Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KONDISI PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI PABRIK TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU KAMPUNG KRAJAN MOJOSONGO SURAKARTA DAN PENGARUHNYA TERHADAP HYGIENITAS TAHU YANG DIPRODUKSI CICIK SUDARYANTININGSIH; YONATHAN SURYO PAMBUDI
JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA Vol 2 No 11 (2021): INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL DAN HUMANIORA (EDISI - JUNI 2021 )
Publisher : KULTURA DIGITAL MEDIA ( Research and Academic Publication Consulting )

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Almost all family in Indonesia got tofu as a regular menu. Tofu have a good amount of nutrition that good for health. Therefor tofu must meet food worthiness and food safety. Food worthiness is a condition when food doesn’t dammaged, rotten dirty or decomposed. Food safety is an effort to prevent food from biology contamination, chemist contamination or any other factor that threaten human health. This contamination came from less good factory sanitation or tofu artisan with less personal hygiene. Purpose of this study 1). Identify the personal hygiene of tofu artisan in Krajan Mojosongo Surakarta. 2) Identify the sanitation of tofu factory in Krajan Mojosongo Surakarta. 3) Describe the effect of personal hygiene on the tofu produced. 4) Describe the sanitation of tofu factory on the tofu produced. Method This is an experimental, with three. Step one and two, with quesionaire, to gather information about personal hygiene and sanitation of tofu factory. Step three, simple experiment to compare tofu freshness between tofu artisan with good personal hygiene and less good personal hygiene, and comparing between tofu factory with good sanitation and less good sanitation. The conclusions of this research are: 1) From the process of making and packaging tofu in the tofu industry center, Krajan village, Mojosongo, Surakarta, there are 36 percent (%) respondents who know tofu craftsmen have or practice good personal hygiene and the remaining 64 percent (%) do not. or have not implemented good personal hygiene; 2) The sanitation of the tofu factory in Krajan Mojosongo Surakarta is known to be 33 percent (%) in good condition, while 40 percent (%) is classified as adequate, and the remaining 27 percent (%) is in poor condition; 3) Tofu produced by craftsmen with good personal hygiene can last up to three (3) days of freshness, while tofu produced by craftsmen with poor personal hygiene in two (2) days has suffered physical damage; 4) Tofu that is produced in factories with good sanitation, the freshness can last up to three (3) days. Meanwhile, tofu that is produced by factories with poor sanitation in two (2) days has suffered physical damage.
ANALISA CEMARAN Eschericia coli DAN Salmonella sp. SERTA KUALITAS FISIK TAHU DITINJAU DARI SANITASI PABRIK TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU KRAJAN MOJOSONGO SURAKARTA WIDIANTO; CICIK SUDARYANTININGSIH; YONATHAN SURYO PAMBUDI
JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA Vol 3 No 03 (2021): INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL DAN HUMANIORA (EDISI - OKTOBER 2021 )
Publisher : KULTURA DIGITAL MEDIA ( Research and Academic Publication Consulting )

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tahu merupakan makanan berprotein tinggi dan baik untuk meningkatkan imun di masa pandemi Covid-19. Tingginya kadar protein pada tahu menjadikan tahu media yang baik bagi pencemar makanan, seperti bakteri Eschericia coli dan Salmonella sp. Sumber pencemar ini biasanya berasal dari sanitasi pabrik yang kurang baik. Kehadiran bakteri E Coli dapat menimbulkan bau busuk, rasa asam, dan lendir pada produksi tahu. Tahu yang tercemar bakteri Eschericia coli jika dikonsumsi akan menyebabkan penyakit pencernaan, misalnya diare. Sedangkan Salmonella sp. dapat menyebabkan terjadinya penyakit thypus. Tujuan dari penelitian ini sdslsh 1) Menganalisa kondisi fisik tahu ditinjau dari sanitasi pabrik tahu. 2) Mengidentifikasi keberadaan Eschericia coli pada tahu dari pabrik tahu dengan sanitasi yang baik dan yang kurang baik. 3) Mengidentifikasi keberadaan Salmonella typhi pada tahu dari pabrik tahu dengan sanitasi yang baik dan yang kurang baik. 4) Mengidentifikasi kelayakan tahu produk pabrik tahu di Krajan untuk dikonsumsi. Penelitian secara observasional. Uji fisik tahu dilakukan dengan mengambil sampel dari pabrik dengan sanitasi baik dan kurang baik, selanjutnya dilakukan pengamatan kesegarannya kekerasan, warna dsn lendir, hingga hari ke-3. Uji cemaran Eschericia coli dilakukan dengan mengambil sampel dari pabrik dengan sanitasi baik dan kurang baik, selanjutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium di Laboratorium UPTD Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Uji kelayakan konsumsi tahu diperoleh dengan cara membandingkan hasil uji laboratorium dengan SNI 01-3142-1998 tentang syarat mutu tahu. Kesimpulan dari penelitian ini adalah 1) Tahu dari pabrik tahu dengan sanitasi yang baik memiliki kondisi fisik yang baik selama dua hari. Sedangkan tahu dari pabrik tahu dengan sanitasi yang baik memiliki kondisi fisik yang baik selama satu hari. 2) Keberadaan bakteri Eschericia coli dan Salmonella sp. pada tahu dari pabrik dengan sanitasi baik maupun tidak baik adalah negatif. 3) Tahu dari pabrik tahu dengan sanitasi yang baik layak dikonsumsi hingga hari ke dua setelah tahu diproduksi, sedangkan tahu dari pabrik tahu dengan sanitasi yang tidak baik (buruk) hanya layak dikonsumsi selama satu hari setelah proses produksi.
UPAYA PENINGKATAN SERAT TEMPE KEDELE MELALUI PENAMBAHAN BUAH PARE (MOMORDICA CHARANTINA) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL Cicik Sudaryantiningsih; Yonathan Suryo Pambudi
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Vol. 8 No. 1, Januari 2017
Publisher : Universitas Kusuma Husada Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (512.763 KB)

