Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Perbedaan Dampak Hospitalisasi Pada Anak Prasekolah Yang Didampingi Orang Tua Dan Selain Orang Tua Dina Zakiyyatul Fuadah; Diana Rachmania; Sulis
Journal Center of Research Publication in Midwifery and Nursing Vol 4 No 2 (2020): Journal Center of Research Publication in Midwifery and Nursing
Publisher : STIKES Bina Usada Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36474/caring.v4i2.177

Abstract

Hospitalisasi seringkali menjadi krisis utama yang dihadapi anak saat menjalani rawat inap di Rumah Sakit bisa menyebabkan anak stress maupun trauma, sehingga menimbulkan respon negative pada anak diantaranya adalah tidak kooperatif pada saat proses perawatan (protes, pemisahan diri, penyangkalan). Salah satu upaya untuk meminimalisir yaitu dengan melakukan pendampingan dari orang tua. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan dampak hospitalisasi pada anak prasekolah (usia 3-6 tahun) yang didampingi orang tua dan selain orang tua di Ruang Anak Rumah Sakit Amelia Pare. Desain yang digunakan komparatif dengan pendekatan cross sectional didapat sampel 44 responden (22 responden anak yang didampingi orang tua dan 22 responden anak yang didampingi selain orang tua) yang diambil melalui teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (81,8%) responden yang didampingi orang tua memiliki kriteria ringan, sedangkan yang didampingi selain orang tua menunjukan sebagian besar (72,7%) dalam kategori berat. Hasil analisis menggunakan uji mann whitney diketahui nilai p = 0,000 (α≤0,05) yang berarti ada perbedaan dampak hospitalisasi pada anak prasekolah yang didampingi orang tua dan selain orang tua di Ruang Anak Rumah sakit Amelia Pare. Pendampingan orang tua sangat berpengaruh pada hospitalisasi anak, sehingga perawat harus melakukan pendekatan terhadap pendamping maupun klien itu sendiri supaya hospitalisasi berjalan dengan baik.
STIGMA MASYARAKAT TERHADAP ORANG DENGAN HIV AIDS (ODHA) DI DESA MENANG KECAMATAN PAGU KABUPATEN KEDIRI Artie Puspita; Farida Hayati; Dina Zakiyyatul Fuadah
JURNAL ILKES : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 8 No 2 (2017)
Publisher : STIKES Karya Husada Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.631 KB)

Abstract

Stigma dan diskriminasi terkait HIV merupakan ciri negatif yang diberikan pada seseorang sehingga menyebabkan tindakan yang tidak wajar dan tidak adil terhadap orang tersebut berdasarkan status HIV nya. Stigma terhadap ODHA bisa bermacam-macam bentuknya seperti pengasingan, penolakan dan diskriminasi sehingga penderitanya mengalami ketakutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stigma masyarakat terhadap ODHA di wilayah Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri. Penelitian ini menggunakan metode Kualtitatif dengan wawancara mendalam dan pendekatan fenomenologi. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 5 partisipan yang dipilih dengan teknik purpossive sampling sesuai dengan kriteria inklusi. Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan reduksi data, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat stigma simbolis, stigma instrumental, dan stigma kesopanan/hukuman sosial di desa Menang Kecamatan Pagu. Stigma simbolis berupa persepsi tentang HIV AIDS. Stigma instrumental berupa ketakutan tertular saat berjabat tangan, ketakutan tertular apabila anak bermain dengan anak penderita ODHA, ketakutan membeli makanan yang dijual penderita HIV-AIDS, keprihatinaan atau rasa malu HIV-AIDS, stigma kesopanan/hukuman sosial berupa menyalahkan atau menghakimi dan persepsi perilaku sex ODHA. Keberadaan ODHA ditengah kehidupan masyarakat kita, ditanggapi dengan berbagai macam oleh masyarakat. Stigma terhadap ODHA yang masih ada dimasyarakat berdasarkan hasil penelitian merupakan masalah yang perlu diselesaikan oleh berbagai pihak secara komprehensif.
Hubungan Kadar Glukosa Darah dengan Kejadian Infark Miokard Akut (IMA) di RSUD dr. Iskak Tulungagung Didit Damayanti; Dina Zakiyyatul Fuadah; Opan Chrisdianto
Jurnal Stethoscope Vol 3, No 1 (2022): STETHOSCOPE
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Husada Karanganyar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54877/stethoscope.v3i1.888

