Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KETAHANAN SISWA Karolus Charlaes Bego
JISIP : Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.592 KB) | DOI: 10.33366/jisip.v5i3.306

Abstract

Abstract: Awareness morality multicultural future generation today increasingly faded, especially the next generation in the district of Ende. Now they must be introduced to the Pancasila, the Constitution of 1945, the Unitary Republic of Indonesia, and national unity. Citizenship Education teacher's role becomes one of the determining factors in shaping the character of the students and their implications for student resistance. The research found there are four obstacles faced Citizenship Education teachers, namely: quality of teachers is still low, the curriculum is always changing and hours of study is lacking, facilities were still lacking, and the welfare of teachers are still lacking. As for efforts to increase the role of civic education teachers by: Civics teachers who have pedagogical competence, Civics teachers who have personal competence, Civics teachers who have social competence, Civics teachers who have professional competence. Fifth grade students of Elementary Instruction Ende 7 will have the tenacity and toughness in him to maintain the existence of personality or excellence moral values amid the myriad moral values of other students so as to maintain, preserve, and maintain viability in Ende in the present and in future. Keywords: Role, Citizenship Education Teacher, Student Resilience Abstrak : Kesadaran moralitas multikultural generasi penerus saat ini semakin pudar khususnya generasi penerus di Kabupaten Ende. Kini mereka harus dikenalkan dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika. Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan menjadi salah satu faktor penentu dalam membentuk karakter siswa dan implikasinya terhadap ketahanan siswa. Hasil penelitian ditemukan ada empat kendala yang dihadapi guru Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu: kualitas guru yang masih rendah, kurikulum yang selalu berubah dan jam belajar sangat kurang, fasilitas yang masih kurang, dan kesejahteraan guru yang masih kurang. Adapun upaya peningkatan peran guru Pendidikan Kewarganegaraan dengan cara: guru PKn yang memiliki kompetensi pedagogis, guru PKn yang memiliki kompetensi kepribadian, guru PKn yang memiliki kompetensi sosial, guru PKn yang memiliki kompetensi profesional. Siswa kelas V SD Inpres Ende 7 akan memiliki keuletan dan ketangguhan dalam dirinya untuk mempertahankan eksistensi kepribadiannya atau keunggulan nilai-nilai moralnya ditengah majemuknya nilai-nilai moral siswa lainnya sehingga mampu menjaga, memelihara, serta mempertahankan kelangsungan hidup di Kabupaten Ende di masa kini dan di masa yang akan datang. Kata Kunci: Peran, Guru Pendidikan Kewarganegaraan, Ketahanan Siswa
PERAN MOSALAKI (TOKOH ADAT) TERHADAP TARIAN NAPA NUWA SEBAGAI WUJUD MENJAGA KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ADAT WOLOTOPO Karolus Charlaes Bego; Bonaventura R. Seto Se
Historis : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah Vol 5, No 2 (2020): DECEMBER
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/historis.v5i2.3442

