Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Metode Dakwah Dalam Menghadapi Perkembangan Budaya Populer Istiqomalia, Yuntarti
INTELEKSIA: Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Vol 4 No 2 (2022)
Publisher : STID Al-Hadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v4i2.252

Abstract

Popular culture has entered and influenced the realm of religion and da'wah. This is shown by the many programs on almost every TV station that carry da'wah broadcasts and have Islamic nuances. However, this method of da'wah with popular culture displays more aspects of mere entertainment and makes Islamic teachings conveyed superficially so that people like them and bring benefits to cultural industry players. Thus, da'wah is currently faced with the challenge of the rise of popular culture in society. This article wants to explain the method of preaching to the community in the midst of challenges from the influence of popular culture. The results are in the form of principles in choosing da'wah methods and forms of da'wah methods based on these principles. The concepts of da'wah, da'wah methods, and popular culture are the main things that will be synthesized using a qualitative non-empirical research approach. The principles in choosing the da'wah method in dealing with the development of popular culture are: aiming to popularize Islamic teachings, must contain adequate explanations and accountability, contain elements of entertainment in a reasonable manner, packaged in a simple and easy to understand manner, and delivered massively. Meanwhile, the form is in the form of oral, written, and action da'wah methods.
Narasi Pada Cerpen Dakwah: Studi Perbandingan Cerpen Bertema Tantangan Meramaikan Masjid Istiqomalia, Yuntarti; Kosasi, Denkadeo Kevin
INTELEKSIA: Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Vol 6 No 2 (2024)
Publisher : STID Al-Hadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v6i2.338

Abstract

Artikel ini membahas perbandingan narasi pada cerpen dakwah berjudul Dongeng Penunggu Surau dan Rumah Tuhan Al-Fatihah. Tujuan artikel ini hendak menemukan variasi menyusun narasi untuk menyampaikan tema tantangan meramaikan masjid. Rumusan tersebut dikaji secara kualitatif deskriptif, dengan cara membandingkan unsur-unsur narasi dan struktur narasi dari dua cerpen tersebut. Temuan yang dihasilkan: tokoh-tokoh pada cerpen pertama memiliki karakter yang konvensional dan pasrah, cerpen kedua tokoh-tokohnya memiliki karakter inisiatif dan terbuka. Rangkaian perbuatan tokoh pada cerpen pertama cenderung hanya menunggu kedatangan jamaah, sedangkan pada perbuatan tokoh pada cerpen kedua lebih inisiatif dan kreatif. Latar yang digunakan pada cerpen pertama di wilayah pedesaan, sedangkan cerpen kedua tidak terlalu menonjolkan latarnya. Cerpen pertama menggunakan sudut pandang orang ketiga, sedangkan cerpen kedua menggunakan sudut pandang orang pertama. Cerpen pertama menggunakan struktur narasi dimulai dari gangguan – puncak masalah – berdamai dengan masalah. Sedangkan cerpen kedua menggunakan struktur narasi dimulai dari gangguan – upaya penyelesaian – keseimbangan. Temuan ini merupakan referensi bagi dai ketika menulis cerpen yang temanya sudah pernah digunakan, agar pesan dakwah tersebut bisa ditekankan kembali kepada mad’u dengan cara yang berbeda.
Struktur Narasi Dakwah pada Novel Rembulan Tenggelam Di Wajah-Mu Karya Tere Liye Istiqomalia, Yuntarti
Bil Hikmah: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol 3 No 2 (2025)
Publisher : STID Al Hadid Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55372/bilhikmahjkpi.v3i2.91

