Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KETAHANAN SISWA Karolus Charlaes Bego
JISIP : Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.592 KB) | DOI: 10.33366/jisip.v5i3.306

Abstract

Abstract: Awareness morality multicultural future generation today increasingly faded, especially the next generation in the district of Ende. Now they must be introduced to the Pancasila, the Constitution of 1945, the Unitary Republic of Indonesia, and national unity. Citizenship Education teacher's role becomes one of the determining factors in shaping the character of the students and their implications for student resistance. The research found there are four obstacles faced Citizenship Education teachers, namely: quality of teachers is still low, the curriculum is always changing and hours of study is lacking, facilities were still lacking, and the welfare of teachers are still lacking. As for efforts to increase the role of civic education teachers by: Civics teachers who have pedagogical competence, Civics teachers who have personal competence, Civics teachers who have social competence, Civics teachers who have professional competence. Fifth grade students of Elementary Instruction Ende 7 will have the tenacity and toughness in him to maintain the existence of personality or excellence moral values amid the myriad moral values of other students so as to maintain, preserve, and maintain viability in Ende in the present and in future. Keywords: Role, Citizenship Education Teacher, Student Resilience Abstrak : Kesadaran moralitas multikultural generasi penerus saat ini semakin pudar khususnya generasi penerus di Kabupaten Ende. Kini mereka harus dikenalkan dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika. Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan menjadi salah satu faktor penentu dalam membentuk karakter siswa dan implikasinya terhadap ketahanan siswa. Hasil penelitian ditemukan ada empat kendala yang dihadapi guru Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu: kualitas guru yang masih rendah, kurikulum yang selalu berubah dan jam belajar sangat kurang, fasilitas yang masih kurang, dan kesejahteraan guru yang masih kurang. Adapun upaya peningkatan peran guru Pendidikan Kewarganegaraan dengan cara: guru PKn yang memiliki kompetensi pedagogis, guru PKn yang memiliki kompetensi kepribadian, guru PKn yang memiliki kompetensi sosial, guru PKn yang memiliki kompetensi profesional. Siswa kelas V SD Inpres Ende 7 akan memiliki keuletan dan ketangguhan dalam dirinya untuk mempertahankan eksistensi kepribadiannya atau keunggulan nilai-nilai moralnya ditengah majemuknya nilai-nilai moral siswa lainnya sehingga mampu menjaga, memelihara, serta mempertahankan kelangsungan hidup di Kabupaten Ende di masa kini dan di masa yang akan datang. Kata Kunci: Peran, Guru Pendidikan Kewarganegaraan, Ketahanan Siswa
PERAN MOSALAKI (TOKOH ADAT) TERHADAP TARIAN NAPA NUWA SEBAGAI WUJUD MENJAGA KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ADAT WOLOTOPO Karolus Charlaes Bego; Bonaventura R. Seto Se
Historis : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah Vol 5, No 2 (2020): DECEMBER
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/historis.v5i2.3442

