Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Gambaran Tingkat Kecemasan Masyarakat dalam Menghadapi Situasi Pandemi Covid-19 Rusdiatin, Ivana Eko
Jurnal Kampus STIKES YPIB Majalengka Vol 9 No 1 (2021): Jurnal Kampus STIKes YPIB Majalengka
Publisher : STIKES YPIB Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pandemi COVID-19 (Corona Virus Desease -2019) merupakan wabah penyakit saluran pernapasan yang sangat menular. Penyakit ini disebabkan oleh Virus SARS-CoV-2 yang menular melalui droplet saat batuk atau bersin dan kontak langsung. Penyakit ini ditemukan pertama kali di Wuhan China pada akhir bulan Desember 2019 kemudian menyebar ke banyak negara termasuk negara Indonesia. Di Indonesia terdapat kasus positif COVID-19 pada awal bulan Maret 2020. Saat ini data yang terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia sebanyak 1.528 orang (BNPB, 2020). Semakin naiknya angka kasus COVID-19 setiap harinya dapat menyebabkan kecemasan tersendiri pada masyarakat di Indonesia. Kecemasan (ansietas/anciety) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/ splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) (Hawari, 2011). Tujuan penelitian ini untuk gambaran tingkat kecemasan masyarakat di pulau Jawa saat menghadapi pandemi COVID-19. Model penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan Cross-sectional study. Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling dengan jumlah subyek penelitian 52 orang. Instrument penelitian yang digunakan yaitu formulir tingkat kecemasan. Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji deskriptif. Hasil yang didapatkan yaitu; responden yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 7,55%, yang mengalami cemas ringan sebanyak 24,53%, cemas sedang 58,49%, cemas berat 7,55%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa sebagian besar masyarakat mengalami kecemasan tingkat sedang.
Efek Latihan Range of Motion (ROM) terhadap Sudut Fleksibilitas Sendi Lansia di Dusun Mojosari Desa Sitimulyo Piyungan Bantul DIY 2019 Rusdiatin, Ivana Eko
Jurnal Kampus STIKES YPIB Majalengka Vol 8 No 2 (2020): Jurnal Kampus STIKes YPIB Majalengka
Publisher : STIKES YPIB Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latihan dan aktifitas fisik pada lansia dapat mempertahankan kenormalan pergerakan persendian, tonus otot dan mengurangi masalah fleksibilitas. Fleksibilitas sendi yang memadai pada semua bagian tubuh sangat penting untuk mempertahankan fungsi muskuloskeletal, keseimbangan dan kelincahan pada lansia. Penurunan fleksibilitas sendi pada kemampuan muskuloskeletal dapat menurunkan aktifitas fisik (physical activity), sehingga akan mempengaruhi dalam melakukan aktifitas sehari-hari atau Activity Daily Living (ADL) lansia. Latihan Range of Motion (ROM) aktif merupakan latihan yang dapat dilakukan pada lansia dengan keterbatasan fleksibilitas sendi. ROM dapat mencegah terjadinya kontraktur,atrofi otot, meningkatkan peredaran darah ke ekstremitas bawah, mengurangi kelumpuhan vaskular dan memberikan kenyamanan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek latihan ROM aktif bagi lansia apakah dapat digunakan sebagai upaya meningkatkan fleksibilitas sendi lutut. Model penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan rancangan quasi experiment control group design. Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling dengan jumlah subyek penelitian 30 orang. Instrument penelitian yang digunakan yaitu formulir pengukuran fleksibilitas sendi dan goniometer. Latihan ROM aktif dilakukan satu kali sehari dengan delapan kali setiap gerakan ROM selama 6 minggu. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata sudut fleksibilitas sendi lutut mengalami peningkatan yaitu sebesar, 10,00º pada lutut kanan, 11,04º pada lutut kiri. Hal ini dapat disimpulkan bahwa latihan Range of Motion (ROM) aktif mempunyai efek terhadap peningkatan sudut fleksibilitas sendi lutut lansia.
Effect of Eye Exercise Therapy on Asthenopia Symptoms Among Islamic Boarding School Students in Cirebon: A Quasi-Experimental Study Rusdiatin, Ivana Eko; Maulana, Darmasta; Nurrohmah, Hasna
Buletin Penelitian Kesehatan Vol. 53 No. 1 (2025)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/bpk.v53i1.4014

Abstract

Background: There are 2.2 billion people worldwide experiencing eye disorders, with 510 million suffering from untreated vision impairment, and Indonesia is a significant contributor to this issue. Asthenopia is a symptom caused by eye strain, which can lead to vision impairment. This study aims to assess the effect of eye exercise therapy on symptom of asthenopia. Methods: This research was a quasi-experimental study with a non-equivalent pretest-posttest control group design. The study was conducted at the As-Sunnah Islamic Boarding School in Cirebon, West Java for two months, involving 40 students selected based on inclusion criteria. Subjects were given the Visual Fatigue Index Questionnaire to assess symptoms of asthenopia. Ethical approval was obtained from the Ethics Committee of the Faculty of Pharmacy, YPIB University, No. 111/KEP/EC/IV/2024. Informed consent was provided by the subjects through a 35-item consent form. Results: Eye exercise therapy has a significant effect on asthenopia symptoms, as evidenced by the Paired Sample T-Test results (p value < 0.05.with the average Visual Fatigue Index (VFI) score decreasing from 0.49 (pre-test) to 0.37 (post-test) in the intervention group, while the control group showed no significant change (0.48 pre-test to 0.49 post-test). Conclusion: Eye exercise therapy has an effect on Asthenopia symptoms. Future research is recommended to explore the use of eye exercise therapy for refractive eye disorders.