Pesatnya perkembangan media digital membuat arus informasi bergerak sangat cepat sehinggaisu negatif dapat menyebar luas dan segera membentuk opini publik. Penelitian ini menelaahtantangan komunikasi krisis korporasi di era media sosial dengan mengkaji respons PTPertamina terhadap viralnya tuduhan pengoplosan Pertamax pada awal 2025. Menggunakanpendekatan kualitatif deskriptif melalui analisis dokumen, pemberitaan media, pemantauanpercakapan digital, dan wawancara dengan staf perusahaan, penelitian ini menilai efektivitasstrategi komunikasi krisis yang dijalankan selama tiga minggu masa puncak krisis.Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons dalam 24 jam pertama, keterbukaan informasiberbasis data teknis, penggunaan berbagai kanal komunikasi secara terkoordinasi, sertakolaborasi dengan lembaga pemerintah menjadi faktor utama yang mendorong stabilisasisituasi dan pemulihan kepercayaan publik. Analisis interaksi digital memperlihatkanpenurunan sentimen negatif sebesar 73% dalam dua minggu setelah klarifikasi dirilis. Secarakonseptual, temuan ini menegaskan relevansi dan efektivitas prinsip Situational CrisisCommunication Theory (SCCT) dalam konteks Indonesia, terutama terkait pentingnyakomunikasi berbasis bukti dan keterlibatan multipemangku kepentingan dalam pengelolaanreputasi korporat ketika menghadapi krisis yang dipicu oleh media sosial.