Abstract

ABSTRAK Tempe merupakan makanan yang kaya zat gizi, dan baik bagi kesehatan tubuh. Tetapi saat pengolahan tempe terjadi penurunan kadar serat pangan, yaitu dari serat kedelai sebesar 3,2 gram per 100 gr bahan. turun menjadi 1,6 gr per 100 gr bahan. padahal serat makanan sangat penting terutama untuk mencegah konstipasi, obesitas, penyakit jantung, dan diabetes. Serat banyak terdapat pada buah dan sayur, misalnya pare (Momordica charantina). Oleh sebab itu, penulis ingin mengetahui peningkatan kadar serat pada tempe kedelai yang disubstitusi dengan buah pare. Penelitian bertujuan untuk mengetahui : 1) Potensi pare (Momordica charantina) sebagai bahan yang mampu meningkatkan kadar serat pangan pada tempe kedelai; 2) Perbandingan serat pangan antara tempe kedelai dengan tempe pare; 3) Potensi tempe pare sebagai pangan fungsional; 4) Potensi tempe pare untuk dapat diterima di masyarakat. Penelitian dilakukan pada bulan Februari - Maret 2016 di pabrik tahu DELE EMAS Krajan RT 02 RW 01, Mojosongo, Surakarta, sedangkan uji kadar serat dilakukan di Universitas Setia Budi Surakarta. Kesimpulan penelitian adalah : 1) Buah Pare (Momordica charantina) memiliki potensi sebagai bahan pembuat tempe berserat tinggi; 2) Kadar serat tempe pare per 100 gr adalah 8,17% sedangkan tempe kedele 6,27%.; hasil penelitian LIPI 100 gr tempe terdapat serat sebesar 1,4%; 3) Tempe pare merupakan pangan fungsional karena memiliki kadar serat makanan yang tinggi; 4) Tempe pare dapat diterima di masyarakat. Kata kunci : tempe pare (Momordica charantina), serat makanan, pangan fungsional ABSTRACT Tempe (fermented soybean) is a high nutrients food, and good for health. But when the soybean processing there are decreased levels of fiber dietary, that is soybean fiber of 3.2 grams per 100 grams of material decrease to 1.6 grams per 100 grams of material. Dietary fiber is especially important to prevent constipation, obesity, heart disease, and diabetes. Fiber found in many fruits and vegetables, such as bitter melon (Momordica charantina). Therefore, the authors want determined the increasing of fiber content in soybean tempe substituted by bitter melon. The study objectives were determined: 1) the potential of bitter melon (Momordica charantina) as the material that capable to increase the fiber content of soybean tempe; 2) Comparison of dietary fiber between soybean tempe and bitter melon tempe; 3) The potential of bitter melon tempe as a functional food; 4) Potential of bitter melon tempe to be accepted in the society. This study was conducted in mid-February to March 2016 for the tofu factory of DELE EMAS Krajan RT 02 RW 01, Mojosongo, Surakarta. While fiber content testing was done at the Setia Budi University of Surakarta. The study conclusions are : 1) Bitter melon (Momordica charantina) has potential as high-fiber tempe ingredient; 2) Levels of bitter melon tempe fiber per 100 grams is 8.17%, while soybean tempe is 6.27%. The LIPI research is fibers per 100 grams tempe is 1.4%; 3) Bitter melon tempe is a functional food because it has high levels of dietary fiber; 4) Bitter melon tempe was accepted in the society Keywords : bitter melon (Momordica charantina) tempe, dietary fiber, functional foods
ANALISIS PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA PRODUKSI TAHU: STUDI KASUS DI PABRIK TAHU DELE EMAS, KRAJAN, MOJOSONGO SURAKARTA Cicik Sudaryantiningsih; Yonathan Suryo Pambudi
JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA Vol 7 No 02 (2025): INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL DAN HUMANIORA - EDISI MEI -AGUSTUS 2025
Publisher : KULTURA DIGITAL MEDIA ( Research and Academic Publication Consulting )

