Penelitian ini menyelidiki sistem etika Pikukuh dalam komunitas Badui Sunda Wiwitan melalui pendekatan fenomenologis, dengan mengusulkan model teoretis baru: Etika Afektif-Intensional Kehidupan Batin Adat. Teori ini mengintegrasikan tiga kerangka besar fenomenologi intensionalitas dan reduksi eidetik dari Husserl, Innenleben (kehidupan batin) dari Dilthey, serta afeksi murni dari Michel Henry untuk memahami etika bukan sebagai seperangkat aturan, melainkan sebagai cara hidup yang dijalani, berinkarnasi, dan bersifat afektif. Berdasarkan kerja lapangan di kalangan Badui Dalam, studi ini mengeksplorasi bagaimana pikukuh berfungsi sebagai imperatif spiritual-ekologis yang berakar pada keheningan, subsistensi, dan pengekangan sakral, bukan pada kode moral eksternal. Metodologi yang digunakan adalah etnografi fenomenologis, dengan menggabungkan wawancara emik, observasi partisipatif, dan dokumentasi narasi kosmologis. Intensionalitas Husserl digunakan untuk menunjukkan bagaimana kesadaran diarahkan bukan pada tujuan eksternal, melainkan ke dalam diri demi melestarikan kehadiran leluhur. Konsep Innenleben dari Dilthey memungkinkan rekonstruksi makna yang terbentuk dalam struktur afektif bersama melalui tradisi lisan, siklus ritual, dan transmisi antar generasi. Gagasan afeksi diri murni dari Michel Henry menafsirkan ulang kehidupan etis Badui sebagai pengalaman imanensi yang pra-reflektif, di mana kebenaran hadir dalam kehidupan itu sendiri (la vie). Temuan utama studi ini adalah pikukuh merupakan bentuk kehidupan etis yang tertanam secara kosmologis dan menolak abstraksi, rasionalisasi, serta moralitas birokratis modern. Pikukuh menciptakan resonansi antara Buana Alit (dunia dalam/diri) dan Buana Agung (kosmos/alam) melalui Tresna Buana Asih sebuah sikap pengorbanan penuh cinta terhadap dunia sebagai kesinambungan yang sakral. Teori yang diusulkan tentang Etika Afektif-Intensional Kehidupan Batin Adat ini memberikan kontribusi terhadap perdebatan kontemporer dalam etika fenomenologis, epistemologi adat, dan spiritualitas pasca-sekular dengan menawarkan alternatif yang membumi dari model subjektivitas etis yang berpusat pada Barat.