Abstract

Abstrak: Kehidupan bangsa Indonesia sangat beragam dalam hal suku, adat-istiadat, ras, dan agama. Kesenian tradisional merupakan refleksi dari cara hidup sehari-hari masyarakat. Pengaruh arus globalisasi saat ini akan berdampak pada kesenian tradisional. Jika tidak direspons dengan baik oleh semua pihak yang berkepentingan akan berdampak pada tergerusnya budaya bangsa Indonesia. Peran Mosalaki (Tokoh Adat) Terhadap Tarian Napa Nuwa Sebagai Wujud Menjaga Ketahanan Sosial Budaya Masyarakat Adat Wolotopo sangat diperlukan. Hasil penelitian menemukan bahwa dalam menjaga dan melestarikan budayanya sebagai warisan leluhur Mosalaki (tokoh adat) belum mampu menjalankan perannya sebagai pihak yang memegang amanah, pihak yang memberi teladan, dan sebagai pihak yang bertanggung jawab. Hal ini karena dihadapkan dengan berbagai kendala, yaitu: 1) Pemahaman tentang tarian Napa Nuwa oleh mosalaki (tokoh adat) sangat minim; 2) Tidak adanya larangan yang tegas masuknya tarian dari luar; 3) tidak adanya keteladanan dari para mosalaki (tokoh adat); 4) Kurang adanya kemauan dari masyarakat adat wolotopo khususnya generasi muda untuk menari tarian napa nuwa lebih suka tarian dari luar atau tarian barat; 5) Mudahnya mengakses informasi melalui media masa.Abstract: Indonesian life is very diverse in terms of ethnicity, customs, race, and religion. Traditional art is a reflection of the daily way of life in the community. The influence of the current globalization will have an impact on traditional arts. If not responded well by all interested parties will have an impact on the eroding culture of the Indonesian nation. The role of Mosalaki (Indigenous People) towards Napa Nuwa Dance as a Form of Maintaining Social and Cultural Resilience of Wolotopo Indigenous Peoples is indispensable. The results of the study found that in maintaining and preserving its culture as the ancestral heritage of Mosalaki (indigenous figures) has not been able to carry out its role as a party that holds the mandate, the party that sets an example, and as a responsible party. This is because it is faced with various obstacles, namely: 1) The understanding of Napa Nuwa dance by mosalaki (indigenous figures) is minimal; 2) The absence of a strict prohibition on the entry of dances from outside; 3) the absence of accuracy of the mosalaki (indigenous leaders); 4) Lack of willingness from wolotopo indigenous peoples, especially the younger generation to dance napa nuwa dance prefers dance from outside or western dance; 5) Easy access to information through mass media.
Persepsi Remaja Putus Sekolah Terhadap Pola Asuh Orang Tua Bonaventura R. seto Se; Karolus Charlaes Bego
Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 4 No 1 (2021)
Publisher : Jayapangus Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study is to know: Why teenagers choose to drop out. What are the perceptions of adolescents about parental parenting patterns. This type of research is qualitative research. This research was carried out because in wuring village area still found many teenagers who dropped out of school and are still in school age. Teenagers drop out of high school for deviant behavior. The results found that the main factor causing the subject or adolescent dropout in Wuring Village was a family factor. The family background is broken home like a parental divorce. The pattern of parenting applied to their children uses permissive parenting patterns and authoritarian fostering patterns compared to democratic fostering patterns.
Persepsi Mahasiswa Program Studi Guru Sekolah Dasar Terhadap Desain Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka Lely Suryani; Agustina Mei; Agustinus F. Paskalino Dadi; Virgilius Bate Lina; Karolus Charlaes Bego
EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN Vol 4, No 2 (2022): April Pages 1601- 3200
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.324 KB) | DOI: 10.31004/edukatif.v4i2.2050

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauhmana persepsi mahasiswa Program Studi Guru Sekolah Dasar Fakiltas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Flores. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi dengan pendekatam kuantitatif dengan metode survey. Data diperoleh dari 454 responden mahasiwa yang berasal dari Program Studi Guru Sekolah Dasar Universitas Flores yang dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarkan lewat aplikasi SPADA Dikti. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa Program Studi Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguuan dan Ilmu Pendidikan Universitas Flores memberikan respon positif terhadap program MBKM dengan menyatakan siap untuk MBKM karena MBKM sesuai dengan manfaat bagi mahaiswa jika mengikuti kegiatan MBKM dalam pengembangan kompentensi/keterampilan sebagai bekal bekerja setelah lulus.
PEMANFAATAN SITUS SEJARAH PAHLAWAN MARI LONGA SEBAGAI MEDIADALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA SISWA KELAS XI SMAN 1 ENDE Fransiskus Xaverius Rema; Karolus Charlaes Bego; Damianus Rikardo Sumbi Wasa
Jurnal Artefak Vol 8, No 1 (2021): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.233 KB) | DOI: 10.25157/ja.v8i1.3840

