Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

PERFORMANSI MODULAR CHILLER KAPASITAS 120 TR Aziz, Azridjal; Harianto, Joko; Mainil, Afdhal Kurniawan
Jurnal MEKANIKAL Vol 6, No 1 (2015): JM Vol. 6 No. 1 Januari 2015
Publisher : Jurnal MEKANIKAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.955 KB)

Abstract

Modular Chiller adalah suatu central Air Conditioning (AC)  yang  terdiri dari beberapa modul yang bekerja bersama-sama untuk membuang panas yang diserap oleh chilled water dari gedung untuk dibuang ke lingkungan. Chiller jenis ini juga merupakan solusi untuk penghematan penggunaan energi listrik karena jumlah unit yang beroperasi dapat menyesuaikan diri dengan beban panas yang dihasilkan gedung yang cenderung berubah-ubah tergantung pada jumlah ruangan yang digunakan, jumlah alat elektronik yang digunakan, jumlah orang yang beraktifitas, dan faktor-faktor beban lainnya. Chiller dioperasikan dengan temperatur acuan 6oC. Hasil analisis menunjukkan bahwa kapasitas pendinginan aktual  (QL) pada evaporator, daya kompresor aktual (Wk)  dan kapasitas panas aktual (QH) yang dibuang di kondensor berturut-turut adalah sebesar 357,5 kW dari total 845 kW kapasitas pendinginan yang tersedia, 66,1 kW dari total  daya kompresor 157 kW, dan 423,6 kW dari total 1002 kW potensi panas yang dibuang dengan COP chiller sebesar 5,4. Kapasitas pendinginan yang tersedia 57,7 % lebih besar dari total kapasitas pendinginan aktual, sehingga lebih dari cukup untuk memenuhi beban pendingin keseluruhan hotel Y, untuk memperoleh kenyamanan termal yang sesuai standar  SNI, 03-6572-2001.
POTENSI PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA KONDENSOR AC SENTRAL UNTUK PEMANAS AIR HEMAT ENERGI Aziz, Azridjal; Harianto, Joko; Mainil, Afdhal Kurniawan
Jurnal MEKANIKAL Vol 6, No 2 (2015): JM Vol. 6 No. 2 Juli 2015
Publisher : Jurnal MEKANIKAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.695 KB)

Abstract

AC sentral merupakan salah satu jenis mesin pendingin yang banyak dipakai di gedung-gedung bertingkat seperti perkantoran, hotel atau mal. Energi panas yang terbuang dari kondensor pada mesin pendingin, umumnya dibiarkan terbuang begitu saja. Energi panas ini sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk keperluan pemanas air yang hemat energi, karena sumber energinya diperoleh secara gratis dari energi panas buang kondensor tersebut. Untuk mengetahui energi panas terbuang yang dapat dimanfaatkan untuk pemanas air tersebut, maka perlu dihitung potensi pemanasannya. Hasil perhitungan dan analisis data yang diperoleh menunjukkan bahwa potensi pemanfaatan energi panas yang terbuang di kondensor yang dapat digunakan sebagai pemanas air adalah sebesar 228,318 kW dengan temperatur masuk kondensor maksimum sebesar 57,78 oC.
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) MEKANIK PADA STASIUN BOILER PT X Hoten, Hendri Van; Mainil, Afdhal Kurniawan; Permadi, Agung Imam
Jurnal MEKANIKAL Vol 6, No 1 (2015): JM Vol. 6 No. 1 Januari 2015
Publisher : Jurnal MEKANIKAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.133 KB)

Abstract

Penelitian ini berhubungan dengan studi keselamatan dan kesehatan  kerja (K3) mekanik. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja dan mengatur beberapa kemungkinan bahaya yang akan terjadi pada pekerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan resiko kecelakaan kerja (zero accident). Adapun metodologi yang dilakukan pada penelitian ini, dengan cara observasi lapangan atau pengamatan langsung di bagian stasiun boiler PT. X. Data juga di dapat dari buku pedoman keselamatan pelatihan operator ketel uap kelas 1 serta dengan mengkaji sedikit peraturan yang terdapat di pabrik tersebut. Hasil yang di dapat berupa hasil data lapangan yang di amati langsung dan peraturan yang di tetapkan oleh PT. X untuk bisa di bandingkan agar berguna kedepannya.
Perbandingan Eksperimental dan Simulasi Frekuensi Pribadi pada Struktur Spindel CNC Hoten, Hendri Van; Nurbaiti, Nurbaiti; Mainil, Afdhal Kurniawan; Silitonga, Jhonson Van
Jurnal Rekayasa Mesin Vol 11, No 3 (2020)
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jrm.2020.011.03.22

