Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERAN PEREMPUAN MELALUI KESENIAN BRAEN Wachid Bambang Suharto, Abdul; Ihsani, Aufannuha; Trianton, Teguh
MABASAN Vol. 18 No. 1 (2024): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62107/mab.v18i1.795

Abstract

Dalam kesenian braen, perempuan memiliki tiga peran utama. Pertama, sebagai pemimpin doa, mereka memimpin dan mengarahkan permohonan kepada Allah Swt. melalui syair-syair yang dilantunkan. Kedua, sebagai pendakwah nilai-nilai Islam, perempuan menggunakan kesenian ini untuk menyebarkan ajaran agama Islam melalui pesan-pesan yang terkandung dalam lagu-lagu braen. Ketiga, sebagai penghubung relasi sosial. Melalui braen, perempuan turut berperan dalam memperkuat hubungan sosial antarkomunitas dan menciptakan ikatan yang erat dalam masyarakat. braen sebagai perwujudan seni ritual menjadi momen yang membawa para seniman, penanggap, dan masyarakat sekitar untuk bersatu dalam semangat kebersamaan, tolong-menolong, dan kerja sama. Pertunjukan ini menjadi sarana bagi mereka untuk menghormati arwah leluhur dan menghadapkan diri kepada Yang Maha Kuasa sehingga mencerminkan kesucian dan keberkahan dalam kesenian tersebut. Dalam setiap penampilan, mereka berperan sebagai penyampai pesan-pesan kebaikan dan kedekatan dengan Tuhan. Melalui lantunan syair yang merdu penuh makna, mereka mencurahkan pesan-pesan tentang kesucian, cinta kasih, penghargaan, atau pujian terhadap Rasul Muhammad saw., penghargaan untuk sesama, dan ketakwaan kepada Allah Swt. Perempuan melalui kesenian braen memainkan peran sentral dalam menghubungkan relasi sosial antaranggota komunitas. Sebagai pemimpin doa dan penghayat syair, mereka menjadi sosok yang dihormati dan dijadikan panutan oleh masyarakat. Melalui pementasan braen, perempuan dapat berkontribusi dalam memperkuat ikatan sosial dan solidaritas. Masyarakat yang hadir dalam pementasan braen memiliki kesempatan untuk berinteraksi, saling berkomunikasi, dan saling bersilaturahmi satu sama lain. 
IDENTITAS KEMADURAAN DALAM BABAD SONGENEP: ANALISIS STRUKTURAL KISAH JOKOTOLE Ihsani, Aufannuha
urn:nbn:de:00001miji.v3i25
Publisher : Merdeka Indonesia Jurnal International

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini membicarakan tentang analisis struktural atas kisah Jokotole yang terdapat dalam Babad Songennep dalam kaitannya dengan identitas orang Madura. Topik ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebudayaan manapun, termasuk Madura, akan selalu bersinggungan dan berkontestasi dengan kebudayaan-kebudayaan lain di sekitarnya. Menggunakan paradigma strukturalisme Claude Levi-Strauss, artikel ini akan menentukan mytheme-mytheme yang terdapat dalam kisah Jokotole dan memosisikannya dalam bentuk oposisi biner. Kemudian, analisis kebudayaan akan dilakukan berdasarkan penafsiran atas oposisi biner yang terdapat pada mytheme-mytheme tersebut untuk mengungkap seperti apa struktur yang terlihat dan bagaimana hal tersebut berkaitan dengan identitas orang Madura. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, kisah Jokotole mengungkapkan satu oposisi biner mata pencaharian masyarakat Madura yakni antara kerajinan dan pertanian. Kedua, Gajahmada dari Jawa dipilih sebagai “liyan” yang membedakannya secara tegas dengan Jokotole dari Madura dalam persoalan watak dan perilaku. Ketiga, perbedaan ini akan terus-menerus muncul dan berkontestasi sehingga menuntut orang Madura untuk mempertahankan identitas dan kebudayaannya dalam satu ruang hidup yang majemuk.
Improving the Region, Integrating the People: Social Life in Sumenep, 1950s Ihsani, Aufannuha
Journal of Islamic History Vol. 4 No. 2 (2024): Journal of Islamic History
Publisher : Nur Science Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53088/jih.v4i2.1378

