Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

SINERGI ANTARA TRIPUSAT PENDIDIKAN ISLAM DI KECAMATAN NONGGUNONG KABUPATEN SUMENEP Zainol Huda
Edupedia : Jurnal Studi Pendidikan dan Pedagogi Islam Vol. 4 No. 1 (2019): Edupedia: Jurnal Studi Pendidikan dan Pedagogi Islam
Publisher : Fakultas Tarbiyah Universitas Ibrahimy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (727.03 KB) | DOI: 10.35316/edupedia.v4i1.520

Abstract

The responsibility of Islamic education cannot be carried out unilaterally. Ki Hajar Dewantara stated that it requires the cooperation of three components which called as tripusat pendidikan education (center of three in education), they are families, educational institutions, and society. Those three components are one unit and complement each other. This is what happened at MTs Zainur Ridla (Islamic Junior High School Zainur Ridla) and MTs. Bustanul Ulum (Islamic Junior High School Bustanul Ulum), both of them are in Nonggunong District, Sumenep Regency. The findings in this research indicate that student’s guardians in MTs Zainur Ridla and MTs Bustanul Ulum Nonggunong have awareness about the responsibility of Islamic education. Second, all teacher councils in those two Islamic Junior High School stated that educating responsibility was on their control with habituation for their students in the form of reciting Shalawat Nariyah, reciting short surahs before the lesson began, praying before and after the lesson, shaking hands with teacher councils when coming and going home. Third, the participation of the society in realizing the responsibility of Islamic education through the media and the tradition of Kompolan. Fourth, the pattern of cooperation between madrasah (school) and student’s guardians in the form of: Home visits, inviting student’s guardians, forming madrasah supporting body, and report cards. While the pattern of cooperation between madrasah and society is their involvement in PHBI (Commemoration Islamic Feast Day) activities, their involvement in camp activities, their involvement in accepting new students, and their involvement in enforcing the discipline and regulations at madrasah.
KONSEP MASLAHAT AL-THUFIY ZAINOL HUDA
JURNAL KEISLAMAN TERATEKS Vol 3 No 1 (2018): OKTOBER
Publisher : STAI MIFTAHUL ULUM TARATE PANDIAN SUMENEP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konsep Al-Thūfīy tentang maslahat tertuang dalam dua karya masterpiece-nya, Syarh Mukhtashar Raudlah dan Al-Ta’yīn fī Syarh al-Arba’īn. Dalam karya pertama, Al-Thūfīy memaparkan gagasan maslahatnya secara global dan spontanitas. Karenanya, bangunan maslahat yang ditawarkan tidaklah purna, hanya berupa pengantar belum dielaborasi secara detail dan konvrehensif. Pemaparan konsep maslahat secara sempurna baru ia tuangkan ketika menulis karya keduanya, Al-Ta’yīn. Dalam buku ini, ketika mengomentari hadis yang ke-32: Lā dlarara wa lā dlirāra (janganlah berbuat mafsadah yang mencelakakan diri sendiri maupun orang lain, dan janganlah membalas mafsadah yang ditimbulkan oleh orang lain), yang terdapat dalam kitab Al-Arba’īn al-Nawawiyah, Al-Thūfīy menuntaskan idenya tentang maslahat, dan membahasnya dengan detail dan panjang lebar.
REPOSISI ILMU DALAM ISLAM ZAINOL HUDA
JURNAL KEISLAMAN TERATEKS Vol 4 No 2 (2019): OKTOBER
Publisher : STAI MIFTAHUL ULUM TARATE PANDIAN SUMENEP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Semangat iqra’ sebagai wahyu pertama yang mengawali kelahiran Islam nampaknya belum mengakar dalam setiap pribadi muslim. Perintah membaca belum sepenuhnya dipahami dan dihayati. Kata membaca seharusnya mempunyai objek yang dibaca, namun wahyu pertama tersebut tidak menyertakan objek bacaan yang tertera secara jelas dalam kalimat berikutnya. Sepertinya Tuhan memang sengaja membuat objek itu begitu liar dan bebas, sehingga manusia bisa leluasa membaca apa saja yang mampu dibaca