Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : Jurnal Sains dan Teknologi

TINGKAT KEHALUSAN DAN NOMOR BUTIR SERBUK BIOKERAMIK MENGGUNAKAN AYAKAN GETAR Hendri Van Hoten; Nurbaiti Nurbaiti; Afdhal Kurniawan Mainil
Jurnal Sains dan Teknologi Vol 19, No 2 (2020): Jurnal Sains dan Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/jst.v19.n2.p58-62

Abstract

Penelitian ini akan membahas Pengecekan Tingkat Kehalusan dan Nomor Butir Serbuk Biokeramik Menggunakan Ayakan Getar. Biokeramik tersebut di proses terlebih dahulu menggunakan mesin Ball Mill dengan memvariasikan kecepatan dan waktu proses penggilingan serta nilai perbandingan massa serbuk terhadap massa bola penggiling.  Tingkat kehalusan dan nomor butir serbuk dilakukan pengecekan menggunakan mesin ayakan getar. Nomor ayakan yang digunakan adalah 35, 60, 120 serta 230 dengan tingkat kehalusan ukuran masing-masing sieve 500, 250, 125 dan 63 µm secara berturut-turut. Ukuran dari serbuk biokeramik dari cangkang telur tersebut masih tampak kasar-kasar. Ukuran serbuk terkecil didapatkan pada variasi kecepatan dan waktu proses penggilingan serta nilai perbandingan massa serbuk terhadap massa bola penggiling berturut-turut 150 rpm, 1 jam dan 1:6 yaitu 86.5 mm, sedangkan nomor kehalusan serbuknya yaitu 191.
PENGARUH VARIASI ARAH PUTARAN FAN TERHADAP PENDINGINAN PADA PENDINGIN MINUMAN PORTABLE MENGGUNAKAN TERMOELEKTRIK KAPASITAS 4,7 LITER Rahmat Iman Mainil; Syafri '; Azridjal Aziz; Renhard Niptro Gultom; Afdhal Kurniawan Mainil
Jurnal Sains dan Teknologi Vol 14, No 2 (2015): Jurnal Sains dan Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.734 KB) | DOI: 10.31258/jst.v14.n2.p%p

Abstract

Pendingin minuman portable dengan kapasitas 4,7 liter menggunakan modul termoelektrik (TEC) digunakan untuk mengetahui laju pendinginan minuman portable.Penelitian dilakukan dengan memvariasikan jumlah elemen peltier yang aktif dan membandingkannya terhadap variasi arah putaran fan serta beban pendinginan. Setiap pengujian dilakukan hingga temperatur pendingin minuman protable mencapai temperatur terendah. Dengan menggunakan arah putaran fan dorong, data memperlihatkan bahwa dengan menggunakan tiga modul TEC temperatur ruangan pendingin yang dapat dicapai 14,6 0C dalam 95 menit (tanpa beban pendingin) dan 25,5 0C dalam 40 menit (beban pendingin maksimum, 6 buah minuman kaleng). Sedangkan dengan menggunakan tiga buah modul TEC dengan arah putaran fan tarik temperatur ruangan pendingin terendah 17,4 0C dalam 55 menit (tanpa beban pendingin), dan 25,6 0C dalam 35 menit (beban pendingin maksimum, 6 minuman kaleng).
PENGARUH PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY (TIPE HELICAL COIL, TROMBONE COIL DAN MULTI HELICAL COIL) TERHADAP TEMPERATUR RUANGAN DAN TEMPERATUR AIR PANAS Adi Hans Purba; Azridjal Aziz; Rahmat Iman Mainil; Afdhal Kurniawan Mainil
Jurnal Sains dan Teknologi Vol 14, No 1 (2015): Jurnal Sains dan Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (570.679 KB) | DOI: 10.31258/jst.v14.n1.p%p

Abstract

Penambahan kondensor dummy pada AC split dapat menghemat energi untuk kebutuhan air panas, dengan memanfaatkan panas buang pada kondensor yang berfungsi sebagai water heater. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh penambahan kondensor dummy (tipe helical coil, trombone coil dan multi helical coil) tanpa air bersirkulasi terhadap temperatur ruangan dan temperatur air panas. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode komparatif. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa penambahan kondensor dummy tipe multi helical coil lebih baik dibandingkan tipe trombone coil dan tipe helical coil. Pada penambahan kondensor dummy tanpa air bersirkulasi dengan multi helical coil temperatur air yang dipanaskan mencapai 64,73 oC pada beban 3000 Watt. Sedangkan pada helical coil temperatur ruang terendah mencapai 16,11 oC pada penggunaan tanpa beban (19,26 oC pada multi helical coil tanpa beban).
KONDISI KERJA MESIN REFRIGERASI KOMPRESI UAP PADA VARIASI MASSA REFRIGERAN HIDROKARBON Rahmat Iman Mainil; Nurul Deswita; Afdhal Kurniawan Mainil; Azridjal Aziz
Jurnal Sains dan Teknologi Vol 19, No 2 (2020): Jurnal Sains dan Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (469.769 KB) | DOI: 10.31258/jst.v19.n2.p63-68

