Roe, Yosef Tomi
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

BIOGRAFI PARA WANITA YANG MENCINTAI DAN DICINTAI OLEH SOEKARNO SANG PUTERA FAJAR Tahun 1921-1970 Roe, Yosef Tomi
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 5 No 1 (2020): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v5i1.1338

Abstract

Diskursus mengenai biografi Soekarno selalu berkelindan dengan sejumlah wanita idamannya, baik yang berposisi sebagai ibu yakni Ida Ayu Nyoman Rai maupun kesembilan isteri-isterinya. Kecantikan seorang wanita adalah besi berani yang tak pernah berhenti memikat Soekarno hingga masa senja hidupnya. Soekarno memiliki julukan pencinta wanita.Meskipun demikian, ada fakta yang cukup kuat bahwa banyak juga wanita yang memuja Soekarno, jadi mereka saling mencintai. Memang tidak heran jika Presiden pertama Indonesia ini dari kecil-pun telah terinspirasi oleh kesabaran dan ketabahan seorang wanita Ibunda Ida Ayu Nyoman Rai yang kerap mendekap Sang buah hati dan dengan suara lembut Ibunda berkata, “ Nak, kelak kau akan menjadi pemimpin rakyat. Anak yang lahir saat matahari terbit itu nasibnya telah ditakdirkan menjadi pemimpin. Jangan lupa ucapan Ibunda bahwa Engkau adalah Putra Sang Fajar. Kisah cinta pertama dengan Sitti Utari bermula Soekarno melanjutkan studi di HBS surabaya dan Kos di rumah orang tua Utari. Berbagai cara dilakukan pemuda cerdas ini untuk memikat hati Utari, akhirnya keduanya saling mengutarakan kalimat aku mencintaimu“. Namun hidup bersama berlangsung singkat hanya 3 tahun, sesudah itu cerai. Sewaktu berada di Bandung untuk melanjutkan studi di THS (Technidche Hooge Scool ), “nasib” dipertemukan dengan seorang ibu cantik Inggit Garnasih yang 12 tahun lebih tua dari Soekarno. Biar bagaimanapun Inggit adalah wanita pendamping setia, penuh cinta kasih selama 20 tahun dari bilik politik PNI yang sarat dengan penjara hingga ke tanah merah, Ende Flores. Menurut Soekarno, Inggit Garnasih adalah Ibu, Kekasih, dan kawan yang memberi tanpa menerima. Kekurangan Inggit hanyalah karena ia tidak mampu melahirkan anak bagi Soekarno. Tidak disangka, Soekarno telah menyimpan hati untuk Fatmawati yang tidak lain adalah anak angkatnya sewaktu di Bengkulu. Kondisi makin memanas sewaktu Soekarno meminta menikah dengan Fatma, panggilan akrab Soekarno untuk Fatmawati. Dengan tegas Inggit mengatakan “saya tidak mau dimadu “, akhirnya Inggit dikembalikan ke Bandung tahun 1943 dan menjadi janda sedang Fatmawati menjadi First Lady atau ibu negara. Tidak berhenti sampai disini, Soekarno jatuh cinta dengan Hartini sehingga Fatmawati meninggalkan istana tinggal sendiri di luar. Ternyata Hartini bukanlah yang terakhir, masih ada Kartini Manopo seorang pramugari garuda, Naoko Nemoto atau Ratna Sari Dewi,orang Jepang, Haryati, penari Istana, Yurike Sanger, dan Heldy Djafar semuanya dinikahi oleh Soekarno.
CUT NYAK DIEN : RATU PERANG ACEH DALAM MELAWAN PEMERINTAH KOLONIAL BELANDA TAHUN 1878-1908 Soraya, Siti Khaidah; Samingan, Samingan; Roe, Yosef Tomi
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 6 No 2 (2021): Volume 6 Nomor 2 Tahun 2021 (November 2021)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v6i2.1475