Abstract

AbstrakPenyakit Infark Miokard Akut (IMA) merupakan salah satu penyakit utama penyebab kematiandi masyarakat. Hal ini disebabkan penyakit IMA merupakan penyakit kardiovaskular yang memilikibeberapa faktor yaitu gaya hidup, usia dan riwayat penyakit, pencetus salah satunya adalah kadar glukosadarah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kadar glukosa darah dengan kejadianinfark miokard akut di RSUD dr Iskak Tulungagung. Desain penelitian ini adalah penelitian korelasionaldan jenis data menggunakan data sekunder. Populasi yang diteliti adalah pasien IMA yang masuk UGDRSUD dr Iskak Tulungagung, dengan teknik accidental sampling diperoleh sampel 20 pasien IMA padapengambilan data tanggal 16 – 23 Februari 2015. Hasil dianalisis menggunakan uji spearman rho. Hasilpenelitian ini diketahui bahwa sebagian besar (55%) kadar glukosa tinggi, sedangkan hampir selurunya(85%) kejadian IMA STEMI ( Infark Miokard Akut ST Elevasi). Hasil uji statistik diketahui p-value =0,039 pada taraf signifikan (α) = 0,05 dan r = 0,464. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kadarglukosa darah dengan kejadian IMA dimana IMA dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi faktorusia, gaya hidup, riwayat penyakit dahulu seperti DM, Hipertensi. Diharapkan bagi masyarakat untukselalu mengontrol kadar glukosa dengan melakukan screening secara bertahap dan menjaga pola hidup,pola makan dan aktivitas secara teratur untuk mencegah terjadinya IMA.Kata kunci : Kadar Glukosa Darah, Kejadian IMA.The Relationship Between Blood Glucose Levels and the Incidence of AcuteMyocardial Infarction (AMI) at RSUD dr Iskak TulungagungAbstractAcute Myocardial Infarction (AMI) is one of the main causes of death in the community. This isbecause AMI is a cardiovascular disease that has several factors, namely lifestyle, age and diseasehistory, one of which triggers blood glucose levels. The purpose of this study was to analyze therelationship between blood glucose levels and the incidence of acute myocardial infarction in RSUDdr. Iskak Tulungagung. The design of this research is correlational research and the type of data usedis secondary data. The population studied were AMI patients who entered the ER at RSUD dr. IskakTulungagung, with the accidental sampling technique, a sample of 20 AMI patients was obtained in datacollection on 16 – 23 February 2015 The results were analyzed using the Spearman Rho test. The resultsof this study revealed that most (55%) of high glucose levels, while almost all (85%) of the incidence ofAMI STEMI (ST Elevation Acute Myocardial Infarction). The results of the statistical test showed thatp-value = 0.039 at a significant level (α) = 0.05 and r = 0.464. So it can be concluded that there is arelationship between blood glucose levels and the incidence of AMI where AMI is influenced by several 2STETHOSCOPE VOL. 3 NO. 1 - JUNI 2022 ISSN 2722-8118 (Printed) 2723-4096 (Online)factors including age, lifestyle, past medical history such as DM, Hypertension. It is hoped that thecommunity will always control glucose levels by screening them gradually and maintaining a regularlifestyle, diet and activity to prevent the occurrence of AMI.Keywords: Blood Glucose Levels, Incidence of AMI.
Pengaruh Pelaksanaan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Hipertensi Di Puskesmas Tumpang Kecamatan Talun Kabupaten Blitar Widyasih Sunaringtyas; Dina Zakiyyatul Fuadah; Lendra Kusdiantoro
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta Vol 5 No 3 (2018): SEPTEMBER 2018
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35842/jkry.v5i3.258