Abstract

The Research was about the comparison between experiment and simulation of natural frequency in CNC spindle. CNC spindle vibration will reduce machine tool performance. It could lead to the damage of the machine tool. The spindle structure unbalances of machine tools will cause vibration when it is operated. In the CNC machine, the spindle shaft vibration should be minimum. Based on this point, the natural frequency testing on the spindle shaft structure was carried out. The experiments were conducted by employing oscilloscope which could provide the vibration data in the time domain. The data was converted into the frequency domain using FFT. Measurements were carried out on 7 times of testing. Every one time of testing, 10 data were taken at each testing points. The tests were conducted at 10 testing points. Therefore, the total data obtained were 700 test data. The test results were then compared with the results of simulation modeling in 10 vibrate modes using Solidwork software. After testing and simulations were compared, 4 personal frequency values were obtained in the test that uses a measuring instrument and 6 personal frequency values could not be read. These were because the accelerometer used could not read up to 0 Hz frequency. Natural frequency obtained from simulations and tests were expressed in the percentage of errors. The largest error value in the 9th vibration mode measurement with a natural frequency was 2117.96 Hz with an error of 0.32%. The smallest error value was 0.11% with a natural frequency of 2995.79 Hz.
Kaji Eksperimental Performansi Mesin Pendingin Kompresi Uap dengan Menggunakan Refrigeran Hidrokarbon (Hcr12) Sebagai Alternatif Refrigeran Pengganti R12 dengan Sistem Penggantian Langsung (Drop In Substitute) Afdhal Kurniawan Mainil
JURNAL MECHANICAL Vol 3, No 1 (2012)
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractType of refrigerant the most recognized and the most used today in the vapor compression cycle is R-12 refrigerant (halocarbon group), which is technically quite good.  The refrigerant also has low toxicity and low flammable. But, in the mid 1970’s known that chlorine has contained in the refrigerant were released into the environment could damage of ozone in the stratosphere and caused greenhouse effect. Because of that, it using has stopped. An alternative refrigerant is hydrocarbon refrigerant (HCR) and one of it is hydrocarbon-12 (HCR-12). HCR-12 have several advantages, besides friendly environmental because have low global warming effect and low destruction of ozone, this type of refrigerator can be used as direct changer on the refrigerant machine so no needed compressor replacement and more efficient electric energy than R-12. In this research, did a study experimental to compared R-12 with HCR-12 with used vapor compression cooler machine. The result of measurement have been get performance of vapor compression cooler machine COPR (Coefficient of Performance Refrigeration) and COPHP (Coefficient of Performance Heat Pump) for R-12 and HCR-12 relatively are 2.4 – 9.8 (COPR) and 3.4 – 10.8 (COPHP) and 6.4 – 14.1(COPR) and 7.4 – 15.1 (COPHP). Performance of vapor compression cooler machine COPR and COPHP have tendency increase with increase rate of flow of refrigerant until 0.035 for R-12 and 0.014 for HCR-12. Performance vapor compression cooler machine of COPR increase if absorbed of heat (Qe) by evaporator increase and COPHP increase if released of heat (Qk) by condenser increase. According of the results concluded that performance of vapor compression cooler machine with hydrocarbon-12 (HCR-12) better than R-12.Key words : refrigerant, hydrocarbon, R-12, ODP, GWP.
TINGKAT KEHALUSAN DAN NOMOR BUTIR SERBUK BIOKERAMIK MENGGUNAKAN AYAKAN GETAR Hendri Van Hoten; Nurbaiti Nurbaiti; Afdhal Kurniawan Mainil
Jurnal Sains dan Teknologi Vol 19, No 2 (2020): Jurnal Sains dan Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/jst.v19.n2.p58-62