Abstract

Perang Aceh merupakan Perang Sabil yang dilakukan oleh rakyat Aceh untuk membelah tanah air tercinta karena kolonial Belanda dianggap kafir dan harus diperangi. Peang Aceh merupakan perang terlama dalam sejarah Indonesia yang bersifat kedaerahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis empat permasalahan yaitu (1) bagaimana Biografi Cut Nyak Dien (2) bagaimana latar belakang Perang Aceh, (3) bagaimana proses perjuangan Cut Nyak Dien dalam Perang Aceh, (4) bagaimana dampak perjuangan Cut Nyak Dien dalam Perang Aceh. dalam penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui biografi Cut Nyak Dien, (2) mengetahui latar belakang Perang Aceh, (2) mengetahui biografi Cut Nyak Dien, (3) mengetahui proses perjuangan Cut Nyak Dien dalam Perang Aceh dan (4) dampak dari perjuangan Cut Nyak Dien dalam Perang Aceh. Dalam Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Metode penelitian sejarah yang meliputi empat tahap penelitian yaitu pengumpulan data (heuristik), kritik sumber (verifikasi), interpretasi, dan penulisan sejarah (historiografi). Hasil penelitian ini menunjukan Perang Aceh merupakan perang terlama dalam sejarah Indonesia yang terjadi sekitar tahun 1873-1904. Perang ini terjadi karena Belanda melanggar perjanjian Traktak Sumatera dan Sultan Aceh diminta mengakui kedaulatan Belanda. Hal ini merupakan penghinaan terhadap sultan Aceh. Terjadilah perang antara rakyat Aceh dengan Pasukan Belanda. Perang Aceh ini melibatkan semua golongan baik bangsawan, kaum ulama maupun rakyat biasa. Perang Aceh dipimpin oleh seorang perempuan, yaitu Cut Nyak Dien. Cut Nyak Dien merupakan anak seorang uleebalang yang memiliki jiwa kesatria dan rasa nasionalisme yang tinggi terhadap bangsanya. Taktik perang yang dilakukan oleh Cut Nyak Dien adalah berperang di dalam hutan dengan berpindah-pindah tempat untuk membingungkan pasukan Belanda. Taktik dan strategi ini berhasil dan membuat Belanda kewalahan dan sulit menemukan keberadaan Cut Nyak Dien beserta pasukannya. Akhir perang ini berujung pada penghianatan dari laskar anggota perang yang berujung pada penangkapan Cut Nyak Dien. Cut Nyak Dien ditangkap oleh Belanda kemudian diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat pada tahun 1907 dan meninggal pada tahun 1908. Identitas Cut Nyak Dien selama berada dipengasingan disembunyikan oleh Belanda agar tidak ada pergolakan yang terjadi. Perjuangan Cut Nyak Dien dalam Perang Aceh memberikan pengaruh atau dampak yang begitu besar baik dalam bidang agama, sosial budaya maupun bidang politik. Cut Nyak Dien kemudian dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional atas perjuangannya dalam mempertahankan tanah airnya dari cengkaraman penjajah.
DUA BAPU KEPERCAYAAN KEPADA ROH NENEK MOYANG DENGAN PEMBERIAN SESAJIAN PADA UPACARA ADAT DI DESA SOKORIA KECAMATAN NDONA TIMUR KABUPATEN ENDE Deno, Rosdiana; Roe, Yosef Tomi; Samingan, Samingan
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 1 (2022): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i1.1961