Abstract

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologis. Tidur yang kurang berkualitas pada pasien hipertensi mempengaruhi ketegangan fisiknya sehingga dapat meningkatkan tekanan darahnya. Maka dari itu, diperlukan penatalaksanaan untuk mengatasi, salah satu tindakan non farmakologis  tersebuat adalah Relaksasi Otot Progresif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelaksanaan Relaksasi Otot Progresif terhadap kualitas tidur. Penelitian ini menggunakan desain pra eksperimental dengan  pendekatan one-group Pretest-posttest, terdiri dari 20 sampel menggunakan tehnik Purphosive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi dan selanjutnya dianalisa menggunakan uji statistic wilcoxon sign rank test. Hasil penelitian sebelum dilakukan relaksasi otot progressif di dapatkan data sebagian besar (60%) mengalami kualitas tidur buruk dan sesudah melakukan Relaksasi Otot Progresif hampir seluruhnya (85%) mengalami kualitas tidur baik. Hasil uji statistik didapatkan P-value=0,0001<α=0,05, Mean 10.50 berarti ada pengaruh pelaksanaan Relaksasi Otot Progresif terhadap kualitas tidur pada pasien hipertensi lansia. Kualitas tidur buruk pada pasien hipertensi dapat terjadi karena gejala yang ditimbulkan oleh hipertensi yaitu pusing, nyeri di leher belakang, sukar tidur. Hal tersebut dapat membuat penderita sulit untuk memulai tidur malam. Oleh sebab itu dianjurkan untuk melakukan Relaksasi Otot Progresif secara rutin.
Optimalisasi Peran Keluarga Dalam Pencegahan Dan Penanganan Stunting Pada Balita Laviana Nita Ludyanti; Dina Zakiyyatul Fuadah; Dewi Taurisiawati Rahayu
Jurnal Pengabdian Masyarakat Mandira Cendikia Vol. 1 No. 3 (2022)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu pondasi penting pada masa balita adalah kondisi status gizi yang baik dan sehat. Akan tetapi masih banyak ditemukan masalah status gizi pada masa tersebut, salah satunya adalah kondisi stunting pada balita. Stunting diartikan sebagai permasalahan kekurangan gizi kronis, dimana asupan gizi yang kurang adekuat dalam jangka waktu yang lama menjadi salah satu penyebabnya. Hal tersebut menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak yang ditandai oleh pertambahan tinggi badan yang lebih lambat dari anak seusianya, terutama pada seribu hari pertama kehidupan (HPK). Kondisi tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan dari orang tua terkait pola pemenuhan nutrisi terutama pada balita. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan ibu tentang praktek pengasuhan yang tidak baik, keragaman bahan dan keragaman jenis makanan yang diberikan untuk pemenuhan gizi pada balita dan terbatasnya layanan kesehatan, akan menimbukan terganggunya proses pertumbuhan dan perkembangan balita, terutama perkembangan otak. Pemerintah telah banyak menjalankan program dalam upaya pencegahan stunting, akan tetapi pelaksanaan belum dapat dilaksanakan secara optimal. Oleh karena itu penting untuk meningkatkan peran orang tua dalam memberikan asupan makanan yang bergizi pada anaknya melalui peningkatan kesadaran dan pengetahuan ibu. Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan peran orang tua dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting melalui peningkatan kesadaran dan pengetahuan orang tua. Metode kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan tersebut yaitu dengan memberikan edukasi kepada ibu tentang upaya pencegahan dan penanganan stunting pada balita. Hasil kegiatan ini adalah meningkatnya peran orang tua terhadap upaya pencegahan dan penanganan stunting pada balita.
Peningkatan Health Literasi Tentang Kontrasepsi Melalui Aplikasi QR Code Pada Ibu Di Desa Sambirejo Dina Zakiyyatul Fuadah; Laviana Nita Ludyanti; Dewi Taurisiawati Rahayu; Nove Lestari
Jurnal Pengabdian Masyarakat Mandira Cendikia Vol. 3 No. 11 (2024)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jpkmmc.v3i11.1484