Abstract

ABSTRAK  Salah satu penentu pada kinerja mesin kompresi uap ditentukan adalah massa refrigeran. Kinerja mesin refrigerasi dapat dinilai pada kondisi kerja sistem meliputi temperature kotak pendingin, temperature kerja kondensor dan evaporator, tekanan kerja kondensor dan evaporator, dan daya kompresor pada variasi massa refrigeran yang ditetapkan. Untuk menganalisa kondisi kerja tersebut mesin refrigerasi kompresi uap diisi menggunakan refrigeran HCR-134a dengan variasi massa 60-220 gram. Hasil pengujian menunjukkan bahwa untuk seluruh variasi massa refrigeran, temperatur kotak pendingin dapat turun terhadap waktu operasi dimana rata-rata penurunan temperatur adalah 7 ºC. Tekanan evaporator dan tekanan kondensor meningkat dengan meningkatnya jumlah massa refrigeran yang dimasukkan kedalam system, mengakibatkan semakin meningkatnya  kerja kompresor. Kenaikan daya kompresor setiap massa refrigeran rata-rata sebesar 0,016 kW.  Kata kunci : Mesin refrigerasi, kondisi kerja, massa refrigeran   ABSTRACT One of the determinants of the performance of vapor compression machine is refrigerant mass. The performance of refrigeration machine can be assessed on the working conditions of the system including temperature of cooling box, evaporator and condenser  temperature, evaporator and condenser pressure, and compressor power at the specified refrigerant mass variations. To analyze the working conditions, the vapor compression machine was filled by HCR-134a with a mass variation of 20-220 gram. The result showed that for all refrigerant mass variations, the temperature of the cooling box decrease with the operating time with the average temperature drop is 7ºC. The evaporator pressure and condenser pressure increase with the increase in the mass of refrigerant introduced into the system, resulting in increased of compressor work. In average, the increase in compressor power for each mass of refrigerant is 0.016 kW. Keywords : Refrigeration machine, working conditions, refrigerant mass
PENGARUH BEBAN PENDINGIN PADA MESIN PENKONDISIAN UDARA HIBRIDA DENGAN KONDENSOR DUMMY TIPE MULTI HELICAL COIL SEBAGAI WATER HEATER Afdhal Kurniawan Mainil; Sarwo Fikri; Azridjal Aziz
Jurnal Sains dan Teknologi Vol 17, No 2 (2018): Jurnal Sains dan Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.818 KB) | DOI: 10.31258/jst.v17.n2.p69-75

Abstract

Mesin pengkondisian udara umumnya digunakan untuk memberikan efek pendinginan (cooling effect). Efek pendinginan dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan di ruang yang didinginkan, sehingga rasa nyaman membuat orang betah didalamnya. Mesin pengkondisian udara secara termodinamika kebanyakan beroperasi menggunakan siklus kompresi uap, dimana panas diserapkan disisi evaporator di dalam ruangan, kemudian panas tersebut dibuang di kondensor di luar ruangan. Proses tersebut dapat berlangsung karena kerja kompresor dan penurunan tekanan yang terjadi pada katup ekpansi atau pipa kapiler, sehingga siklus kompresi uap bekerja sempurna. Pada sistem pengkondisian udara biasanya panas terbuang kelingkungan begitu saja, panas tersebut dapat dimanfaatkan untuk memanaskan air dengan penambahan kondensor dummy. Penambahan kondensor dummy pada penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh penambahan kondensor dummy terhadap beban pendingin, daya kompresi, temperatur, dan Coefficient of Performance (COP). Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah metode rancang bangun dan eksperimental. Berdasarkan hasil pengujian, selama pengoperasian 120 menit diperoleh temperatur air panas pada  kondisi tanpa beban (0W), beban 1000W, 2000W dan 3000W berturut-turut adalah 52,83oC, 56,58oC, 57,93oC dan 64,73oC.
KARAKTERISTIK KINERJA PIPA KALOR MENGGUNAKAN STRUKTUR WICK SCREEN 100 MESH DENGAN FLUIDA KERJA AIR Wandi Wahyudi; Rahmat Iman Mainil; Azridjal Aziz; Afdhal Kurniawan Mainil
Jurnal Sains dan Teknologi Vol 15, No 1 (2016): Jurnal Sains dan Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (529.661 KB) | DOI: 10.31258/jst.v15.n1.p12-17