Abstract

Penelitian ini akan membahas Pengecekan Tingkat Kehalusan dan Nomor Butir Serbuk Biokeramik Menggunakan Ayakan Getar. Biokeramik tersebut di proses terlebih dahulu menggunakan mesin Ball Mill dengan memvariasikan kecepatan dan waktu proses penggilingan serta nilai perbandingan massa serbuk terhadap massa bola penggiling.  Tingkat kehalusan dan nomor butir serbuk dilakukan pengecekan menggunakan mesin ayakan getar. Nomor ayakan yang digunakan adalah 35, 60, 120 serta 230 dengan tingkat kehalusan ukuran masing-masing sieve 500, 250, 125 dan 63 µm secara berturut-turut. Ukuran dari serbuk biokeramik dari cangkang telur tersebut masih tampak kasar-kasar. Ukuran serbuk terkecil didapatkan pada variasi kecepatan dan waktu proses penggilingan serta nilai perbandingan massa serbuk terhadap massa bola penggiling berturut-turut 150 rpm, 1 jam dan 1:6 yaitu 86.5 mm, sedangkan nomor kehalusan serbuknya yaitu 191.
PENGARUH VARIASI ARAH PUTARAN FAN TERHADAP PENDINGINAN PADA PENDINGIN MINUMAN PORTABLE MENGGUNAKAN TERMOELEKTRIK KAPASITAS 4,7 LITER Rahmat Iman Mainil; Syafri '; Azridjal Aziz; Renhard Niptro Gultom; Afdhal Kurniawan Mainil
Jurnal Sains dan Teknologi Vol 14, No 2 (2015): Jurnal Sains dan Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.734 KB) | DOI: 10.31258/jst.v14.n2.p%p

Abstract

Pendingin minuman portable dengan kapasitas 4,7 liter menggunakan modul termoelektrik (TEC) digunakan untuk mengetahui laju pendinginan minuman portable.Penelitian dilakukan dengan memvariasikan jumlah elemen peltier yang aktif dan membandingkannya terhadap variasi arah putaran fan serta beban pendinginan. Setiap pengujian dilakukan hingga temperatur pendingin minuman protable mencapai temperatur terendah. Dengan menggunakan arah putaran fan dorong, data memperlihatkan bahwa dengan menggunakan tiga modul TEC temperatur ruangan pendingin yang dapat dicapai 14,6 0C dalam 95 menit (tanpa beban pendingin) dan 25,5 0C dalam 40 menit (beban pendingin maksimum, 6 buah minuman kaleng). Sedangkan dengan menggunakan tiga buah modul TEC dengan arah putaran fan tarik temperatur ruangan pendingin terendah 17,4 0C dalam 55 menit (tanpa beban pendingin), dan 25,6 0C dalam 35 menit (beban pendingin maksimum, 6 minuman kaleng).
PENGARUH PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY (TIPE HELICAL COIL, TROMBONE COIL DAN MULTI HELICAL COIL) TERHADAP TEMPERATUR RUANGAN DAN TEMPERATUR AIR PANAS Adi Hans Purba; Azridjal Aziz; Rahmat Iman Mainil; Afdhal Kurniawan Mainil
Jurnal Sains dan Teknologi Vol 14, No 1 (2015): Jurnal Sains dan Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (570.679 KB) | DOI: 10.31258/jst.v14.n1.p%p

Abstract

Penambahan kondensor dummy pada AC split dapat menghemat energi untuk kebutuhan air panas, dengan memanfaatkan panas buang pada kondensor yang berfungsi sebagai water heater. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh penambahan kondensor dummy (tipe helical coil, trombone coil dan multi helical coil) tanpa air bersirkulasi terhadap temperatur ruangan dan temperatur air panas. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode komparatif. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa penambahan kondensor dummy tipe multi helical coil lebih baik dibandingkan tipe trombone coil dan tipe helical coil. Pada penambahan kondensor dummy tanpa air bersirkulasi dengan multi helical coil temperatur air yang dipanaskan mencapai 64,73 oC pada beban 3000 Watt. Sedangkan pada helical coil temperatur ruang terendah mencapai 16,11 oC pada penggunaan tanpa beban (19,26 oC pada multi helical coil tanpa beban).
KONDISI KERJA MESIN REFRIGERASI KOMPRESI UAP PADA VARIASI MASSA REFRIGERAN HIDROKARBON Rahmat Iman Mainil; Nurul Deswita; Afdhal Kurniawan Mainil; Azridjal Aziz
Jurnal Sains dan Teknologi Vol 19, No 2 (2020): Jurnal Sains dan Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (469.769 KB) | DOI: 10.31258/jst.v19.n2.p63-68