Abstract

This article examines social life in Sumenep in the 1950s. How did the spirit of the 1950s emerge in Sumenep and to what extent did it influence the social interactions of the people, especially between the nobles and the common people who lived there? The primary sources used in this study include official government archives, several contemporary newspapers, and the accounts of informants who experienced the decade. The conclusion of this article is that, first, Sumenep in the 1950s became a socio-cultural space full of political passion and a spirit of development. This is evidenced by various government programs that focused on improving infrastructure and development in the fields of agriculture and education. Second, the spirit of development had an impact on the pattern of interaction between the nobles and the common people. Interaction between the two groups became more fluid because they shared many similarities: work, school for their children, and tandâ’ dance events where both were on the same stage with the strains of the same music. Keywords: Social life, Sumenep, 1950s. REFERENCE Abdurachman. (1988). Sejarah Madura Selayang Pandang. Sumenep: The Sun. Aini, R.Aj. Quratul (l. 1945). (2 April 2019). Wawancara pribadi. (A. Ihsani, pewawancara). Aminoellah, R.B. (l. 1949). (25 Maret 2019). Wawancara pribadi. (A. Ihsani, pewawancara). Anonim. (15 Mei 1951). President Soekarno: In Indonesië Heerst de Ziekte van het Eisen. Het Nieuwsblad voor Sumatra, hlm. 2. Anonim. (12 Mei 1951). Zijt Gij Nog Steeds Marhaenist?. Nieuwe Courant, hlm. 2. ANRI. (1950). Risalah Singkat tentang Demonstrasi tgl. 15 Pebruari 1950. Koleksi Arsip Kabinet Perdana Menteri RI, Yogyakarta, no. 84. Bouvier, Hélène. (2002). Lèbur! Seni Musik dan Pertunjukan dalam Masyarakat Madura. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. de Jonge, Huub. (1989). Madura dalam Empat Zaman: Pedagang, Perkembangan Ekonomi, dan Islam, Suatu Studi Antropologi Ekonomi. Jakarta: PT Gramedia. de Jonge, Huub. (2011). Garam, Kekerasan, dan Aduan Sapi: Esai- Esai tentang Orang Madura dan Kebudayaan Madura. Yogyakarta: LKiS. Feith, Herbert. (1971). The Indonesian Elections of 1955. Ithaca: Cornell University. Gaffar, R.B. Abdul Khalik (l.1960). (20 Februari 2019). Wawancara pribadi. (A. Ihsani, pewawancara). Hadiwidjojo, R. Soenarto. (31 Maret 1956). Pelapuran Tahunan Bagian Tahun 1955 tentang Urusan Perekonomian Kantor Karesidenan Madura. Laporan resmi pemerintah. Pamekasan. Hadiwidjojo, R. Soenarto. (21 Juli 1958). Lapuran Tahunan Bagian Tahun 1957 tentang Urusan Perekonomian Kantor Karesidenan Madura. Laporan resmi pemerintah. Pamekasan. Hadiwidjojo, R. Soenarto. (3 Desember 1958). Tundjangan Bangsawan Madura. Surat resmi kepada Gubernur Jawa Timur. Pamekasan. Hadiwidjojo, R. Soenarto. (1959). Pamong-Pradja dan Sewindu Pembangunan Desa 1950-1958. Pamekasan: Tanpa Penerbit. Hosni, H. Mohammad (l.1943). (30 Maret 2019). Wawancara pribadi. (A. Ihsani, pewawancara). Idris, K.H. Abdul Muqsith (l. 1937). (16 Februari 2019). Wawancara pribadi. (A. Ihsani, pewawancara). Imron, K.H. D. Zawawi (l. 1943). (21 November 2018). Wawancara pribadi. (A. Ihsani, pewawancara). Imron, K.H. D. Zawawi (l. 1943). (16 Desember 2018). Wawancara pribadi. (A. Ihsani, pewawancara). Imron, K.H. D. Zawawi (l. 1943). (3 April 2019). Wawancara pribadi. (A. Ihsani, pewawancara). Karim, Abdul Gaffar. (2009). The Pesantren-Based Rulling Elite in Sumenep in the Post-New Order Indonesia. Jurnal of Indonesian Islam, 3(1), 97-121. Kuntowijoyo. (2018). