Biodiesel banyak dikembangkan sebagai bahan bakar alternatif saat ini. Salah satu biodiesel yang dapat diproduksi dengan skala yang sangat besar adalah biodiesel minyak bunga matahari (CSFO). CSFO memiliki kandungan asam lemak jenuh yang rendah dan bersifat polar, sehingga sangat cocok untuk digunakan sebagai bahan bakar biodiesel. CSFO tidak dapat digunakan secara langsung karena viskositasnya yang cukup tinggi sehingga akan merusak mesin jika digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Penambahan aditif adalah salah satu cara untuk memperbaiki kualitas minyak nabati terutama viskositasnya. Minyak terpentin merupakan salah satu bioaditif yang cukup popular dan merupakan produk unggulan di Indonesia. Minyak terpentin memiliki bentuk cair dan berwarna jernih. Minyak terpentin juga memiliki kandungan alpha pinene (C10H16) turpene hydrocarbon yang cukup kaya sehingga dapat dengan mudah terbakar. Minyak terpentin dapat memperbaiki kualitas dari CSFO karena minyak terpentin lebih mudah menguap dan memiliki viskositas sekaligus titik nyala yang lebih rendah. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan mencampurkan CSFO dengan minyak terpentin menggunakan metode penelitian experimental. Dua droplet digunakan sebagai perumpamaan layaknya butiran yang disemprotkan ke dalam motor bakar melalui sprayer. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi prosentase miyak terpentin maka laju pembakaran semakin cepat, temperatur nyala semakin rendah, temperatur droplet semakin rendah, dan lebar api semakin kecil. Berbeda dengan tinggi api, api tertinggi berada pada CSFO murni karena fenomena ledakan mikro. Dari ketiga variasi pengujian, hasil terbaik berada pada variasi 15% karena laju pembakaran semakin cepat, temperatur lebih rendah, dan jelagat hitam semakin berkurang. Kata Kunci: Diesel; Biodiesel; Minyak Bunga Matahari; Bioaditif; Minyak Terpentin