Abstract: Urban growth in the 21st century is characterized by massive urbanization, creating complex challenges related to urban form and mobility. This study examines the correlation between urban form and urban mobility in developing countries through a systematic literature review using the SALSA method (Search, Appraisal, Synthesis, and Analysis). A total of 20 articles published between 1999 and 2024 were analyzed, focusing on variables such as density, land-use mix, street connectivity, and transit accessibility. The findings indicate that compact, mixed-use, and well-connected urban forms encourage public transport use, walking, and cycling, thereby reducing dependence on private vehicles and lowering emissions. Conversely, urban sprawl exacerbates congestion, pollution, and energy consumption. Developing countries face unique challenges, including socio-economic disparities, dominance of informal transport, and limited data and governance capacity. These findings highlight the importance of integrating spatial planning with sustainable mobility policies. The study concludes that compact and inclusive transit-oriented development, supported by pedestrian- and cyclist-friendly infrastructure and regulation of informal transport, is essential for achieving sustainable and equitable urban mobility. Keyword: Urban Form, Urban Mobility, SALSA. Abstrak Pertumbuhan kota di abad ke-21 ditandai oleh urbanisasi masif yang menghadirkan tantangan kompleks terkait bentuk perkotaan dan mobilitas. Penelitian ini mengkaji korelasi antara bentuk perkotaan dan mobilitas di negara berkembang melalui tinjauan sistematik literatur dengan metode SALSA (Search, Appraisal, Synthesis, and Analysis). Sebanyak 20 artikel terbitan 1999–2024 dianalisis dengan fokus pada variabel – variabel dalam bentuk perkotaan dan mobilitas perkotaan. Hasil menunjukkan bahwa kota yang padat, bercampur fungsi, dan terhubung baik mendorong penggunaan transportasi umum, berjalan kaki, dan bersepeda, sehingga mengurangi ketergantungan kendaraan pribadi dan menekan emisi. Sebaliknya, urban sprawl memperparah kemacetan, polusi, dan konsumsi energi. Negara berkembang menghadapi tantangan khusus, seperti kesenjangan sosial-ekonomi, dominasi transportasi informal, serta keterbatasan data dan tata kelola. Temuan ini menegaskan pentingnya integrasi perencanaan ruang dan kebijakan mobilitas berkelanjutan. Studi ini menyimpulkan bahwa pengembangan kota padat dan inklusif berorientasi transit, didukung infrastruktur ramah pejalan kaki dan pesepeda serta regulasi transportasi informal, merupakan kunci untuk mewujudkan mobilitas perkotaan yang adil dan berkelanjutan. Kata Kunci: Bentuk Perkotaan, Mobilitas Perkotaan, SALSA.