasarkan naskah kuno Siksakandang Karesian dan budaya masyarakat Sunda. Dalam batik motif Ragen Panganten memiliki makna dan identitas Kasundaan. Motif batik Ragen Panganten yang terdiri dari ragam hias yang seperti stilasi burung Julang, Tumbuhan Wijayakusumah dan Mahkota Binokasih sampai dengan warna yang dipakai mencerminkan identitas Kasundaan. Makna yang muncul dari motif Ragen Panganten merupakan simbol dari perkawinan. Motif Batik Ragen Panganten, memiliki simbol dari kosong dan isi, dalam pandangan kosmologi Sunda termasuk sifat dualistik yang paradoks. Selain itu, motif batik Ragen Panganten selalu dilandasi dari bentuk atau pola segitiga. Makna bentuk segitiga dalam masyarakat Sunda erat kaitannya dengan pola tritangtu yang merupakan konsep kehidupan masyarakat Sunda. Kata Kunci : Kasundaan, Batik, Ragen Panganten, Rd. Lalam