Abstract

Abstrak: Kehidupan bangsa Indonesia sangat beragam dalam hal suku, adat-istiadat, ras, dan agama. Kesenian tradisional merupakan refleksi dari cara hidup sehari-hari masyarakat. Pengaruh arus globalisasi saat ini akan berdampak pada kesenian tradisional. Jika tidak direspons dengan baik oleh semua pihak yang berkepentingan akan berdampak pada tergerusnya budaya bangsa Indonesia. Peran Mosalaki (Tokoh Adat) Terhadap Tarian Napa Nuwa Sebagai Wujud Menjaga Ketahanan Sosial Budaya Masyarakat Adat Wolotopo sangat diperlukan. Hasil penelitian menemukan bahwa dalam menjaga dan melestarikan budayanya sebagai warisan leluhur Mosalaki (tokoh adat) belum mampu menjalankan perannya sebagai pihak yang memegang amanah, pihak yang memberi teladan, dan sebagai pihak yang bertanggung jawab. Hal ini karena dihadapkan dengan berbagai kendala, yaitu: 1) Pemahaman tentang tarian Napa Nuwa oleh mosalaki (tokoh adat) sangat minim; 2) Tidak adanya larangan yang tegas masuknya tarian dari luar; 3) tidak adanya keteladanan dari para mosalaki (tokoh adat); 4) Kurang adanya kemauan dari masyarakat adat wolotopo khususnya generasi muda untuk menari tarian napa nuwa lebih suka tarian dari luar atau tarian barat; 5) Mudahnya mengakses informasi melalui media masa.Abstract: Indonesian life is very diverse in terms of ethnicity, customs, race, and religion. Traditional art is a reflection of the daily way of life in the community. The influence of the current globalization will have an impact on traditional arts. If not responded well by all interested parties will have an impact on the eroding culture of the Indonesian nation. The role of Mosalaki (Indigenous People) towards Napa Nuwa Dance as a Form of Maintaining Social and Cultural Resilience of Wolotopo Indigenous Peoples is indispensable. The results of the study found that in maintaining and preserving its culture as the ancestral heritage of Mosalaki (indigenous figures) has not been able to carry out its role as a party that holds the mandate, the party that sets an example, and as a responsible party. This is because it is faced with various obstacles, namely: 1) The understanding of Napa Nuwa dance by mosalaki (indigenous figures) is minimal; 2) The absence of a strict prohibition on the entry of dances from outside; 3) the absence of accuracy of the mosalaki (indigenous leaders); 4) Lack of willingness from wolotopo indigenous peoples, especially the younger generation to dance napa nuwa dance prefers dance from outside or western dance; 5) Easy access to information through mass media.
Persepsi Remaja Putus Sekolah Terhadap Pola Asuh Orang Tua Bonaventura R. seto Se; Karolus Charlaes Bego
Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 4 No 1 (2021)
Publisher : Jayapangus Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study is to know: Why teenagers choose to drop out. What are the perceptions of adolescents about parental parenting patterns. This type of research is qualitative research. This research was carried out because in wuring village area still found many teenagers who dropped out of school and are still in school age. Teenagers drop out of high school for deviant behavior. The results found that the main factor causing the subject or adolescent dropout in Wuring Village was a family factor. The family background is broken home like a parental divorce. The pattern of parenting applied to their children uses permissive parenting patterns and authoritarian fostering patterns compared to democratic fostering patterns.
Persepsi Mahasiswa Program Studi Guru Sekolah Dasar Terhadap Desain Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka Lely Suryani; Agustina Mei; Agustinus F. Paskalino Dadi; Virgilius Bate Lina; Karolus Charlaes Bego
EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN Vol 4, No 2 (2022): April Pages 1601- 3200
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.324 KB) | DOI: 10.31004/edukatif.v4i2.2050

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauhmana persepsi mahasiswa Program Studi Guru Sekolah Dasar Fakiltas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Flores. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi dengan pendekatam kuantitatif dengan metode survey. Data diperoleh dari 454 responden mahasiwa yang berasal dari Program Studi Guru Sekolah Dasar Universitas Flores yang dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarkan lewat aplikasi SPADA Dikti. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa Program Studi Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguuan dan Ilmu Pendidikan Universitas Flores memberikan respon positif terhadap program MBKM dengan menyatakan siap untuk MBKM karena MBKM sesuai dengan manfaat bagi mahaiswa jika mengikuti kegiatan MBKM dalam pengembangan kompentensi/keterampilan sebagai bekal bekerja setelah lulus.
PEMANFAATAN SITUS SEJARAH PAHLAWAN MARI LONGA SEBAGAI MEDIADALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SISWA KELAS XI SMAN 1 ENDE Fransiskus Xaverius Rema; Karolus Charlaes Bego; Damianus Rikardo Sumbi Wasa
Jurnal Artefak Vol 8, No 1 (2021): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.233 KB) | DOI: 10.25157/ja.v8i1.3840

