The objective of this study is to determine the relationship between the capacitance method and the digital image processing method in measuring the hairiness index of yarn, as well as to evaluate the potential of digital image processing as an alternative method for testing spun yarn hairiness. This study utilizes three types of yarn with counts of Nec 12, Nec 16, and Nec 24. Hairiness measurement is conducted using two methods: the capacitance method, based on the SNI ISO 16549:2010 standard (Textiles – Yarn Evenness and Similar Properties), utilizing the Textechno Covatest instrument, and the digital image processing method, employing a CMOS Dino-Lite camera and Java-based software. The digital image processing procedure consists of several stages, including yarn image acquisition, background segmentation and free fiber feature extraction, image conversion to binary format, quantitative analysis, and Hairiness index (HI) calculation. The hairiness index results from both methods are compared using linear regression analysis to determine their correlation. The findings indicate that the capacitance method and the digital image processing method exhibit a very strong relationship, with a coefficient of determination (R²) of 90.23%. This result suggests that the digital image processing method has significant potential as an alternative for measuring spun yarn hairiness. ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara metode kapasitansi dan metode pengolahan citra digital dalam pengukuran hairiness index pada benang serta mengevaluasi kemungkinan metode pengolahan citra digital sebagai alternatif pengujian hairiness benang spun. Pada penelitian ini, digunakan tiga jenis benang dengan nomor Nec 12, Nec 16, dan Nec 24. Pengukuran hairiness dilakukan dengan dua metode: metode kapasitansi berdasarkan standar SNI ISO 16549:2010 (Tekstil – Ketidakrataan Benang dan Sejenisnya) menggunakan alat Textechno Covatest, serta metode pengolahan citra digital dengan kamera CMOS Dino-Lite dan perangkat lunak berbasis pemrograman Java. Proses pengolahan citra digital dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu akuisisi citra benang, segmentasi latar belakang dan ekstraksi fitur serat bebas, konversi citra ke dalam format biner dan analisis kuantitatif dan perhitungan Hairiness index (HI). Hasil hairiness index dari kedua metode dibandingkan dengan analisis regresi linier untuk mengetahui hubungan antara keduanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode kapasitansi dan metode pengolahan citra digital memiliki hubungan yang sangat kuat dengan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 90,23%. Nilai ini menunjukkan bahwa metode pengolahan citra digital memiliki potensi sebagai alternatif dalam pengukuran hairiness benang spun.