Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi pada era society berdampak sangat besar terhadap ruang pembelajaran tengku dayah. Adanya transformasi ini merupakan indikasi keberterimaan tengku terhadap kemajuan teknologi yang selama ini ditentang. Tulisan ini mendeskripsikan peran tengku dayah salafiah dalam merespons digitalisasi pembelajaran di era society. Kesarjanaan tentang Aceh kontemporer memperlihatkan besarnya peran tengku dayah terhadap pendidikan di Aceh. Tetapi sejauh ini, studi yang membahas tema tersebut belum memberi perhatian yang memadai tentang peran tengku yang dihubungkan dengan era society 5.0 menggunakan teori Anthony Giddent. Berdasarkan data kualitatif yang dikumpulkan melalui wawancara dengan teungku, observasi dan dokumentasi, tulisan ini mengajukan argumen bahwa perubahan pola semeubeut yang dilakukan tengku dayah di Aceh merupakan sebuah kesadaran modernisasi yang dimiliki tenngku dalam merespon kebutuhan di masa yang akan datang demi mempertahankan eksistensi dayah. Artikel ini menyimpulkan bahwa kesadaran yang dibentuk teungku dayah beroperasi dalam tiga kesadaran yang saling berkoneksi  satu  sama  lain, yaitu;  kesadaran  diskursif  (discursive consciousness), kesadaran praktis (practical consciousness) serta motivasi tindakan.