Abstract

 Pipa kalor merupakan alat penukar kalor dengan dimensi yang kecil tetapi dapat memindahkan kalor yang besar. Banyak penelitian mengenai pipa kalor, guna memperoleh peningkatan kinerja termalnya dengan memodifikasi fluida, orientasi, kecepatan putar dan struktur wick. Dalam penelitian ini pipa kalor dibuat dari pipa tembaga berdiameter 9,525 mm, tebal 1 mm dan panjang 400 mm menggunakan screen 100 mesh sebagai struktur wick dengan air sebagai fluida kerja. Variasi pengujian menggunakan 3 variasi sudut kemiringan 0o, 45o, 90o dan 4 variasi heat input 3 watt, 4 watt, 5 watt dan 6 watt untuk melihat pengaruhnya pada kinerja pipa kalor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar sudut kemiringan terhadap heat input, maka semakin kecil nilai hambatan termalnya. Hambatan termal terendah terjadi pada sudut 90o dengan heat input 6 Watt sebesar 8,60˚C/Watt. Koefisien perpindahan panas terbesar dan temperature difference terkecil terjadi pada sudut kemiringan 90o dengan nilai 97,70W/˚C m² dan 31,8°C.
KOMPARASI KINERJA REFRIGERATOR DENGAN REFRIGERAN HIDROKARBON HCR134a ALTENATIF PENGGANTI R134a PADA PANJANG PIPA KAPILER 1,25 m Azridjal Aziz; Izzudin Ali Raja Siregar; Rahmat Iman Mainil; Afdhal Kurniawan Mainil
Jurnal Sains dan Teknologi Vol 19, No 2 (2020): Jurnal Sains dan Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (802.257 KB) | DOI: 10.31258/jst.v19.n2.p76-81

Abstract

Pada penelitian ini telah dilakukan uji komparasi mesin pendingin siklus kompresi uap dengan fluida kerja HCR134a (refrigeran hidrokarbon pengganti R134a) dan fluida kerja R134a yang beroperasi pada  panjang pipa kapiler 1,25m dengan pendinginan udara. Analisisis  dilakukan terhadap pengaruh tekanan dan temperatur, arus listrik,  kerja kompresi, dan koefisien perfomansi (COP) alat uji. Hasil penelitian menunjukkan,  penggunaan HCR134a meningkatkan COP sebesar 29.92% dengan  penggunaan arus listrik lebih rendah 10.8% dibandingkan dengan R134a. Dari uji komparasi dapat disimpulkan bahwa penggunaan refrigeran hidrokrabon (HCR134a) memberikan kinerja yang lebih baik dan lebih hemat energi dibanding refrigeran halokarbon  (R134a).
EFEK BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR MESIN REFRIGERASI SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA DENGAN KONDENSOR DUMMY TIPE TROMBONE COIL ( 1/4″, 7,9 m) SEBAGAI WATER HEATER Aulian Samri; Azridjal Aziz; Rahmat Iman Mainil; Afdhal Kurniawan Mainil
Jurnal Sains dan Teknologi Vol 15, No 2 (2016): Jurnal Sains dan Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (509.707 KB) | DOI: 10.31258/jst.v15.n2.p51-56

Abstract

Mesin pengkondisian udara hibrida dapat memberikan solusi untuk mengatasi masalah penggunaan energi listrik yang berlebihan, dengan cara memanfaatkan panas buang kondensor yang digunakan untuk pemanas air. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan beban pendinginan terhadap temperatur pada sistem pengkondisian udara hibrida dengan kondensor dummy tipe trombone coil diameter 1/4″ panjang 7,9 meter sebagai water heater. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Penelitian ini menggunakan beban pendinginan pada ruang simulasi dengan variasi pembebanan 0 Watt, 1000 Watt, 2000 Watt, dan 3000 Watt. Berdasarkan hasil pengujian, nilai tertinggi terjadi pada pembebanan 3000 Watt. Dimana temperatur air yang dihasilkan sebesar 48,34 ˚C, temperatur rata-rata refrigeran hasil kompresi sebesar 62,68 ˚C dan temperatur ruangan rata-rata mencapai 25,94 ˚C saat pengoperasian selama 120 menit.