Abstract

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana wujud ritual Du’a Bapu bagi penghormatan pada Du’a Ngg’e yang dilaksanakan didalam rumah adat Sa’o Nggua terhadap masyarakat adat di Desa Sokoria.Tujuan dalam penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai berikut: Untuk mengetahui wujud ritual Du’a Bapu bagi penghormatan pada Du’a Nga’e yang dilaksanakan didalam rumah adat Sa’o Nggua terhadap masyarakat adat Desa Sokoria. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif untuk mengumpulkan data digunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola penerapan Du’a Bapu sebagai wujud penghormatan bagi Du’a Ngga’e pada masyarakat adat Desa Sokoria Kecamatan Ndona Timur, Kabupaten Ende merupakan wujud kepercayaan masyarakat kepada roh nenek moyang yang telah meninggal dunia pada jaman dulu. Du’a Bapu memiliki makna sebagai tempat peletakan sesajian bagi arwah atau roh nenek moyang yang telah meninggal dunia. Tua adat berkuasa atas seluruh wilayah kekuasaan atas tanah ulayat, pemimpin seremonial adat, serta menyelesaikan segala persoalan yang melanggar hukum adat dan nilai adat istiadat. Masyarakat merupakan tokoh panutan dan sebagai sandaran hidup bagi semua masyarakat adat seperti fai walu ana kalo. Peneliti menyimpulkan disimpulkan bahwa Du’a Bapu yaitu roh nenek moyang yang dipercaya oleh masyarakat Sokoria sebagai tempat tinggal para leluhur sehingga Du’a Bapu ini di jaga dan dianggap sangat sakral.
RITUAL “KELAS” DESA WEJANG NENDONG KECAMATAN POCORANAKA TIMUR KABUPATEN MANGGARAI TIMUR (KAJIAN BUDAYA KENDURI KEMATIAN DALAM ADAT MANGGARAI) Sugianto, Hendi Oval; Roe, Yosef Tomi; Wati, Fatma
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2488

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana proses pelaksanaan ritual Kelas pada masyarakat Desa Wejang Nendong Kecamatan Poco Ranaka Timur Kabupaten Manggarai Timur, 2) Apakah manfaat dan pentingnya melaksanakan ritual kelas dalam sistem budaya Manggarai khususnya pada Masyarakat Desa Wejang Nendong, Kecamatan Pocoranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses ritual Kelas di masyarakat Desa Wejang Nendong Kecamatan Poco Ranaka Timur Kabupaten Manggarai Timur dan Untuk mengetahui manfaat dan pentingnya ritual Kelas dalam sistem budaya Manggarai kususnyua di Desa Wejang Nendong, Kecamatan Pocoranaka Timur. Penelitian ini dikategorikan dalam model penelitiaan kualitatif deskriptif yaitu suatu jenis penelitian yang berusaha mendapatkan pengetahuan yang didasarkan pada data-data primer dan sekunder. subjek penelitian ini adalah Tua Teno Tua Golo, dan Tua Kilo sebagai informan kunci 3 (tiga) orang dan tokoh masyarakat (3 orang) sebagai informan pendukung. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) pengumpulan data, 2) data reduction (mereduksi data), 3) data display 4) conciusion (verifikasi) Hasil penelitian menunjukan bahwa: Ritual Kelas (kenduri kematian) terdiri dari tiga bagian yaitu: sebelum pelaksanaan ritual Kelas, upaca Kelas berlangsung, akhir dari ritual Kelas. Tahap awal sebelum ritual Kelas yaitu pertemuan seluruh kepala keluarga one (keluarga dalam/keluarga yang mau melaksanakan ritual Kelas). tahap yang kedua yaitu sidang latang anak wina (tanggungan pihak perempuan), dan tombo kamping anak rona (berbicara dengan pihak pemberi gadis) tahap yang ketiga yaitu pelaksanaan ritua Kelas dan tahap yang terakir yaitu wali anak rona (mmbayar semua benda yng diantar oleh pihak anak rona dengan uang yang jumlahya melebhi harga nominal benda tersebut) dan weit (ungkapa terima kasih berupa beras dan daging). Ritual Kelas penting dilakukan, karena sebagai bentuk penghormatan terakir kepada leluhur. Selain penghrmatan, upacara kelas juga sebagai ungkapan permohonan maaf kepada leluhur karena sewaktu hidup bersama, secara sadar atau tidak sadar kita melakukan kesalahan. Masyarakat desa Wejang Nendong meyakini dengan melaksanakan ritual ini mereka akn diberkati oleh leluhur dan diberikan penghasilan yang secukupnya.
SEJARAH PENDIDIKAN SEKOLAH ATAS KATOLIK SYURADIKARA DALAM PERSPEKTIF KARYA MISI SVD Ola Tei, Martin De Porres; Roe, Yosef Tomi; Kusi, josef
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 6 No 1 (2021): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v6i1.3827