Abstract

Penelitian ini mengacu pada proses pembelajaran tentang pemanfaatan situs Sejarah Pahlawan Marilonga Sebagai Media dalam pembelajaran sejarah yang banyak tersebar di kabupaten Ende dan di Watunggere khususnya. Adapun tujuan penelitian ini adalah 1) Mengetahui perencanaan pembelajaran sejarah pemanfaatan media situs Sejarah Pahlawan Marilonga kelas XI SMAN 1 Ende, 2) Mengetahui pelaksanaan pembelajaran pemanfaatan media situs Sejarah Pahlawan Marilonga kelas XI SMAN 1 Ende, 3) Mengetahui dampak pembelajaran sejarah pemanfaatan media situs Sejarah Pahlawan Marilonga kelas XI SMAN 1 Ende. Jenis penelitian yang digunakan berupa penelitian kualitatif deskriptif menuju arah studi kasus tunggal terpancang (embedded case study research). Hasil penelitian menjelaskan bahwa situs sejarah pahlawan Marilonga merupakan salah satu warisan sejarah di daerah yang dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah sesuai denganlangkah-langkah kurikulum 2013. Relevansi pembelajaran dengan memanfaatkan media situs Sejarah Pahlawan Marilonga dengan kegiatan belajar mengajarmelaui perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, dan dampak pembelajaran. Setiap tahap pelaksanaan pembelajaran membutuhkan keterlibatan aktif, ketelitian guru dalam menyusun, menyampaikan, dan memfasilitasi aktivitas belajar agar siswa dapat memahami secara baik proses pembelajaran.This research refers to the learning process about the utilization of the Historical Site of the Marilonga Heroes as a Media in learning history which is widely spread in Ende district and in Watunggere in particular. The purpose of this study is 1) Knowing the learning planning history of the use of media sites of the History of Marilonga Heroes class XI 1ND Ende, 2) Knowing the learning implementation of the use of media sites of the Heroes of Marilonga History class XI SMAN 1 Ende, 3) Knowing the impact of historical learning on the use of media sites History Heroes of Marilonga in class XI of SMAN 1 Ende. This type of research is descriptive qualitative research leading to a single embedded case study (embedded case study research). The results of the study explained that the historical site of the Mari Longa hero was one of the historical legacies in the area that could be used in historical learning in accordance with the 2013 curriculum steps. The relevance of learning by using the Marilonga Heroes History media site with learning activities through learning planning, implementation, and impact of learning. Each stage of the implementation of learning requires active involvement, the accuracy of the teacher in compiling, delivering, and facilitating learning activities so that students can understand the learning process well.
The Death Ritual of Mosalaki PU'U (Leading Traditional Figure) form Respect to the Ancients of The Wolotopo Traditional Community Karolus Charlaes Bego
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities Vol 5, No 2 (2022): Agustus 2022, History, Learning Strategy, Economic History and Social Knowledge
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jr.v5i2.27569

Abstract

The Indonesian people should be proud of the diverse cultures that we have. That pride must last forever, the Indonesian people must be good at taking care of their culture. Do not expect other people to love and admire our culture, therefore we ourselves must maintain and care for our culture. The implementation of the death ritual of Mosalaki Puu (Traditional Leader Leader) is a form of respect for the ancestors of the Wolotopo indigenous people, which has been inherited from generation to generation. The results of the study found that when Mosalaki Puu (Traditional Leader Leader) died, there were several rituals carried out, namely 1) beating the gong, 2) washing the corpse, 3) bending the corpse's legs and wearing oversized clothes, 4) honoring the corpse, 5) procession of the corpse towards grave pits, and 6) burial of bodies. The meaning contained in some of the rituals of death rituals.
Pembulatan Harga dalam Transaksi Jual Beli Perspektif Hukum Islam: Rounding Prices in Sale and Purchase Transactions from an Islamic Law Perspective Karolus Charlaes Bego; Hamzah Mardiansyah; Muhammad Umar Kelibia; Diana Pujiningsih; Imalah
Jurnal Kolaboratif Sains Vol. 7 No. 9: September 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/jks.v7i9.6034

Abstract

Pembulatan harga dalam transaksi jual beli merupakan praktik yang umum dilakukan untuk mempermudah proses pembayaran dan administrasi. Namun, dalam perspektif hukum Islam, pembulatan harga perlu dianalisis untuk memastikan kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip syariah yang mengedepankan keadilan, transparansi, dan larangan terhadap gharar (ketidakpastian) serta riba (bunga). Artikel ini membahas konsep pembulatan harga dari sudut pandang hukum Islam dengan mengidentifikasi bagaimana praktik ini dapat mempengaruhi keadilan dalam transaksi. Melalui analisis terhadap prinsip-prinsip syariah dan praktik pembulatan harga yang umum, artikel ini memberikan panduan tentang bagaimana pembulatan harga dapat dilakukan dengan mematuhi ketentuan syariah. Penelitian ini menemukan bahwa pembulatan harga yang dilakukan secara adil dan dengan persetujuan kedua belah pihak dianggap sesuai dengan hukum Islam, asalkan tidak merugikan salah satu pihak secara tidak adil. Artikel ini menyimpulkan bahwa untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum Islam, pembulatan harga harus dilakukan dengan transparansi dan persetujuan bersama, serta dalam batas-batas yang wajar
PERAN ATALAKI (LEMBAGA ADAT) TERHADAP TARIAN MURE SEBAGAI WUJUD MENJAGA KETAHANAN SOSIAL BUDAYA DALAM WILAYAH HUKUM ADAT NGGELA DESA NGGELA KABUPATEN ENDE” Charlaes Bego, Karolus
Jurnal Edu Aksara Vol 3 No 1 (2024): Edu Aksara: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
Publisher : CV. Global Aksara Pers