dengan rambu-rambu yang berujung pada satu muara, yakni dengan nama Tuhanmu. Penghayatan dan pemahaman yang dangkal ini menjadi penyebab lemahnya sumber daya manusia di kalangan umat Islam. Mereka lupa bahwa akar sebuah ilmu itu berawal dari membaca. Kondisi ini juga mengakibatkan pandangan yang keliru dalam memahami bidang disiplin ilmu. Dikotomi ilmu agama dan umum nampaknya berakar pada kesalahan cara pandang terhadap ilmu. Artikel ini bermaksud memberikan perspektif yang berbeda dengan apa yang selama ini dipahami. Setidaknya menggugah kesadaran untuk memikirkan ulang soal dikotomi ilmu. Islam digunakan sebagai acuan dan barometer dalam memperbincangkan ilmu ke dalam wadah dan takaran yang proporsional. Islam diletakkan sebagai acuan bukan tidak beralasan. Alasan yang paling masuk akal dikarenakan pandangan yang kurang meneyluruh ini berasal dari umat Islam. Dengan demikian, akan terlihat dan mampu memberikan penilaian sendiri nantinya ketika memahami bagaimana pandangan Islam terhadap ilmu.
KONSEP MAQASHID AL-SYARI’AH AS-SYATHIBI ZAINOL HUDA
JURNAL KEISLAMAN TERATEKS Vol 5 No 1 (2020): APRIL
Publisher : STAI MIFTAHUL ULUM TARATE PANDIAN SUMENEP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam wacana ushul fiqh, maqshid al-syari’ah menjadi sentral yang dianggap mampu membawa produk hukum Islam menjadi sangat dinamis dan adaptif. Hukum Islam yang cenderung memutuskan secara ‘hitam-putih’ dengan sentuhan konsep maqashid al-syari’ah menjadi lentur dan mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman. Konsep maqashid al-syari’ah sebenarnya ingin membaca kehendak Tuhan melalui ayat-ayat sakralnya dalam lembaran-lembaran Kitab Suci Al-Qur’an. Maqshid al-syari’ah ingin menangkap pesan-pesan yang tersembunyi di balik verbal teks, sehingga ia tak terpaku terhadap bunyi redaksi atau potret sababun nuzul. Akan tetapi, mencari intisari dari keseluruhan motif pembuatan sebuah hukum yang termaktub dalam firman-Nya. Tulisan ini hendak menampilkan konsep maqashid al-syaria’h dari seorang tokoh Malikian yang sangat masyhur dalam dunia pemikiran hukum Islam. Pemilihan tokoh ini bukan tanpa alasan. Alasan yang paling penting dikarenakan bangunan maqashid al-syari’ah yang digagasnya dianggap sempurna. Namun, bukan berarti alpa dari kekurangan dan kritik. Pengkajian terhadap konsep maqashid al-syari’ah Al-Syathibi dalam rangka ingin memahami lebih jauh sebelum menemukan kekurangan dan kelemahan bangunan konsepnya. Pemaparan tentang konsep dan pokok-pokok pemikiran Al-Syathibi menjadi penting untuk diulas dalam tulisan ini.
PEMIKIRAN PENDIDIKAN KH. SAIFUDDIN ZUHRI (1919-1986) ZAINOL HUDA
JURNAL KEISLAMAN TERATEKS Vol 5 No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : STAI MIFTAHUL ULUM TARATE PANDIAN SUMENEP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan dalam arti luas merupakan hal yang paling mendasar dalam kehidupan manusia. Dengan demikian, pendidikan akan terus mewarnai berbagai aspek kehidupan dan sejarah manusia. Proses pendidikan dalam arti transfer keilmuan tidak akan terlepas dari tiga rukun yang menjadi bagian yang harus ada sebelum perangkat-perangkat lain, yaitu guru, siswa, dan materi yang akan diajarkan. Di antara tiga elemen tadi, unsur guru menempati urutan utama bagi keberlangsungan proses pendidikan. Idealisme dan sosok yang ideal tentu harus terpenuhi dalam diri seorang guru. Berbagai tokoh pemikir pendidikan menawarkan dan memiliki konsep tentang guru ideal. Sebagai seorang tokoh nasional dan pemikir pendidikan, KH. Saifuddin Zuhri juga mempunyai pandangan tentang guru yang ideal. Menjadi penting menampilkan kembali dan mengkaji percik-percik pemikiran KH. Saifuddin Zuhri terkait pendidikan.
DAKWAH ISLAM MULTIKULTURAL (Metode Dakwah Nabi SAW Kepada Umat Agama Lain) Zainol Huda
Religia Vol 19 No 1: April 2016
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/religia.v19i1.661