Abstract

ABSTRAK  Salah satu penentu pada kinerja mesin kompresi uap ditentukan adalah massa refrigeran. Kinerja mesin refrigerasi dapat dinilai pada kondisi kerja sistem meliputi temperature kotak pendingin, temperature kerja kondensor dan evaporator, tekanan kerja kondensor dan evaporator, dan daya kompresor pada variasi massa refrigeran yang ditetapkan. Untuk menganalisa kondisi kerja tersebut mesin refrigerasi kompresi uap diisi menggunakan refrigeran HCR-134a dengan variasi massa 60-220 gram. Hasil pengujian menunjukkan bahwa untuk seluruh variasi massa refrigeran, temperatur kotak pendingin dapat turun terhadap waktu operasi dimana rata-rata penurunan temperatur adalah 7 ºC. Tekanan evaporator dan tekanan kondensor meningkat dengan meningkatnya jumlah massa refrigeran yang dimasukkan kedalam system, mengakibatkan semakin meningkatnya  kerja kompresor. Kenaikan daya kompresor setiap massa refrigeran rata-rata sebesar 0,016 kW.  Kata kunci : Mesin refrigerasi, kondisi kerja, massa refrigeran   ABSTRACT One of the determinants of the performance of vapor compression machine is refrigerant mass. The performance of refrigeration machine can be assessed on the working conditions of the system including temperature of cooling box, evaporator and condenser  temperature, evaporator and condenser pressure, and compressor power at the specified refrigerant mass variations. To analyze the working conditions, the vapor compression machine was filled by HCR-134a with a mass variation of 20-220 gram. The result showed that for all refrigerant mass variations, the temperature of the cooling box decrease with the operating time with the average temperature drop is 7ºC. The evaporator pressure and condenser pressure increase with the increase in the mass of refrigerant introduced into the system, resulting in increased of compressor work. In average, the increase in compressor power for each mass of refrigerant is 0.016 kW. Keywords : Refrigeration machine, working conditions, refrigerant mass
PENGARUH BEBAN PENDINGIN PADA MESIN PENKONDISIAN UDARA HIBRIDA DENGAN KONDENSOR DUMMY TIPE MULTI HELICAL COIL SEBAGAI WATER HEATER Afdhal Kurniawan Mainil; Sarwo Fikri; Azridjal Aziz
Jurnal Sains dan Teknologi Vol 17, No 2 (2018): Jurnal Sains dan Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.818 KB) | DOI: 10.31258/jst.v17.n2.p69-75

Abstract

Mesin pengkondisian udara umumnya digunakan untuk memberikan efek pendinginan (cooling effect). Efek pendinginan dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan di ruang yang didinginkan, sehingga rasa nyaman membuat orang betah didalamnya. Mesin pengkondisian udara secara termodinamika kebanyakan beroperasi menggunakan siklus kompresi uap, dimana panas diserapkan disisi evaporator di dalam ruangan, kemudian panas tersebut dibuang di kondensor di luar ruangan. Proses tersebut dapat berlangsung karena kerja kompresor dan penurunan tekanan yang terjadi pada katup ekpansi atau pipa kapiler, sehingga siklus kompresi uap bekerja sempurna. Pada sistem pengkondisian udara biasanya panas terbuang kelingkungan begitu saja, panas tersebut dapat dimanfaatkan untuk memanaskan air dengan penambahan kondensor dummy. Penambahan kondensor dummy pada penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh penambahan kondensor dummy terhadap beban pendingin, daya kompresi, temperatur, dan Coefficient of Performance (COP). Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah metode rancang bangun dan eksperimental. Berdasarkan hasil pengujian, selama pengoperasian 120 menit diperoleh temperatur air panas pada  kondisi tanpa beban (0W), beban 1000W, 2000W dan 3000W berturut-turut adalah 52,83oC, 56,58oC, 57,93oC dan 64,73oC.