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana. Legge, J.D. (1963). Central Authority and Regional Autonomy in Indonesia: A study in Local Administration 1950-1960. Ithaca: Cornell University. Mangkuadiningrat, R.P. Mochtar (l. 1944). (28 Desember 2018). Wawancara pribadi. (A. Ihsani, pewawancara). McVey, Ruth. (1994). The Case of the Disappearing Decade. Bourchier, David & Legge, John (ed.). Democracy in Indonesia 1950s and 1990s. Clayton: Centre of Southeast Asian Studies Monash University. Muthalib, R.B. Abdul (l. 1941). (3 Maret 2019). Wawancara pribadi. (A. Ihsani, pewawancara). Nordholt, Henk Schulte. (2002). Kriminalitas, Modernitas, dan Identitas dalam Sejarah Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nordholt, Henk Schulte. (2011). Indonesia in 1950s: Nation, Modernity, and the Post-colonial State. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 167(4), 386-404. Notoatmojo, R.B. Abdul Kadir (l. 1961). (24 Maret 2019). Wawancara pribadi. (A. Ihsani, pewawancara). Ockers, W.H. (1930). Memorie van Overgave van den Resident van Oost-Madoera (Dienstperiode Juli 1929 tot Mei 1930). Laporan resmi pemerintah. Pamekasan. Putro, H. (l. 1941). (17 Juli 2017). Wawancara pribadi. (A. Ihsani, pewawancara). Putro, H. (l. 1941). (3 Maret 2019). Wawancara pribadi. (A. Ihsani, pewawancara). Putro, H. (l. 1941). (25 Maret 2019). Wawancara pribadi. (A. Ihsani, pewawancara). Ramadhan, R.B. Ahmad (l. 1951). (12 Februari 2019). Wawancara pribadi. (A. Ihsani, pewawancara). Ramadhan, R.B. Ahmad (l. 1951). (16 Februari 2019). Wawancara pribadi. (A. Ihsani, pewawancara). Rifai, Mien A. (1993). Lintasan Sejarah Madura. Surabaya: Yayasan Lebbur Legga. Saxebøl, Torkil. (2002). The Madurese Ulama as Patrons: A Case Study of Power Relations in An Indonesian Community. Disertasi. Oslo: University of Oslo. Setiawan, Edhie. (1990). Penelusuran Sejarah Sumenep Kuno. Hari Jadi Kabupaten Sumenep. Sumenep: Badan Pengembangan Pariwisata Daerah. Setiawan, Edi (l. 1946). (22 Maret 2019). Wawancara pribadi. (A. Ihsani, pewawancara). Shiddiq, Ahmad. (2016). Integrasi Agama dan Sains (Telaah Pemikiran Konsep Pendidikan Islam Imam Jalaluddin As-Suyuti dan Implementasinya di Pondok Pesantren An-Nuqayah Sumenep Madura). Jurnal Kariman, 4(2), 1-18. Subadri, Habib et. al. (2009). Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam Perkembangan Kabupaten Jember, Buku I: Dokumen Sampai Dengan 1971. Jember: DPRD Kabupaten Jember. Sumardi. (1999). Negara Madura Tahun 1948-1950. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia. Suryoningprang, R.B. Mohammad Asy’ari (l. 1958). (1 April 2019). Wawancara pribadi. (A. Ihsani, pewawancara). Suwignyo, Agus & Yuliantri, Rhoma D.A. (2018 a). Praktik Kewargaan Sehari-hari Sebagai Ketahanan Sosial Masyarakat Tahun 1950-an (Sebuah Tinjauan Sejarah). Jurnal Ketahanan Sosial, 24(1), 94-116. Suwignyo, Agus & Yuliantri, Rhoma D.A. (2018 b). Praktik Sosio-Kultural Sebagai Bentuk Kewargaan Masyarakat Tahun 1950-an: Melihat Kembali Historiografi Kebangsaan dalam Bingkai Non-Negara. Patrawidya, 19(1), 1-18. Thee Kian Wie (ed.). (2005). Pelaku Berkisah: Ekonomi Indonesia 1950-an sampai 1990-an. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Thompson, Paul. (2012). Suara dari Masa Silam: Teori dan Metode Sejarah Lisan. Yogyakarta: Ombak. Uhlenbeck, E.M. (1964). A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura. Den Haag: Martinus Nijhoff. Vermeulen, Th.R.W. (1953). Jajasan Wakaf Panembahan Soemolo. Akte tanggal 8 Juni 1953, No. 51, Surabaya: Kantor Notaris Th. R. W. Vermeulen. Vickers, Adrian. (2013). Mengapa Tahun 1950-an Penting Bagi Kajian Indonesia. Nordholt, Henk Schulte et. al. (ed.). Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia. Jakarta-Denpasar: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, KITLV, dan Pustaka Larasan. Zaini, R.B. Ahmad (l.1959). (24 Maret 2019). Wawancara pribadi. (A. Ihsani, pewawancara).