Abstract

Tulisan ini membahas tentang metode yang digunakan Nabi SAW dalam menjalankan dakwah Islam kepada umat agama lain, yaitu kaum Musyrik dan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), baik pada periode Mekah maupun Madinah. Ayatayat al-Quran, kitab tafsir dan literatur-literatur yang mengungkap sejarah perjalanan dakwah Nabi dijadikan rujukan dalam tulisan ini. Hal yang dapat disimpulkan tentang metode dakwah yang digunakan Nabi meliputi: (1) metode dialog; (2) metode kisah; dan (3) metode analogi. Metode-metode tersebut diterapkan Nabi melalui nilai akhlak dalam berdakwah. Nilai ini menjadi kunci utama keberhasilan dalam mendakwahkan Islam kepada masyarakat multikultural. Karena itulah, setiap penyeru ajaran Islam (da'i) dalam konteks kehidupan masyarakat multi agama saat ini senantiasa menjadikan cara dakwah Nabi sebagai uswah.
DAKWAH ISLAM MULTIKULTURAL (Metode Dakwah Nabi SAW Kepada Umat Agama Lain) Zainol Huda
Religia Vol 19 No 1: April 2016
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/religia.v19i1.661

Abstract

Tulisan ini membahas tentang metode yang digunakan Nabi SAW dalam menjalankan dakwah Islam kepada umat agama lain, yaitu kaum Musyrik dan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), baik pada periode Mekah maupun Madinah. Ayatayat al-Quran, kitab tafsir dan literatur-literatur yang mengungkap sejarah perjalanan dakwah Nabi dijadikan rujukan dalam tulisan ini. Hal yang dapat disimpulkan tentang metode dakwah yang digunakan Nabi meliputi: (1) metode dialog; (2) metode kisah; dan (3) metode analogi. Metode-metode tersebut diterapkan Nabi melalui nilai akhlak dalam berdakwah. Nilai ini menjadi kunci utama keberhasilan dalam mendakwahkan Islam kepada masyarakat multikultural. Karena itulah, setiap penyeru ajaran Islam (da'i) dalam konteks kehidupan masyarakat multi agama saat ini senantiasa menjadikan cara dakwah Nabi sebagai uswah.
Dynamics of the Mudarabah Agreement: Optimization Models and Strategies in the Islamic Banking System Zainol Huda
International Journal of Health, Economics, and Social Sciences (IJHESS) Vol. 4 No. 4: October 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/ijhess.v6i3.5782

Abstract

Akad mudarabah is one of the financial products that is often used in Islamic banking, where the bank acts as the owner of capital (rabb al-maal) and the customer as the business manager (mudarib). Most of the research tends to focus on certain models of the mudarabah contract without developing a more comprehensive and adaptive model to market dynamics and Islamic banking regulations. There is a need for the development of more holistic models that can be flexibly implemented in a variety of conditions. This research will not only enrich the academic literature on the Mudarabah contract, but also make a practical contribution to the Islamic banking industry, especially in terms of optimizing these financial products to achieve broader Islamic economic goals