Abstract

Health literasi merupakan kemampuan individu untuk mendapatkan atau mengakses, mengolah, memahami, menilai dan menggunakan informasi Kesehatan dan pelayanan Kesehatan yang dibutuhkan sebagai dasar untuk mengambil keputusan yang tepat terkait kesehatan (Sun dkk, 2013). Kontrasepsi adalah cara untuk menjarangkan kehamilan, menunda kehamilan pada usia muda yang berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan, dan mencegah kehamilan di antara wanita lansia yang juga menghadapi peningkatan risiko dengan menggunakan alat atau obat. Quick Response Code atau yang biasa disebut dengan QR Code merupakan sebuah barcode dua dimensi yang diperkenalkan oleh Perusahaan Jepang Denso Wave pada tahun 1994. Jenis barcode ini awalnya digunakan untuk pendataan inventaris produksi suku cadang kendaraan dan sekarang sudah digunakan dalam berbagai bidang layanan bisnis dan jasa untuk aktivitas marketing dan promosi. Kegiatan ini dilakukan dengan cara pemaparan materi dan metode ceramah dan aplikasi QR code dengan jumlah responden 20 orang. Hasil kegiatan sebelum dilakukan intervensi edukasi didapati nilai rata-rata 5,40 dan setelah diberikan intervensi edukasi didapati nilai rata-rata 8,00 Sehingga dari hasil rata-rata poin sebelum dan sesudah diberikan edukasi peningkatan health literasi tentang kontrasepsi melalui aplikasi QR code pada ibu didapatkan ada peningkatan pengetahuan serta wawasan masyarakat mengenai peningkatan health literasi tentang kontrasepsi melalui aplikasi QR code pada ibu. Metode ini merupakan edukasi yang dilakukan dengan menugaskan masyarakat menjadi tutor untuk menjelaskan materi kepada masyarakat lainnya dengan tujuan menambah pengetahuan dengan landasan peraturan yang telah didiskusikan sebelumnya, sehingga dapat membangun kondisi belajar yang kooperatif.
Optimalisasi PMR Dengan Metode Viderol (Video, Demontrasi, Role Play) Dalam Meningkatkan Pengetahuan Kegawatdaruratan Fraktur Laviana Nita Ludyanti; Dina Zakiyyatul Fuadah; Dewi Taurisiawati; Nove Lestari
Jurnal Pengabdian Masyarakat Mandira Cendikia Vol. 4 No. 6 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jpkmmc.v4i6.1717

Abstract

Fraktur merupakan terputusnya kontuinitas tulang yang dapat menimbulkan gejala yang umum seperti nyeri atau rasa sakit, pembengkakan dan kelainan bentuk tubuh. Tujuan pengabdian masyarakat ini meningkatkan pengetahuan tentang pertolongan pertama patah tulang (fraktur). Desain yang digunakan pre-ekperimen dengan pendekatan pre-test dan post-test dengan total sampling didapatkan 25 sample responden. Dengan menggunakan kuisioner didapatkan hasil pengetahuan dengan nilai skor 60 (63,2%) dan sesudah dilakukan intervensi didapatkan hasil pengetahuan dengan nilai 80 (57,9%). Berdasarkan analisa data pada anggota PMR sebelum dan sesudah diberikan intervensi terdapat peningkatan yang signifikan terhadap pengetahuan anggota PMR dalam pertolongan pertama patah tulang (fraktur). Kegiatan ini memberikan manfaat peningkatan pengetahuan dan pemahaman kader PMR tentang pertolongan pertama patah tulang (fraktur) pada angota PMR. Kader PMR diharapkan dapat mempertahankan hal tersebut dengan terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang pertolongan pertama kegawatdaruratan patah tulang (fraktur)
Peningkatan Kemampuan Menstrual Hygiene Melalui Pendekatan Health Literacy pada Remaja Putri Menarche Dina Zakiyyatul Fuadah; Andika Siswoaribowo; Agnes Eka Alfionita
Protein : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan.  Vol. 3 No. 3 (2025): Juli : Protein: Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan
Publisher : Asosiasi Riset Ilmu Kesehatan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61132/protein.v3i3.1437