Abstract

Penelitian ini mengacu pada proses pembelajaran tentang pemanfaatan situs Sejarah Pahlawan Marilonga Sebagai Media dalam pembelajaran sejarah yang banyak tersebar di kabupaten Ende dan di Watunggere khususnya. Adapun tujuan penelitian ini adalah 1) Mengetahui perencanaan pembelajaran sejarah pemanfaatan media situs Sejarah Pahlawan Marilonga kelas XI SMAN 1 Ende, 2) Mengetahui pelaksanaan pembelajaran pemanfaatan media situs Sejarah Pahlawan Marilonga kelas XI SMAN 1 Ende, 3) Mengetahui dampak pembelajaran sejarah pemanfaatan media situs Sejarah Pahlawan Marilonga kelas XI SMAN 1 Ende. Jenis penelitian yang digunakan berupa penelitian kualitatif deskriptif menuju arah studi kasus tunggal terpancang (embedded case study research). Hasil penelitian menjelaskan bahwa situs sejarah pahlawan Marilonga merupakan salah satu warisan sejarah di daerah yang dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah sesuai denganlangkah-langkah kurikulum 2013. Relevansi pembelajaran dengan memanfaatkan media situs Sejarah Pahlawan Marilonga dengan kegiatan belajar mengajarmelaui perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, dan dampak pembelajaran. Setiap tahap pelaksanaan pembelajaran membutuhkan keterlibatan aktif, ketelitian guru dalam menyusun, menyampaikan, dan memfasilitasi aktivitas belajar agar siswa dapat memahami secara baik proses pembelajaran.This research refers to the learning process about the utilization of the Historical Site of the Marilonga Heroes as a Media in learning history which is widely spread in Ende district and in Watunggere in particular. The purpose of this study is 1) Knowing the learning planning history of the use of media sites of the History of Marilonga Heroes class XI 1ND Ende, 2) Knowing the learning implementation of the use of media sites of the Heroes of Marilonga History class XI SMAN 1 Ende, 3) Knowing the impact of historical learning on the use of media sites History Heroes of Marilonga in class XI of SMAN 1 Ende. This type of research is descriptive qualitative research leading to a single embedded case study (embedded case study research). The results of the study explained that the historical site of the Mari Longa hero was one of the historical legacies in the area that could be used in historical learning in accordance with the 2013 curriculum steps. The relevance of learning by using the Marilonga Heroes History media site with learning activities through learning planning, implementation, and impact of learning. Each stage of the implementation of learning requires active involvement, the accuracy of the teacher in compiling, delivering, and facilitating learning activities so that students can understand the learning process well.
The Death Ritual of Mosalaki PU'U (Leading Traditional Figure) form Respect to the Ancients of The Wolotopo Traditional Community Karolus Charlaes Bego
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities Vol 5, No 2 (2022): Agustus 2022, History, Learning Strategy, Economic History and Social Knowledge
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jr.v5i2.27569

Abstract

The Indonesian people should be proud of the diverse cultures that we have. That pride must last forever, the Indonesian people must be good at taking care of their culture. Do not expect other people to love and admire our culture, therefore we ourselves must maintain and care for our culture. The implementation of the death ritual of Mosalaki Puu (Traditional Leader Leader) is a form of respect for the ancestors of the Wolotopo indigenous people, which has been inherited from generation to generation. The results of the study found that when Mosalaki Puu (Traditional Leader Leader) died, there were several rituals carried out, namely 1) beating the gong, 2) washing the corpse, 3) bending the corpse's legs and wearing oversized clothes, 4) honoring the corpse, 5) procession of the corpse towards grave pits, and 6) burial of bodies. The meaning contained in some of the rituals of death rituals.
The Death Ritual of Mosalaki PU'U (Leading Traditional Figure) form Respect to the Ancients of The Wolotopo Traditional Community Karolus Charlaes Bego
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities Vol 5, No 2 (2022): Agustus 2022, History, Learning Strategy, Economic History and Social Knowledge
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jr.v5i2.27569

Abstract

The Indonesian people should be proud of the diverse cultures that we have. That pride must last forever, the Indonesian people must be good at taking care of their culture. Do not expect other people to love and admire our culture, therefore we ourselves must maintain and care for our culture. The implementation of the death ritual of Mosalaki Puu (Traditional Leader Leader) is a form of respect for the ancestors of the Wolotopo indigenous people, which has been inherited from generation to generation. The results of the study found that when Mosalaki Puu (Traditional Leader Leader) died, there were several rituals carried out, namely 1) beating the gong, 2) washing the corpse, 3) bending the corpse's legs and wearing oversized clothes, 4) honoring the corpse, 5) procession of the corpse towards grave pits, and 6) burial of bodies. The meaning contained in some of the rituals of death rituals.
DINAMIKA MASYARAKAT NELAYAN GURITA DI KAMPUNG ARUBARA KELURAHAN TETANDARA KECAMATAN ENDE SELATAN KABUPATEN ENDE Azizah Hanafiah; Josef Kusi; Karolus Charlaes Bego
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 1 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i1.1957

