Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Faktor Risiko Kanker Serviks Pada Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap Di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Monica Trifitriana; Rizal Sanif; Syarif Husin
Biomedical Journal of Indonesia Vol. 3 No. 1 (2017): Biomedical Journal of Indonesia
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Faculty of Medicine, Universitas Sriwijaya) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa merupakan salah satu penyakitkanker yang paling banyak terjadi bagi kaum wanita.. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitikdengan case-control. Sampel penelitian adalah 52 pasien yang terbagi menjadi 26 pasien kanker serviks dan 26pasien non-kanker serviks baik yang dirawat jalan maupun rawat inap di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUPDr. Mohammad Hoesin Palembang selama periode September-November 2016. Penelitian ini menggunakan dataprimer berupa wawancara. Data dianalisis secara univariat dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.Selanjutnya, dianalisis secara bivariat untuk mengetahui hubungan dan nilai OR. Dari 8 faktor risiko yang diteliti,terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keputihan patologis (p= 0,0005 OR= ∞), paritas (p= 0,0005 OR=22,7), usia (p= 0,0005 OR= 19,2), penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang (p= 0,0005, OR= 12,4), usia pertamakali melakukan hubungan seksual (p= 0,006, OR= 6,1 ), dan pekerjaan suami (p= 0,05 OR= 3,6), dengan kejadiankanker serviks. Sedangkan Terdapat 2 faktor risiko yang tidak memiliki hubungan yang bermakna antara merokok(p= 1,0) dan berganti-ganti pasangan seksual (p= 1,0) dengan kejadian kanker serviks. Hasil penelitianmengidentifikasi faktor-faktor risiko dengan hubungan terhadap kejadian kanker serviks yang signifikan, yaitu usia,usia pertama kali melakukan hubungan seksual, paritas, penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang, riwayatkeputihan, dan pekerjaan suami.
MANIFESTASI KULIT SETELAH VAKSIN COVID-19: SEBUAH TINJAUAN SISTEMATIS DAN METAANALISIS Monica Trifitriana; Rido Mulawarman; Hari Darmawan
Media Dermato-Venereologica Indonesiana Vol 51 No 2 (2024): Media Dermato Venereologica Indonesiana
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33820/mdvi.v51i2.450

Abstract

Pendahuluan: Penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) yang telah terjadi hingga saat ini mendorong pemerintah dan berbagai negara untuk melakukan vaksinasi sebagai cara untuk melawan virus COVID-19. Hingga akhir Mei 2021, lebih dari 1,5 miliar dosis vaksin telah diberikan di seluruh dunia diikuti dengan bukti nyata adanya efek samping pada kulit terkait dengan penggunaan vaksin COVID-19. Tujuan: Mengetahui bukti terbaru dan pengetahuan dari manifestasi kulit yang terkait dengan kejadian setelah vaksinasi COVID-19 selama vaksinasi massal dapat membantu tenaga kesehatan dalam edukasi pasien. Metode: Pencarian dilakukan secara komprehensif pada topik yang menilai manifestasi kulit setelah vaksinasi covid-19 dari awal hingga mei 2022. Hasil: Terdapat 15 penelitian dari total 917 pasien yang menunjukan reaksi kulit yang paling sering terjadi setelah vaksin covid-19 adalah COVID-ARM (58,2%), urtika (22,3%), morbilliform eruption (10,6%), pitiriasis like rosea (6,1%), dan VZV Reactivation (2,6%). Dari hasil systematic review dan metaanalisis juga menunjukkan reaksi kulit yang dialami paling banyak terjadi pada wanita, middle-aged, setelah vaksin pertama (vaccine based mRNA)  dengan onset 1-21 hari setelah vaksinasi. Kesimpulan: Manifestasi kulit yang didapat setelah vaksin covid-19 terutama vaksin berbasis mRNA hampir sebagian besar hanya terbatas pada area tempat suntikan (COVID-ARM), dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, dan tidak ada gejala sistemik yang berbahaya.