Abstract

The menstrual hygiene behavior of adolescents, especially those in the menarche phase, still needs more attention. This study aims to evaluate menstrual hygiene practices among adolescent girls experiencing menarche at SMPN 4 Pare in Kediri. The study used a correlational research design with a cross-sectional approach. The population consisted of 40 female students, and a total sampling technique was used to select 40 respondents. The independent variable is health literacy and the dependent variable is menstrual hygiene ability. The E-Health questionnaire was used to assess health literacy, and the Menstrual Hygiene questionnaire was used to assess menstrual hygiene skills. Spearman rank statistical tests were used, and the results showed that 72.5% had poor health literacy and 67.5% had poor menstrual hygiene skills. The p-value was 0.001, which is less than the alpha level of 0.05 (r = 0.879). Health literacy greatly affects adolescents' ability to implement menstrual hygiene. Efforts are needed to increase interest in health literacy, especially among adolescents in the field of reproductive health.
Peran Guru dalam Pelaksanaan Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) di Lingkungan Sekolah Dasar Wilayah Pare Dina Zakiyyatul Fuadah; Laella Chabiba
Jurnal Mahasiswa Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 3 (2025): Jurnal Mahasiswa Ilmu Kesehatan
Publisher : STIKes Ibnu Sina Ajibarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59841/jumkes.v3i3.3083

Abstract

Menstrual Hygiene Management (MHM) is the management of hygiene and health during women's menstrual period. One of the factors that influence Menstrual Hygiene Management (MHM) is the role of the teacher. Teachers play a role in equipping students with knowledge about hygiene, facilitating proper toilets and how to maintain their reproductive organs, this will have a positive impact on students in elementary schools. This study aims to determine the description of the role of teachers in implementing the menstrual hygiene management (MHM) program at Elemantary School Pare area. The research design used Descriptive Analytic, with sampling technique using Purposive Sampling obtained a sample of 40 respondents. Data collection using questionnaire sheet, data processed with descriptive statistical test. Based on the results of research in 6 (six) Elemantary School in the Pare Region on the role of teachers in the implementation of Menstrual Hygiene Management (MHM), almost all data were found to be in the good and sufficient category, especially in the indicator as the role of facilitator (79.30) and supervisor (76.87). From the results of the data, the role of facilitator and supervisor is the highest because the facilities in several schools have met the criteria for Menstrual Hygiene Management (MHM) and the observations of teachers at school to female students have been carried out well, but there are still roles that score the lowest, namely educator (63.75) because some respondents have never received counseling on Menstrual Hygiene Management (MHM) and still lack of education. Primary school teachers are advised to take part in training to increase knowledge about menstrual hygiene management (MKM)
Hubungan Health Literasi Dengan Kemampuan Menstrual Hygiene Pada Remaja Putri Menarch Dina Zakiyyatul Fuadah; Andika Siswoaribowo; Agnes Eka Alfionita
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 3 No. 11 (2024)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jikmc.v3i11.1471

Abstract

Ketidakmampuan remaja putri dalam menjaga kebersihan saat menstruasi mengakibatkan muncul masalah perilaku menstrual hygiene yang masih rendah. Hal tersebut terjadi dikarenakan kurang informasi dan pengetahuan yang mereka dapatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan health literasi dengan kemampuan menstrual hygiene pada remaja putri menarche di SMPN 4 Pare. Desain penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi adalah 40 siswi dengan sampel 40 responden menggunakan teknik total sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah health literasi dan variabel dependen adalah kemampuan menstrual hygiene. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner E-Healss untuk health literasi dan kuisioner Menstrual Hygiene untuk kemampuan kebersihan menstruasi remaja putri. Uji statistic yang digunakan adalah Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan hampir keseluruhan (72,5%) mempunyai health literasi kategori kurang dan sebagian besar (67,5%) remaja putri mempunyai menstrual hygiene kategori kurang, dengan P-value = 0,001<α = 0,05 (r = 0,879), artinya terdapat hubungan yang cukup kuat antara health literasi dengan kemampuan menstrual hygiene. Hubungan Health literasi dengan kemampuan menstrual hygiene yaitu apabila literasi remaja putri meningkat maka pengetahuan dan keterampilan dalam menjaga kebersihan saat menstruasi baik. Dalam pelaksanaannya health literasi dapat dilakukan kapan dan dimana saja dengan menggunakan media elektronik. Dengan meningkatkan health literasi akan menambah pengetahuan sehingga saat menerima informasi dapat memilah serta mencari sumber terpercaya. Oeh karena itu, dalam meningkatkan kemampuan menstrual hygiene diharapkan untuk sekolah berperan aktif dalam meningkatkan health literasi siswa