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.13336691

Abstract

Seni tari merupakan budaya bangsa, suatu bentuk refleksi dari siklus kehidupan bangsa yang telah lama ada. Peran Atalaki (Lembaga Adat)Terhadap Tarian Mure Sebagai Wujud Menjaga Ketahanan Sosial Budaya dalam Wilayah Hukum Adat Nggela sangat diperlukan. Hasil penelitian menemukan bahwa dalam menjaga dan melestarikan budaya sebagai warisan leluhur, Atalaki (Lembaga Adat) semakin pudar kepedulian terhadap tarian Mure, hal ini tercipta karena pihak Atalaki (Lembaga Adat) tidak mampu menjalankan perannya sebagai pihak yang Memegang Amanah, pihak yang Memberi Teladan, dan sebagai pihak yang Bertanggung Jawab atas eksistensi Tarian Mure dalam wilayah hukum adat Nggela. Hal ini disebabkan oleh berbagai kendala, yaitu: 1) Pemahaman tentang tarian Mure oleh Atalaki (Lembaga Adat) sangat minim; 2) Semakin maraknya budaya asing merambah masuk dalam kehidupan masyarakat adat Nggela, 3)Tidak adanya Peraturan dan sanksi yang tegas dari Atalaki (Lembaga Adat) yang melarang (Pire)/membatasi budaya asing masuk di dalam masyarakat adat Nggela; 4) tidak adanya keteladanan dari para Atalaki (Lembaga Adat); 5) Kurang adanya kemauan dari masyarakat dalam wilayah hukum adat Nggela khususnya generasi muda untuk menari tarian Mure,6) Mudahnya mengakses informasi melalui media masa. Upaya yang dilakukan yakni meningkatkan peran Atalaki (Lembaga Adat)yaitu: 1) Atalaki (Lembaga Adat); 2) Atalaki (Lembaga Adat) ; 3) Atalaki (Lembaga Adat); 4) Atalaki (Lembaga Adat), yang berimplikasi pada ketahanan sosial budaya di dalam wilayah hukum adat Nggela.
STRUKTUR WOE JAWA (SUKU JAWA) DI DESA BEI WALI KECAMATAN BHAJAWA KABUPATEN NGADA NUSA TENGGARA TIMUR Hoban, Nong; Bhara, Agustinus; Bego, Karolus Charlaes
Primary Education Journals (Jurnal Ke-SD-An) Vol 4 No 3 (2024): NOVEMBER
Publisher : Universitas Islam Raden Rahmat Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36636/primed.v4i3.5809

Abstract

Tujuan penulisan adalah mengetahui struktur woe jawa (suku Jawa) di desa Bei Wali Kecamatan Bhajawa Kabupaten Ngadha. Methode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi, Teknik analisis data sebagai berikut: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: woe jawa adalah salah satu organisasi sosial geneologis, sama halnya dengan woe-woe lain yang ada pada suku bangsa Ngada, khususnya masyarakat penganut budaya ngadhu bhaga. Woe jawa sebagai sebuah organisasi, maka woe jawa memiliki struktur yang menjadi pedoman untuk mengatur kehidupan sosial dan ekonomi dalam persekutuannya.
Urgency OG Consitutional Amendement to Regulate Human Rights Protection in the Context of Digitalization Karolus Charlaes Bego; Bambang Supriadi; Getah Ester Hayatulah; Arief Fahmi Lubis
International Journal of Health, Economics, and Social Sciences (IJHESS) Vol. 7 No. 1: January 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/ijhess.v7i1.6786

Abstract

The digital world's quick development has had a significant and wide-ranging effect on contemporary civilization. But this technical advancement also presents significant obstacles to the defense of human rights, especially in the areas of privacy, freedom of speech, and defense against cybercrimes. Despite the fact that Indonesia has a number of human rights laws, both domestic and international, the application of these laws in cyberspace frequently encounters difficulties. As a result, changing Indonesia's constitution is essential to guaranteeing the protection of people's fundamental rights online. The importance of revising Indonesia's constitution to protect human rights in the digital age is covered in this article, along with the opportunities and difficulties of putting these amendments into effect.