Abstract

Novel merupakan salah satu media dakwah yang tetap relevan digunakan sejak era Hamka hingga masa kini. Tapi menulis novel dakwah tidaklah mudah. Salah satu tantangannya ketika menyusun alur dan struktur narasi. Penyusunan struktur narasi yang kurang baik bisa menyebabkan pembaca bosan membacanya atau pesan yang terkandung di dalamnya tidak tersampaikan dengan baik. Tujuan artikel ini hendak menjelaskan struktur narasi pada novel dakwah berjudul Rembulan Tenggelam di Wajah-Mu. Novel ini merupakan salah satu novel best seller, berisi pesan dakwah, dan memiliki struktur narasi yang unik. Dengan menggunakan pendekatan teori struktur narasi fiksi dari Lacey, analisa dilakukan secara kualitatif deskriptif untuk menguraikan struktur narasi pada novel tersebut. Hasil temuan menunjukkan penggunaan struktur narasi pada novel Rembulan Tenggelam di Wajah-Mu mirip dengan struktur narasi pada acara seri di televisi, yakni terdapat beberapa struktur narasi yang menggambarkan dinamika pada tiap babaknya. Namun ada modifikasi. Sehingga, struktur narasi pada tiap babaknya tidak sama. Klimaks-klimaks yang terjadi memiliki kadar tinggi rendah yang berbeda. Tidak semua babak diakhiri dengan keseimbangan baru. Penyampaian pesan dakwah diletakkan pada tiap akhir babak, yakni tahap keseimbangan baru.
Prosedur Menetapkan Topik Dalam Menulis Artikel Ilmiah Dakwah Istiqomalia, Yuntarti
Bil Hikmah: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol 1 No 1 (2023)
Publisher : STID Al Hadid Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55372/hikmah.v1i01.7

Abstract

Dai dan umat Islam masih sedikit yang produktif menghasilkan artikel dakwah yang ilmiah. Salah satu sebabnya karena mengalami kesulitan di tahap awal penulisan, yakni tahap menetapkan topik penulisan. Kesulitan yang sering dihadapi seputar tidak ada ide untuk dituliskan, tidak menemukan persoalan yang menarik untuk ditulis, topik terlalu luas, dan tidak memiliki ilmu pengetahuan terkait untuk menjawab persoalan yang dipilih. Maka, perlu dilatih menerapkan prosedur menetapkan topik. Namun belum ada referensi mengenai prosedurnya. Tulisan ini bertujuan untuk menemukan prosedur menetapkan topik untuk menulis artikel dakwah bagi penulis pemula. Untuk mengkaji hal tersebut, penulis menggunakan pendekatan kualitatif studi lapangan. Merancang prosedur menetapkan topik untuk diterapkan pada pelatihan penulis pemula. Kemudian mengevaluasi penerapan prosedur tersebut dalam rangka menemukan prosedur baru. Prosedur baru yang ditemukan: memilih konsep atau teori yang pernah dipelajari dan diminati, menggali ide dari sumber data tertentu, menghubungkan pengembangan ide sesuai karakter media artikel pemikiran Islam dan pemecahan masalah sosial, memastikan proses pengembangan tersebut berangkat dari fakta umum, memunculkan berbagai rumusan masalah dari hasil pengembangan ide, menseleksi berbagai alternative rumusan masalah yang bisa dipecahkan dengan konsep atau teori yang sudah ditentukan di nomor 1, memastikan topik tersebut belum pernah dibahas, menemukan keunikan dari topik, menentukan simpulan dan pertanggungjawaban sementara atas topik yang sudah dipilih berdasarkan cara bekerjanya teori atau konsep yang digunakan, menyimpulkan topiknya, dan merepetisi kembali langkah-langkah tersebut.    Abstract: Only a few preachers and Muslims are productive in producing scientific da'wah articles. One reason is because they experience difficulties in the early stages of writing, namely the stage of setting the topic of writing. Difficulties that are often encountered around having no ideas to write about, not finding interesting issues to write about, topics that are too broad, and not having related knowledge to answer the chosen problem. It is necessary to carefully apply the procedures set topic. However, there is no reference regarding the procedure. This paper aims to find the procedure for setting topics for writing da'wah articles for novice writers. To examine this, the authors used a qualitative field study approach. Design procedures define topics to apply to novice writer training. Then evaluate the implementation of these procedures in order to find new procedures. New procedures were found: selecting concepts or theories that have been studied and interested in, exploring ideas from certain data sources, connecting development ideas according to the media character of Islamic thought articles and solving social problems, ensuring the development process departs from general facts, uncovering various problem formulations from the results of developing ideas, selecting various alternative problem formulations that can be structured with the concept or theory specified in number 1, ensuring that the topic has never been discussed, finding the uniqueness of the topic, determining conclusions and provisional accountability for the topic that has been selected based on how it works theory or concepts used, concludes the topic, and repeats the steps again. Keywords: topic setting procedure, da'wah scientific articles.
Komunikasi Dakwah dengan Pertimbangan Sosiologis Istiqomalia, Yuntarti
Bil Hikmah: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol 2 No 1 (2024)
Publisher : STID Al Hadid Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55372/bilhikmahjkpi.v2i1.25