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Sejarah Pendidikan Sekolah Menengah Atas Katolik Syuradikara Dalam Perspektif Karya Misi SVD. Dengan demikian masalah yang ditelaah adalah (1) bagaimana Sejarah Pendidikan Sekolah Menengah Atas Katolik Syuradikara Dalam Perspektif Karya Misi SVD dan (2) apa tujuan misionaris SVD membangun Sekolah Menengah Atas Katolik Syuradikara? Adapun tujuan penelitian ini ialah mengetahui Sejarah Pendidikan Sekolah Menengah Atas Katolik Syuradikara Dalam Perspektif Karya Misi SVD dan mengetahui tujuan misionaris SVD membangun Sekolah Menengah Atas Katolik Syuradikara. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Teknik dasar dan lanjutan kedua metode ini ialah teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan adalah teori gerak siklus sejarah. Hasil penelitian membuktikan bahwa (1) Sejarah Pendidikan Sekolah Menengah Atas Katolik Syuradikara umumnya berupa pembangunan gedung Syuradikara, peresmian Sekolah Menengah Atas Katolik Syuradikara, dan visi, misi, serta tujuan sekolah. (2) Tujuan misionaris SVD membangun Sekolah Menengah Atas Katolik Syuradikara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa (generasi muda) manusia Nusa Tenggara Timur dalam konteks misi Ad Gentes yang artinya tanggung jawab Gereja terhadap keselamatan bangsa-bangsa, dan menggalang dialog melalui catur matra dialog profetis dengan agama lain, budaya lain, orang kecil, dan lingkungan hidup atau alam ciptaan dengan keempat dimensi hakiki yang menjadi prioritas SVD yakni: kerasulan kitab suci, animasi misi, keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan.
SEJARAH GEREJA KATOLIK ST. MARIA IMACULATA NDONA ( 2010-2020) Pati, Yulius; Roe, Yosef Tomi; Bego, Karolus Charlaes
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 6 No 1 (2021): Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v6i1.3838

Abstract

Permasalahan pokok yang diangkat dalam tulisan ini adalah bagaimana sejarah berdiri gereja St. Maria Imaculata Ndona dan perkembangan gereja St. Maria Imaculata Ndona tahun 2010-2020. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui sejarah gereja St. Maria Imaculata Ndona dan perkembangan dari tahun 2010-2020. Penelitian yang dilakukan menggunakan teori gerak siklus sejarah, penggagas Ibnu Kaldun. Dalam penulisan karya ilmiah ini peneliti menggunakan metode sejarah (historical methods). Metode ini mencakup empat tahapan yaitu heuristik, kritik sumber, interprestasi dan historiografi. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan memanfaatkan sumber primer berupa arsip paroki dan sekunder yaitu berupa buku, jurnal dokumentasi dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Sejarah gereja Katolik St. Maria Imaculata Ndona berawal tepat pada tanggal 27 April 1914 pada saat Mgr. Petrus Noyen, SVD tiba di Ende. Ada berjuta harapan dari sang misionaris SVD ini saat tiba di kota Ende. Harapan tersebut yakni untuk bisa mendirikan pusat misi kepulauan Sunda Kecil dan sekaligus menjadi tempat Residen Prefek Apostolik. Pada tanggal 29 April 1914 sejak pagi hingga tengah hari Mgr. Petrus Noyen, SVD berkuda bersama Controleur Hens dan Gezaghebber Van Suchtelen mencari suatu tempat sebagai pusat misi kepulauan Sunda Kecil, hingga pada tahun 1915 dibangunlah stasi Ndona yang saat ini dikenal dengan Gereja St.Maria Imaculata Ndona.