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Dinamika Masyarakat Nelayan Gurita di Kampung Arubara Kelurahan Tetandara Kecamatan Ende Selatan Kabupaten Ende? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Dinamika Masyarakat Nelayan Gurita di Kampung Arubara Kelurahan Tetandara Kecamatan Ende Selatan Kabupaten Ende. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan teknik dan instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah Observasi, Wawancara, Dokumentasi. Teknik Analisis Data yang digunakan adalah Reduksi Data, Pengumpulan Data, Penarikan Kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat tangkap gurita oleh masyarakat arubara mengalami perkembangan sesuai kemajuan jaman. Pada masa yang lalu nelayan gurita menggunakan anak panah dan ganco. Seiring perkembangan waktu masyarakat membuat alat tangkap gurita berupa pocong atau menggunakan beberapa alat tangkap menggunakan kain berupa gurita tiruan untuk menjadi umpan gurita. Alat tangkap berupa kain oleh komunitas gurita sering disebut pocong-pocong.
IDENTIFIKASI KATEGORI MAKANAN TABU PADA KAUM PEREMPUAN SUKU WALING (ANALISIS ETNOGRAFIS DI DESA DESA NGAMPANG MAS KECAMATAN BORONG KABUPATEN MANGGARAI TIMUR) Vilomena Sanung; Marianus Ola Kenoba; Karolus Charlaes Bego
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2427

Abstract

Permasalahan pokok yang diajukan dalam penelitian ini adalah:Apa saja jenis makanan yang ditabukan bagi kaum perempuan suku Waling?. Tujuan Penelitian ini yakni untuk mengetahui jenis makanan yang ditabukan bagi kaum perempuan suku Waling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupaobservasi, wawancara, dan dokumentasi. Sementara itu, teknik analisis data dalam penelitian ini diawali dengan pengumpulan data, reduksi data (data reduction), pemaparan data (display data) dan penarikan kesimpulan. Temuan penting penelitian lapangan menunjukan bahwa masyarakat suku Waling memiliki sistem keyakinan adat yang berasal dari para leluhur. Sistem keyakinan ini diwariskan secara turun-temutun.Salah satu sistem keyakinan yang diwariskan itu berupa pantangan makanan yang wajib dijalankan oleh kaum perempuan suku Waling. Secara umum dalam sistem adat istiadat orang Manggarai,hang helang tidak boleh dimakan oleh kaum perempuan.Jika kaum perempuan suku Waling makan makanan sesajian yang harusnya dikhususkan bagi arwah nenek-moyang, maka diyakini akan terjadi sesuatu yang buruk. Misalnya, apabila kaum perempuan suku Waling makan makanan yang ditabukan bagi mereka, maka subyek bersangkutan bisa menjadi orang yang tidak bisa berbicara atau bisu.
PROBLEMATIKA PERKAWINAN USIA DINI (STUDI KASUS DI DESA NGGESA BIRI KECAMATAN DETUKELI KABUPATEN ENDE) Maria Katarina Badhi; Josef Kusi; Karolus Charlaes Bego
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 8 No 1 (2023): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v8i1.2892

Abstract

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah 1). Apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya problematika Perkawinan Usia Dini. 2). Bagaimana tanggapan orang tua, adat, lembaga, dan masyarakat terkait venomena Perkawinan Usia Dini. 3). Bagaimana upaya gereja dalam mengatasi perkawinan usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk 1). Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya problematika perkawinan usia dini. 2). Untuk mengetahui tanggapan orang tua, adat, lembaga, dan masyarakat terkait venomena perkawinan usia dini. 3). Mampu mengetahui upaya gereja dalam mengatasi perkawinan usia dini. penelitian ini menggunakan metode penelitian deskrriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini yaitu orang-orang yang dipercaya untuk memberikan informasi dalam mendukung proses penelitian yakni pemerintah desa Nggesa Biri serta Masyarakat Desa Nggesa Biri. pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. teknik analisas data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: pengumpulan data, reduksi data, analisas data, pemaparan data, penarikan kesimpulan. hasil penelitian menunjukan bahwa pendorong terjadinya perkawinan pada usia dini di Desa Nggesa Biri adalah 1.)faktor ekonomi, faktor keluarga, faktor pendidikan, faktor pergaulan dan faktor kemauan diri sendiri. 2.) Perkawinan usia dini menurut orang tua, perkawinan usia dini belum cukup umur tidaklah baik tidak ada keharmonisan dalam berrumah tangga, terjadi keributan, masalah ekonomi, dan perselingkuhan. 3). Gereja tidak melarang para remaja untuk menikah pada usia muda tetapi pada umumnya mereka harus terlebih dahulu memintah nasehat dan persetujuan dari orang tua, selain karena rasa hormat, juga karena nasehat mereka akan sangat berguna dan dibutuhkan untuk memasuki dunia hidup berkeluarga.