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan konsep produksi bersih (clean production) dalam proses pembuatan tahu di Pabrik Tahu Dele Emas, Krajan, Mojosongo, Surakarta. Produksi bersih merupakan pendekatan preventif yang bertujuan meminimalkan limbah dan pencemaran sejak awal proses produksi, sehingga mendukung efisiensi sumber daya dan keberlanjutan lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan metode observasi langsung, wawancara mendalam, serta dokumentasi aktivitas produksi dan pengelolaan limbah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pabrik Tahu Dele Emas telah menerapkan beberapa prinsip produksi bersih, seperti pemanfaatan kembali air rendaman kedelai dan penggunaan bahan baku lokal untuk mengurangi emisi transportasi. Namun, masih ditemukan keterbatasan dalam pengelolaan limbah padat dan cair yang berpotensi mencemari lingkungan sekitar. Selain itu, kesadaran tenaga kerja terhadap prinsip produksi ramah lingkungan masih perlu ditingkatkan melalui pelatihan berkelanjutan. Penelitian ini merekomendasikan penguatan manajemen limbah, pemanfaatan teknologi sederhana untuk daur ulang limbah, serta peningkatan kapasitas SDM dalam pengelolaan produksi bersih. Temuan ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi pelaku industri kecil lainnya untuk mengintegrasikan prinsip produksi bersih dalam aktivitas usahanya guna mencapai efisiensi, produktivitas, dan kelestarian lingkungan
Socialization of the Circular Economy Concept and its Implementation in the Urban Waste Management Sector through on Air Talk Shows on Radio Stations Yonathan Suryo Pambudi; Cicik Sudaryantiningsih
Asian Journal of Community Services Vol. 2 No. 10 (2023): October 2023
Publisher : PT FORMOSA CENDEKIA GLOBAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55927/ajcs.v2i10.6437

Abstract

To implement one of the Tri Dharma of Higher Education, namely Community Service, lecturers in the Environmental Engineering Study Program, Faculty of Engineering, Solo Christian Technology University (UKTS), Surakarta City held community service activities in the form of an on-air talk show on Radio Immanuel 94, 3 FM Surakarta. This activity aims to educate the public about the circular economy concept and its implementation in urban waste management. Two lecturers from the Environmental Engineering Study Program were resource persons in this activity, and one student from the Environmental Engineering Study Program was involved to assist in the necessary technical preparations. This activity is carried out in the odd semester of the 2023/2024 academic year. The implementation of this activity succeeded in providing new information and knowledge to the public about environmentally friendly urban waste management.
OPTIMALISASI NILAI TAMBAH SAMPAH PERKOTAAN MELALUI PENDEKATAN DAUR ULANG DAN DAUR GUNA Yonathan Suryo Pambudi; Cicik Sudaryantiningsih
JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA Vol 7 No 03 (2025): INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL DAN HUMANIORA - EDISI SEPTEMBER - DESEMBER
Publisher : KULTURA DIGITAL MEDIA ( Research and Academic Publication Consulting )

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengelolaan sampah perkotaan menjadi isu strategis yang semakin menuntut pendekatan inovatif dan berkelanjutan, seiring dengan meningkatnya volume sampah dan keterbatasan kapasitas tempat pembuangan akhir. Artikel ini membahas optimalisasi nilai tambah sampah perkotaan melalui pendekatan daur ulang (recycling) dan daur guna (reuse) sebagai bagian integral dari ekonomi sirkular. Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis potensi peningkatan nilai ekonomi sampah melalui pemanfaatan kembali material serta identifikasi strategi yang mampu memperkuat rantai nilai pengelolaan sampah di lingkungan perkotaan. Metode analisis yang digunakan bersifat kualitatif-deskriptif dengan mengkaji berbagai studi, praktik baik, serta kebijakan yang telah diimplementasikan di beberapa kota di Indonesia dan dunia. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa pendekatan daur ulang mampu memberikan nilai tambah signifikan melalui pemrosesan ulang material seperti plastik, kertas, logam, dan kaca sehingga dapat kembali masuk ke pasar sebagai produk baru. Sementara itu, pendekatan daur guna terbukti mendorong terciptanya peluang ekonomi kreatif dan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan produk-produk kerajinan maupun barang fungsional yang bernilai jual tinggi. Sinergi antara kedua pendekatan tersebut tidak hanya menghasilkan manfaat ekonomi, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan residu sampah, peningkatan efisiensi pemanfaatan sumber daya, serta penciptaan lapangan kerja baru. Artikel ini menegaskan pentingnya dukungan regulasi, inovasi teknologi, serta kolaborasi multisektor dalam membangun ekosistem pengelolaan sampah perkotaan yang lebih produktif dan berkelanjutan. Temuan ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam perumusan kebijakan pengelolaan sampah yang berorientasi pada nilai tambah dan keberlanjutan lingkungan.