Abstract

Secara normatif, telah dipahami bersama bahwa dakwah perlu dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi sosiologis masyarakat yang menjadi sasaran dakwah. Kondisi sosiologis sasaran dakwah harus dipahami dan dijadikan salah satu pertimbangan oleh da’i sebelum menyampaikan dakwah kepada mereka. Namun selama ini belum ada kajian yang membahas mengenai bagaimana menjadikan atau menggunakan aspek sosiologis sebagai pertimbangan dalam melakukan komunikasi dakwah. Jika persoalan tersebut tidak dijawab, maka da’i akan kesulitan menerapkan pertimbangan sosiologis dalam komunikasi dakwahnya. Maka, tujuan dari artikel ini hendak menjelaskan komunikasi dakwah dengan pertimbangan aspek-aspek sosiologi. Konsep yang digunakan sebagai pijakan analisis adalah mengenai komunikasi dakwah, struktur sosial, dan proses sosial. Melalui proses analisis sintesis teoritis dari aspek-aspek sosiologi dan komunikasi dakwah, menghasilkan konsep mengenai komunikasi dakwah yang menggunakan pertimbangan sosiologi. Komunikasi dakwah dengan pertimbangan sosiologi meliputi komunikasi dakwah dengan mempertimbangkan struktur sosial yang terdiri dari nilai budaya, norma budaya, pranata sosial, kelompok sosial, dan stratifikasi social. Selain itu juga mempertimbangkan proses sosial, yakni pola interaksi masyarakat.  
Komunikasi Dakwah Walisongo Berlandaskan Budaya Kepada Masyarakat Jawa Pra-Islam Musdhalifah; Istiqomalia, Yuntarti
JOM Vol 5 No 3 (2024): Indonesian Journal of Humanities and Social Sciences, September
Publisher : Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33367/ijhass.v5i3.5768

Abstract

This study aims to explain how Walisongo implemented a culturally grounded communication strategy in delivering Islamic teachings to the pre-Islamic Javanese society. Employing a literature review method, the study examines the socio-cultural context of pre-Islamic Javanese society and the forms of da’wah communication applied by Walisongo. The data gathered from various literature sources were analyzed through an intercultural communication approach, focusing on the interactions between groups with distinct cultural backgrounds. The analysis centers on how Walisongo adapted their da’wah messages to align with local cultural practices, thereby avoiding cultural resistance.The findings of this study reveal that Walisongo adopted a communication model that was highly adaptive to Javanese cultural norms. In terms of the communicator's profile, Walisongo demonstrated an understanding of and conformity to local social norms. Meanwhile, in the aspect of verbal messaging, they employed language and symbols familiar to the local community. This process of assimilation facilitated the creation of a new cultural entity that harmonized local cultural elements with Islamic values, thereby easing the acceptance of Islam among the Javanese populace. This study highlights the critical role of culturally based da’wah approaches in successful intercultural communication, particularly within the context of Islamic propagation. The communication model used by Walisongo underscores the importance of cultural sensitivity in da’wah, which not only helps to avoid cultural conflicts but also accelerates the acceptance of religion in communities with diverse cultural backgrounds.